001

1.3K 181 24
                                    

Langit senja berwarna kemerahan berganti menjadi malam berbintang dengan cahaya bulan redup, angin dingin menyebarkan rasa dingin kepada setiap orang.

Malam dingin membawa rasa kesepian pada seorang pemuda yang memiliki profesi sebagai seorang cenayang. Sebenarnya profesi ini biasanya akan turun kepada seorang wanita tapi sayangnya pemuda ini anak tunggal.

Kedua orang tuanya sudah meninggal, ayahnya pergi karena bunuh diri sedangkan ibunya meninggal karena roh jahat yang harus dia basmi. Memang itulah resiko seorang yang ahli dalam dunia supranatural, jika tidak kuat maka kau akan mati.
Jika ditanya apakah dia juga seperti ibunya? Maka salah, Dia hanya meramal saja, dia malas ikut campur apalagi sampai harus berurusan dengan roh jahat.

Pemuda yang kesepian itu awalnya nampak begitu menyedihkan padahal kenyataannya pemuda itu sangat-sangat bahagia dirinya mengecup-ngecup kertas berbentuk seperti tiket.

"Akhirnya jadi miliarder! Akhirnya Park Jisung akan melepas statusnya sebagai orang miskin!" Teriaknya, tanpa tahu malu.

Ya, pemuda itu atau bisa kita panggil Jisung baru saja memenangkan tiket lotre dengan nilai milyaran won.

Jisung menggunakan kemampuan meramalkan untuk menebak nomor lotre apa yang akan keluar, ternyata kemampuannya tidak buruk bukan?

Saat berjalan sembari menari-nari layaknya orang mabuk Jisung tidak sadar ada sebuah mobil sport dengan kecepatan tinggi melaju menghampiri dirinya.

Para hantu yang dekat dengan Jisung langsung berteriak, "Yak! Kau akan mati bodoh!"

Jisung yang mendengar itu hanya berdecak, "Menurut perhitungan takdir umurku itu panjang, bodoh!"

"Di sebelah mu ada mobil yang melaju tinggi, lari atau kau akan jadi seperti kami!" Teriak para hantu lagi.

Jisung terdiam, ramalannya tidak pernah salah. Jadi para hantu itu pasti berbohong.

Tin!
Tin!
Tin!

Jisung melotot dirinya langsung menoleh kesamping, dan terlambat.

Brugh!

Tubuh Jisung terpental cukup jauh, kepalanya mengenai batu yang cukup runcing, darah membanjiri dirinya, orang-orang kini mengerumuni dirinya.

Jisung terbatuk karena sekarat, 'Minimal ngerasain uang lotre dulu baru modar,' teriak batin Jisung.

Perlahan mata Jisung tertutup, dirinya kehilangan banyak darah sehingga Jisung tidak bisa bertahan.

°•°•°

Jisung membuka matanya, saat ini dia berada di ruang hampa. Jisung terdiam beberapa saat kemudian dengan panik memeriksa tubuhnya dan kepalanya.

"Loh kok sehat? Mana darahnya?" Gumamnya kebingungan sembari melihat sekitar.

"Hei kau sedang apa?" Tanya seseorang memakai pakaian tradisional Korea.

"Aku sedang mengecek diri sendiri, apakah masih hidup atau sudah mati!" Balas Jisung tanpa melihat ke sumber suara.

"Maaf, tapi kau sudah mati!" Seru orang itu.

Jisung melotot terkejut, kemudian menatap ke kanan dan ke kiri kayaknya orang ingin menyebrang.

"Sekarang, apa yang kau lakukan?" Tanya orang itu kebingungan.

"Kalau sudah mati biasanya ke surga atau ke neraka lah ini kok hampa, apa surga masih belum selesai?" Tanya Jisung polos.

Kini Jisung menatap ke arah pria berbadan besar, memakai pakaian tradisional berwarna hitam. Jisung menatap pria itu heran, penampilannya persis seperti dewa kematian, tunggu? Dewa kematian?

Shaman Transmigrated Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang