BAB XXI | DILEMMA

44 8 4
                                    


Minato dan yang lain berkumpul di ruang meeting membahas rencana operasi yang akan mereka lakukan. Fugaku mulai menjelaskan lagi rencana mereka dari awal dan membagi peran.

"Kau sudah memastikan jumlahnya, Chouza?" tanya Fugaku memastikan. Chouza tersenyum yakin. "Aku sudah bilang pada nelayan yang mencari orang tambahan itu kalau kita berlima," katanya.

"Lima? Kukira kita hanya berempat?" tanya Minato sambal memerhatikan tiga rekannya, Fugaku, Shikaku dan Chouza. Tepat ketika Minato menoleh ke arah pintu, seorang Wanita berambut panjang bergabung bersama mereka.

"Sayaka akan bergabung dengan kita. Dia baru dipindah tugaskan kemari," ucap Fugaku memperkenalkan wanita yang baru saja muncul itu.

"Lama tidak berjumpa, Minato-senpai," sapanya sambal tersenyum manis. Shikaku dan Fugaku saling berpandangan karena mereka tahu jika Minato dan Sayaka adalah junior dan senior di militer sebelumnya.

"Rupanya kalian saling mengenal?" tanya Chouza sambil menunjuk dua orang di dekatnya itu. Minato hanya mengangguk singkat. Setelah perkenalan singkat—lebih tepatnya sapaan singkat itu, Fugaku melanjutkan penjelasannya.

.

.

Chouza sengaja mendekati Shikaku yang sedang memasang sarung tangan. "Kau mau tahu soal apa, Chouza? Soal wanita itu?" tebak Shikaku sembari memasang sarung tangannya dan mengencangkan perekatnya.

"Kelihatannya bukan junior biasa? Apa mereka dekat sebelumnya?" rasa penasaran mulai membuat Chouza gatal. Sepanjang yang ia tahu, Minato tidak pernah dekat dengan siapapun kecuali dokter yang pernah ia lihat bersamanya. Kemudian wanita bersurai panjang itu muncul dengan senyuman yang sulit diartikan pada Minato.

"Kudengar ... entahlah ini hanya rumor atau apa, mereka pernah dekat. Tapi kelihatannya Minato biasa saja," tutur Shikaku sekenanya. Ia tidak terlalu peduli dengan hal-hal seperti ini—apalagi mencari tahu.

"Apa kemampuannya hebat?" tanya Chouza lagi. Shikaku tampak berpikir sebentar.

"Kudengar akurasi tembakannya yang terbaik di angkatannya. Dan juga, dia petarung yang hebat. Ada yang sampai cidera saat latih tanding dengannya, laki-laki."

Chouza mengedip-kedipkan kedua matanya. Sepertinya dia bukan wanita biasa saja. Penjelasan Shikaku cukup membuat Chouza ingin jauh-jauh dari wanita itu karena ia tak mau sampai membuat masalah dengannya.

"Ada lagi, Chouza?"

Rekan Shikaku itu menggeleng penuh penyesalan. "Sudah cukup. Setidaknya aku tahu dia bisa diandalkan."

*****

Sore itu Kushina duduk santai di atap sambil melihat langit senja yang sepertinya sudah lama tidak ia nikmati dengan perasaan senang. Sejak Minato muncul lagi, rasanya jarum jam yang berhenti itu berputar kembali. Meskipun awalnya ia bersikeras menolak segalanya dan ingin pergi menjauh dari pria hantu yang sudah meninggalkannya—bahkan ia tak tahu alasannya sampai saat ini.

Namun sekarang ia justru ingin kembali dan memberinya kesempatan kedua. Semua itu membuat hidupnya terasa berwarna lagi. Hidupnya yang terasa abu-abu dan berlalu begitu saja karena ia sibuk mengejar mimpi dan cita-citanya yang sekarang mulai tercapai satu persatu.

"Ah aku belum menghubungi Minato soal acara ulang tahun Tou-chan. Oh, bukankah dia bilang akan sibuk hari ini?"

Kushina menatap ponselnya dengan ragu. Ia sama sekali tidak ada rencana untuk turut mengundang Minato ke acara ulang tahun ayahnya, tapi ibunya bersikeras untuk mengajaknya datang. Sepertinya ia harus menyiapkan mental kalau-kalau ibunya mengatakan jika Minato adalah tunangannya di depan semua orang. Semua rekan ayahnya akan heboh kalau benar-benar mempercayai ucapan ibunya itu.

RED [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang