Octagon 3 - 100 : Surat Bunuh Diri

282 41 81
                                    

30 April 2023


Dengan ini, saya, Soobin Arga Sastra, membawa surat ini sebagai lampiran yang saya bawa bersama dengan kematian. Kematian ini murni disengaja, saya lakukan, dikarenakan ketidakadilan kehidupan yang sudah tidak bisa saya terima, berasal paling berat dari keluarga saya sendiri.

Sebuah kisah, yang saya harap dapat kalian baca. Agar jika suatu hari nanti, kalian sadar bahwa kalian ada di posisi yang sama seperti saya, membongkar adalah hal terbaik yang harus kalian lakukan. Bukan pergi layaknya pengecut seperti saya, yang sama sekali sudah tak kuasa untuk menahan pahit-pahit ini.

Saya lahir di Batavia, pada tanggal 5 Desember 2004.

Sekarang tengah berkuliah di Universitas Bakti Bangsa, jurusan Seni Musik, angkatan 2022.

Hidup saya tak diinginkan sejak awal. Bukan oleh Ibu saya, yang terkasih. Namun, oleh Ayah saya, Sarga Sadewa. 

Alasannya sederhana.

Dua anak sudah cukup.

Hanya saja, Ibu saya menginginkan saya lahir, lantaran, Ibu tahu, kedua kakak saya sudah diarahkan masa depannya oleh Ayah, agar bisa menutupi kebusukan-kebusukan beliau di masa mendatang. Jadi harapan Ibu saya hanya satu; saya tumbuh menjadi anak normal, yang memiliki kebebasan untuk kehidupan saya.

Sayangnya itu semua hanya angan.

Baru lahir pun, saya telah dilemparkan ke dalam kolam renang, berniat untuk langsung menarik nyawa sama kembali dan mengembalikannya pada Tuhan; kakak saya bilang. 

Ya, kakak.

Saya memiliki dua orang kakak.

Satu, sang anak pertama, adalah perempuan. Saya tidak akan menyebutkan namanya di sini.

Dua, sang anak kedua, adalah laki-laki. Namanya adalah Seungcheol Adil Sangkala.

Sebelumnya, saya akan menjabarkan beberapa kali percobaan bunuh diri saya, yang masih bisa saya ingat di kepala. Karena tak bohong, semuanya bercampur; realita dan angan. Terkadang, saya sulit untuk menjabarkannya, karena trauma-trauma mendalam ini.

Yang saya tahu, percobaan pertama bunuh diri saya ada di sebuah hotel, ketika saya menginjak umur 6-8 tahun; saya agak samar. Saya berdiri di balkon, naik ke atas kursi yang sama tarik dari dalam. Ketika saya ditinggalkan sendirian di dalam kamar hotel, setelah Ayah menginjak-injak tubuh saya karena marah, lantaran saya membuat teman-temannya kagum karena cerdas; mereka bilang.

Di umur 10 tahun ada dua kali. Pertama, saya mencoba melompat lagi, dari bangunan tinggi, tetapi kakak perempuan saya menyelamatkan. Kedua, saya mencoba meminum racun tikus yang saya beli, tapi Ibu saya memergoki.

Kebencian saya terus tumbuh.

Seiringan saya melihat Ibu saya tersiksa.

Kedua kakak saya juga demikian.

Walau pada akhirnya, saya, yang paling disiksa secara fisik dan mental--setidaknya itu yang saya ketahui.

Saya tidak pernah mencoba menyayat lengan; tak pernah.

Tetapi menusukkan pisau, sudah mencobanya.

Sayangnya saya selamat.

Itu adalah ketika saya berumur 12 tahun.

Disusul ketika saya berumur 13 tahun, saya minum obat, sampai overdosis, namun diselamatkan kembali. Saya mengulang lagi sebanyak tiga kali di umur saya ke 14 tahun, tetapi diselamatkan lagi, pun dicegah oleh kakak perempuan saya. 

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang