0.4

1.5K 107 0
                                    

Tuhan.... jika ceritanya begini mengapa takdir harus mengikat, melukis nestapa tanpa teriring bahagia, hanya menjadi kelam saat bincang, berbasa basi tanpa rasa empati.





                                      -Diksi Nada-




















_______________________________











"Nab!....".


Nabila berjenggit, ia menatap sekitar yang terasa hening saat ini, gadis itu menatap suasana sekitar yang terasa sepi, tubuhnya  meremang, ia merasa merinding dan ketakutan seketika.





"Nab!".





Sekali lagi suara itu kembali terdengar, Nabila berusaha fokus dan biasa saja, enggan tertarik pada suara yang tak terlihat rupannya itu.



"Nab!!".




Jengkel dengan panggilan ketiga ,Nabila yang menyakinkan dirinya jika suara itu suara manusia menoleh celingak celinguk mencari si pemanggil namanya, namun dia bingung, ia masih tidak menemukan seseorang satupun di sekitarnya, mungkin karena ia menjadi orang terpagi yang memulai kelas pagi hari ini.


Dengan hati was was dia terus berjalan, berusaha mengabaikan panggilan yang tak terlihat tadi.



"Nab!.....".



Baru dua langkah ia berjalan, suara sapaan itu terdengar lagi, sekali lagi Nabila menoleh mencari seseorang yang memanggilnya, namun lagi lagi kosong tidak ada siapa pun yang berada di kampus pukul 06.30 ini.



Nabila menggosok gosok tangannya yang terasa dingin, ntah dingin oleh hawa sejuk yang masih pagi atau hawa yang lain, dengan mengerjap pelan dia kembali lagi berjalan sembari merapalkan doa yang ia hafal untuk menghusir makhluk makhluk halus yang dia rasa mengikutinya.




"Nab!....,Woy di panggil gak nyaut".




Lagi, ntah panggilan keberapa kali yang kini terdengar, Nabila semakin resah karena lagi lagi tidak ada siapapun di sana selain dirinya.




"Nab, woy diatas!".



Nabila mendongkak dengan segera mendapati panggilan lainnya yang memerintah ia melihat keatas, dapat dia lihat ada banyak pepehonan rindang di kanan kiri jalan menuju gedung universitas, namun yang menarik perhatiannya adalah sosok berbaju putih dengan jacket army yang duduk nyaman di dahan paling besar yang berada pada pohon beringin.


"Siapa?."

Nabila berteriak menyahut pada sosok yang sedari tadi membuat dia takut.



Dari atas orang tadi hanya menatapnya malas, dengan perlahan lelaki itu turun dengan luwes dari pohon beringin yang besar dan tinggi.



"Lho Kakak yang manggil aku? kenapa?". Nabila mengerjapkan kedua matanya polos menatap orang yang dengan nekat terjun dari atas sana dengan sekali loncatan.



Setelah benar benar memastikan si pemanggil namanya itu sudah turun, Nabila buru buru bertanya dan menghampirinya.



"Ngapain pagi pagi di kampus, dosen datengnya juga jam 8 an, lu jadi orang kerajinan banget pagi pagi udah nongol". oceh lelaki itu menatap Nabila yang kini menunduk takut setelah melihat tatapan datar lelaki tersebut.



"Masih pagi bikin anak orang ketakutan, ditanya baik marah marah, ini cowok kenapa sih, kok Nab bisa sial pagi pagi ketemu sama dia". batin Nabila, tangannya meremas tali tas besar yang ia bawa, ia menahan jengkel karena ocehan pemuda yang ia lihat saat ini.


DIKSI NADA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang