Chapter 11; Kebenaran

134 15 3
                                    

Holaaa~'

Aku mendiskusikan banyak hal bersama seorang penulis. Kami membicarakan soal ALPHA juga, dan itu menyulut keinginanku untuk melanjutkan cerita ini lebih besar dari yang kuduga.

Selamat membaca🤍

.

.

.

.

.

.

Renjun mengusap wajahnya dengan gusar. Ia memandang pintu ruangan tempat Jisung berada lalu berkacak pinggang. Sudah berlalu dua puluh menit sejak ayahnya tiba dan turun tangan untuk membantunya menyelesaikan kendala penyihir muda tersebut. Renjun tidak memiliki pilihan lain. Setelah kepergian Jeno, Johnny telah mengerahkan usaha untuk mengubah wujud Jisung, bahkan masuk ke dalam dengan pengawasan Renjun. Akan tetapi, seperti yang dikatakan alpha itu sebelumnya, serigala yang panik adalah masalah serius. Ini lebih sulit setelah Jeno menolaknya.

Jadi, Renjun mengeluarkan kartu AS terakhir, yaitu memanggil sang ayah mengingat sihirnya sendiri tidak dapat melakukan banyak hal. Renjun adalah penyihir yang hebat bagi dirinya dan serigalanya sendiri.

“Dia akan baik-baik saja,” kata Johnny di sampingnya. Pria itu belum pergi, setidaknya sampai dia melihat langsung wujud penyihir Jisung.

“Aku akan membunuh si Ruffle keras kepala itu.”

Mendengarnya, Johnny langsung menyentuh pundak Renjun--merematnya halus. “Dia pasti sangat terkejut. Kau tidak bisa menyalahkan Jeno sepenuhnya, Renjun.”

Renjun tidak mengatakan apa pun melainkan memutar memori di dalam kepala. Ia melihat ekspresi Jeno, saat dirinya mengatakan bahwa Jisung telah ditemukan. Luruh amarah pada garis wajahnya, sorot lapang yang mencuat seperti percik harapan di kedua bola matanya, Renjun tampak menemukan sisi baru Jeno kala itu. Namun, dia juga melihatnya, ketika Jeno melakukan telepati dengan Jisung. Ada sesuatu yang memukul pria itu, melukainya dengan telak. Renjun bersumpah dia melihat Jeno mengertakkan gigi.

“Renjun, kau baik-baik saja?”

Suara Johnny membawa sang penyihir pada realita. Renjun menoleh dan menemukan Johnny sudah menghadapnya, kedua alisnya bertaut khawatir.

“Aku harus melakukan sesuatu,” jawabnya kemudian segera berbalik menuju ruang tengah.

Pria itu memandang langit-langit ruangan, menaruh atensi pada kertas-kertas mantra sesaat sebelum memejamkan mata. Jaemin tengah berada di sekolah sekarang, itu berarti sekitar 4 km dari rumahnya. Tidak masalah, Renjun pernah melakukan telepati dengan jarak yang lebih jauh. Semakin kuat ikatan sihir mereka, semakin mudah bagi Renjun untuk menjangkau Jaemin. Dia hanya perlu memikirkan lebih banyak variasi makanan sebagai media sihirnya nanti.

Renjun?

Renjun langsung mengembuskan napas yang tanpa sadar telah tertahan. Suara pria itu bagai cahaya yang muncul di kegelapan. Kemudian semuanya menjadi sangat jelas, dan Renjun tidak perlu berpikir dua kali untuk membaginya. Karena dia mempercayai Jaemin.

Renjun tahu ia sudah memecahkan konsentrasi belajar Jaemin saat intonasi bicara sang empu berubah.

Aku akan mencarinya nanti. Kau tidak perlu khawatir. Jika ada hal yang pasti kuketahui, itu adalah setiap tempat yang didatangi oleh Jeno.”

ALPHA - Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang