18

2.7K 302 70
                                    



" Tunggu disini sebentar."



" Kamu mau kemana? Kalau masih sibuk, aku pulang duluan."



" Tidak. Tunggu aku."



" Wae Hao?"



" Aku tidak ingin ada yang mengganggumu."



" Hao-ssi. Untuk sekedar informasi, aku tidak selemah itu."



Zhang Hao menatap Hanbin dengan tajam.



" Ku bilang tunggu. Dan jangan kemana-kemana."



Hanbin hanya bisa menghela nafasnya kesal. Sebelum pergi, Zhang Hao menyelimutkan padding tebalnya ke tubuh Hanbin.



" Aku akan meminta izin sebentar kepada anggotaku." Zhang Hao menunjuk teman-temannya yang sedang membereskan properti.



Hanbin akhirnya mengangguk, mengalah. Dan Zhang Hao melangkah cepat menuju ke arah teman-temannya itu.



Tak lama kemudian pemuda Zhang telah berada di depan Hanbin. " Ayo." Zhang Hao menarik tangan Hanbin dan menggenggamnya.



" Apa tidak masalah?" Tanya Hanbin yang kini tengah mengikuti langkah Zhang Hao keluar dari gedung Auditorium.



" Aku akan kembali lagi kesini setelah mengantarmu."



" Tapi..."



" Sudahlah Binah."



Hanbin memilih bungkam daripada kekasihnya itu kembali marah.



Langkah lebar Zhang Hao membuat Hanbin mau tak mau harus menyamainya. Tangan sang presiden sekolah senantiasa menggenggam erat jemarinya yang mengikutinya dengan hati yang berdebar. Sesekali ia memperbaiki padding Zhang Hao yang tersampir di pundaknya.



" Bisa lebih cepat? Diluar sangat dingin. Dan hampir tengah malam." Ujar Zhang Hao menoleh ke arah Hanbin yang berjalan di belakangnya. Hanbin mengangguk dan berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Zhang Hao.



Zhang Hao berdecak melihat jam tangan rolexnya. Beberapa kali mereka berpapasan dengan siswa lain yang menatap mereka dengan berbagai pandangan. Meskipun pandangan marah lebih dominan. Tapi Zhang Hao tetap berjalan acuh dengan wajah dinginnya.



3 menit kemudian mereka berdua telah berada di dalam lift. Suasana hening mendominasi membuat Hanbin menjadi canggung.


" Dingin?" Tanya Zhang Hao saat pintu lift tertutup. Hanbin menggeleng pelan.



Meskipun Hanbin menjawab tidak, tapi Zhang Hao tetap saja melingkarkan lengannya ke pinggang Hanbin dan lebih merapatkan tubuhnya dengan tubuh kekasihnya itu. Hanbin hanya diam dan pasrah saja.



Pintu lift terbuka. Mereka berdua keluar dengan masih saling menempel satu sama lain. Tak masalah bukan? Toh lorong unit mereka selalu sepi karna penghuninya rata-rata lebih suka berdiam diri di kamar.




Langkah keduanya kini menggema di sepanjang lorong yang masih terang benderang.



Di ujung lorong mereka berhenti. Zhang Hao dengan sigap menekan tombol password kamar mereka. Lalu menarik Hanbin untuk masuk.



Setelah melepaskan sepatunya, Hanbin menatap Zhang Hao yang kini juga tengah membuka sepatunya.


" Bukankah kamu harus kembali ke auditorium?" Tanya Hanbin dengan wajah berkerut.


Monochrome | Haobin vers. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang