Bab 57. Thank You, I Love You
"Alden selalu jadi satu-satunya buat Via. Alden nggak akan pernah bisa terganti."
****
ANNAVIA mendesah frustrasi sambil meletakkan ponselnya di atas meja.
Sejak pagi tadi yang dia lakukan hanyalah memeriksa ponselnya, berharap Alden akan menghubunginya. Namun sejak kemarin, tepatnya setelah mereka kembali dari makan siang, tidak sekali pun Alden menghubunginya. Dan yang lebih membuat Annavia kesal sekarang adalah dirinya sendiri. Dia sama sekali tidak mengerti kenapa dia harus sampai serisau ini hanya karena Alden tidak meneleponnya, atau sekedar mengiriminya pesan.
Annavia mendengus, "lanjutin aja terus ngilangnya! Jangan harap gue bakalan angkat telepon atau bales chat lo nanti!" Omel Annavia seraya memandangi ponselnya seolah ia sedang berbicara dengan Alden.
"Ya teleponlah kalau Aldennya belum ngabarin! If you are upset with him, just talk to him. Don't roast your brain alone, Vi." Ledek Safira yang tiba-tiba saja berjalan dari belakang Annavia, kemudian duduk di sebelahnya.
Saat itu, mereka berdua baru saja menyelesaikan siaran mereka.
"Siapa juga yang lagi kesel sama Alden?" Gerutu Annavia.
"Eh, Vi! Tadi Rafli bilang, kalau Felicya sudah setuju buat jadi guest star minggu depan. Gue heran deh, kenapa Felicya tiba-tiba langsung confirm, ya? Padahal biasanya dia confirm-nya lama."
"Oh, ya?"
"Mhm." Gumam Safira sambil tetap fokus dengan kertas di tangannya.
"Ya, berarti bagus dong! Kerjaan kita jadi lebih gampang."
Beberapa saat kemudian, Safira langsung bangkit dari kursinya sambil mengambil sebuah hardisk di dalam tasnya. "Gue mau ke Alden bentar, Vi. Dari tadi Nathan sudah nge-chat buat make sure apa hardisk-nya udah gue kasihin ke Alden apa belum."
"Alden?"
"Iya. Semalem Alden sempet mampir ke rumah Nathan, tapi si Bodoh itu malah ninggalin hardisk-nya. Jadi ya udah, Nathan titip ini ke gue. Lo tunggu, ya?"
"Biar gue aja!" Sahut Annavia dengan wajah sumringah seakan dia baru saja menemukan sebuah harta karun yang sangat berharga.
Safira terdiam, dan hanya menatap penuh keheranan pada Annavia yang tiba-tiba saja terlihat begitu bersemangat. Padahal tidak lebih dari dua menit yang lalu, wanita itu terlihat sedang kesal.
"Yakin?" Tanya Safira memastikan.
Annavia pun mengangguk mantap seraya mengambil alih hardisk itu dari tangan Safira.
"Iya, Fir. Sekalian juga gue mau turun cari minum." Alibinya kemudian.
"Mau gue temenin?" Safira bertanya sekali lagi sesaat setelah Annavia berjalan melewatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta Pertama
RomantizmAlden layaknya seorang penyihir jahat, yang berhasil melepaskan kutukannya pada Annavia- sang mantan pacar, sekaligus sahabatnya sejak masih kecil. Mereka pernah menjalin hubungan semasa SMA, tapi tiba-tiba saja putus karena Alden secara terang-tera...