Langit malam ini gelap. Awan menutupi cahaya bulan, bintang-bintang bersembunyi. Cahaya dari papan neon berwarna-warni membuat retina lelah, tidak mencerminkan kebahagian yang coba diekspresikan lewat lampu-lampu penunjuk jalan. Lamborghini tua itu mengurangi kecepatan ketika sampai pada sisi jalan kecil yang tidak pernah pengemudinya lewati. Dia diam-diam terkesan, menyembunyikan ketertarikan di antara mulut yang tertutup rapat. Tidak ada penjelasan berarti dari perjalanan yang diambilnya malam ini, hanya mengikuti seorang gadis yang sedang terpuruk.
"Di sini?" tanya si pengemudi ketika tidak menemukan reaksi apapun setelah dia menghentikan mobil di sisi jalan.
Setelah mendapatkan pertanyaan, Yerim baru mengangkat kepalanya. Dia sudah menunduk cukup lama sebelum itu. Pandangannya beralih pada sisi jalan tempat tujuannya. Keraguan memupuk terlalu jelas hingga bisa terbaca oleh sang pengemudi.
"Kau yakin ini tempat yang kau tuju?" tanya si pengemudi sekali lagi, kali ini sambil menengok dari kaca mobil untuk memastikan dia sampai di tempat yang tepat. "Apa masih buka? Kau yakin memang ingin ke sini?"
"Iya," jawab Yerim pelan. "Aku pernah ke sini dulu. Secara ilegal."
Jawaban di luar dugaan Yerim membuat pemuda itu tersedak, "aku kira kau bukan tipe yang seperti itu."
"Aku tidak melakukan apapun, hanya datang dan meihat saja."
"Dan tujuan kau kembali ke sini adalah ...."
Yerim diam saja, membiarkan pemuda itu menyimpulkan sendiri jawaban yang menurutnya sudah sangat jelas. Dia benar, pemuda itu sudah tahu sendiri.
"Lalu kenapa kau tidak mau turun?"
"Aku butuh menyiapkan diri."
Pemuda itu justru tertawa. "Kau memang aneh. But I'm okay with that. Take your time, I have time, all night long," jelasnya seraya meregangkan punggung dan lengannya.
"Heeseung Oppa tidak bertanya kau pergi keluar di saat seperti ini?"
"Tidak."
"Dia juga tidak bertanya kenapa kau membawa Lala?"
"Mobil ini terlalu sering dipinjam dengan alasan yang sama. Dia tidak bertanya sama sekali. Mungkin dia mengira aku keluar untuk menjemput seseorang."
"Itu tidak salah, kan? Dia hanya tidak menduga kalau aku yang memintamu datang."
Pemuda itu tersenyum, pelan-pelan menatap Yerim dengan tatapan yang sulit diartikan. "Bahkan aku tidak menduga kau akan memintaku menemuimu."
Yerim tak sengaja menoleh dan mendapati bahwa dirinya sedang ditatap. Gadis itu otomatis terkejut, karena mata itu entah mengapa membuatnya gugup. Dia sadar sudah lama sejak dia dan pemuda itu bicara berdua. Jika salah sedikit, dia mungkin mengartikan cara menatap itu sebagai sesuatu yang tak seharusnya mereka lakukan. Apalagi setelah dia tidak bergeming bahkan setelah ketahuan sedang menatap dengan sangat lekat. Bukankah situasi ini menjadi sangat canggung?
"Kau yakin?"
Yerim terkekeh, "aku tidak mengajakmu melakukan seks, sepertinya aku harus meluruskan itu." Perubahan drastis ekpresi pemuda itu menjelaskan dugaan gadis itu tepat sasaran, dia meledak dalam tawa. "Jangan bercanda, kau harus melihat papan yang ada di sebelahnya." Sebelum rasa canggung yang dihindarinya kembali muncul, dia buru-buru turun dari mobil.
Yerim mengetahui ada paling tidak beberapa saat terdapat ekspresi kecewa dari kawannya itu. Dia akan berpura-pura tak mengetahuinya. "Ayo turun. Sekarang kau yang tak mau turun."
Pemuda itu cukup pandai mengendalikan diri, dia akhirnya turun dari mobil dengan ekspresi yang tenang. Walau begitu dia penasaran dengan tujuan Yerim. Karena dugaannya salah, maka dia ingin tahu ke mana seharusnya dia mengantarkan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GAMBLER 2: Big League🔞 | TXT & EN-
Fanfic🚫PLAGIAT ADALAH TINDAKAN KRIMINAL🚫 HOTTER, BADDER, BRAVER Kim Yerim bersama kawan-kawan barunya memutuskan untuk membalas dendam pada orang-orang jahat di masa lalu. Namun, akankah semua berjalan sesuai rencana? .Kim Yerim (OC) .Lee Heeseung (ENHY...