0.3

1.5K 114 1
                                    

Sebenarnya jika kita berjumpa hanya untuk saling berpamitan, mengapa dulu kita tak saling berdiam saja, tak perlu mengenal agar terbiasa ketika saling meninggalkan.





                                    -Diksi Nada-












____________________________________


"Nab, Nab kamu ga papa?". Novia bertanya pada Nabila yang masih schok.

"Fine kak".


Setelah kejadian tadi, Fajar buru buru membawa Nabila pada tempat yang bisa membuatnya tenang, dan Novia yang melihat Fajar dan Paul tengah menuntun Nabila, segera mendekati ketiganya, menanyakan apa yang terjadi kepada dua lelaki yang berada di kanan dan kiri Nabila.

Namun Fajar hanya mendengus, dia masih kesal dengan Rony, amarahnya belum sepenuhnya tuntas, namun dia lebih memikirkan Nabila yang saat ini seperti terguncang ketakutan.

Sedangkan Paul sibuk menceritakan kronologi yang terjadi pada Novia, Novia yang mendengar hanya mengangguk anggukan kepalanya mencoba memahami situasi yang terjadi, ia buru buru mentelpone Neyl, Salma, dan Diman, tak lupa juga Anggis dan Syarla yang masih menunggu Nabila di kantin.


"Nab.....". Teriak Syarla dari kejauhan sembari berlari memegangi Anggis yang tampak ngos ngosan karena berlari.


"Nab are you oke?". Anggis dengan nafas yang masih tersenggal mencoba berbicara, dia menjatuhkan dirinya di depan Nabila yang kini duduk di kursi panjang koridor.


"kok duduk Nggis kotor ih kotor". Novia memperingatkan anggis, yang di balas kekehan tawa dari wanita berbando ungu itu.


"Ga papa Kak Nov, Anggis capek abis lari lari tadi hehe". ucap Anggis yang kini memegang tangan Nabila yang terasa dingin.


"Bang Neyl dah di kasih tau Kak Nov?". Syarla bertanya pada kakak tingkatnya itu yang kini tengah sibuk mengelus elus punggun Nabila perlahan memberikan ketenangan.


"udah, di jalan kayaknya". balas Novia.


"Kak Fajar sama Paul yang nganterin Nab kesini?". Anggis melirik sepupunya yang kini bersandar pada dinding koridor yang sepi, sementara Fajar tengah menjongkokan dirinya   di samping Paul, sembari memegang luka lukanya yang terasa perih.


"Iya, tadi ketemu di toilet, lagi nyiduk yang berantem sama si Nab tadi."ucap Paul yang di Plototi Fajar.



"Kak Fajar kenapa berantem?, kok mukanya memar memar gitu?,". Syarla yang memperhatikan Nabila segera melihat kakak tingkatnya yang tengah jongkok itu, ia baru sadar saat Anggis bertanya kenapa pada kakak tingkatnya itu.



"Mau jadi jagoan dia Nggis biasa preman!". Novia memandang tajam Fajar yang meringis, emang mamak satu ini selalu menakutkan untuk semua orang ketika sedang emosi.




"Nab Nab.....". Teriak Salma lantang yang diikutin Neyl dan Diman di kanan kirinya, di berlari pelan menghampiri adik tingkatnya yang menggemaskan itu kini tertunduk dengan badan yang gemetaran.



"kenapa Nab, kenapa bilang sama abang sini". Novia segera menggeser tubuhnya, mendengar Neyl yang berbicara, memberi ruang pada adik kakak itu untuk saling menyemangati.



Neyl yang melihat tubuh adiknya gemetaran hanya diam menahan emosi, dia baru melihat untuk pertama kali adiknya seperti ini, di rangkullah tubuh Nab untuk berada  di pelukannya, Nab yang di perlakukan seperti itu segera memeluk tubuh abangnya dengan erat, menumpahkan ketakutannya lewat tangisan.



DIKSI NADA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang