Sore beranjak malam saat Neji menyuapi Kushina. Mereka tampak bahagia. Candaan sesekali keluar dari bibir mereka dan membuahkan gelak tawa yang menyenangkan.
Kushina kenyang sudah. Dia menenggak air dan ramuan obat untuk kesehatan kandungannya. Neji mulai makan untuk dirinya sendiri semenatara Kushina bergelayut manja di pundaknya.
"Aku akan membujuk Naruto untuk pulang besok. Sebenarnya malam ini, tapi.. kau datang. Kau tidak seharusnya datang."
Neji menghentikan makannya,'Kenapa kau ingin dia datang, sayang?"
Kushina meremas tangan Neji. Air matanya mengalir. Neji tahu apa yang dirasakan oleh Kushina.
"Hanya Naruto yang bisa menenangkan murka ayahandanya."
"Kushina..,"
Kushina menatap mata Neji. "Neji, kau benar. Aku takut. Aku takut pada Minato. Dia yang selama ini mendukung tahtaku. Dia yang kuat sehingga kerajaan berdiri tegak. Aku takut dia memisahkan kita. Lalu.. anak ini," Kushina mengelus perutnya,"Hanya Naruto yang bisa melindungi adiknya ini."
"Aku juga akan melindungi anak kita, Kushina."
"Kau tidak akan mampu. Kau akan kalah."
Neji menghela nafas, "Katakan padaku, apa yang bisa kulakukan, Kushina?"
"Tetaplah di sampingku. Hanya itu yang aku butuhkan. Hanya itu."
Sementara itu, Minato masih berada di kamp klan Uchiha. Fugaku Uchiha, pimpinan pembelot itu bahkan sudah tewas harakiri. Dari klan itu, hanya tersisa satu orang Uchiha. Mikoto Uchiha, istri Fugaku Uchiha.
Suaminya baru saja disemayamkan. Namun, dia telah menanggalkan kimono hitamnya. Kimono dengan warna secerah lampu malam bahkan membalut tubuhnya kini. Dia bersenandung, berdandan, menata rambutnya tinggi-tinggi sehingga menampakkan tengkuk dan leher jenjangnya yang indah. Parfum yang dipercikkan di tubuhnya menguarkan bau harum yang tercium hingga di luar kamar paviliun tempatnya berada.
Minato yang lewat di depan kamarnya berhenti sejenak. Pria itu menoleh ke asal suara nyanyian itu.
"Itu kamar pribadi Mikoto, istri Fugaku Uchiha." Seorang prajuritnya memberitahukan keberadaan Mikoto.
Minato mengangguk. Dia berjalan menuju kamar itu.
"Jenderal?"
Minato mengangkat tangannya. Tanda bahwa dia akan baik-baik saja. Perlahan, dia membuka pintu. Lalu... terlihat suasana kamar yang rapi dan romantis. Minato memasuki kamar lalu menutup pintu di belakangnya.
Mikoto menoleh. Lalu saat dia melihat bahwa yang memasuki kamarnya adalah Minato, dia kembali menatap cermin dan menyematkan aksesoris di rambutnya.
"Fugaku baru satu hari dikuburkan namun aku melihat bahwa masa berdukamu sudah lewat." Minato memulai pembicaraan.
"Yang sudah meninggal tidak mungkin hidup kembali," respon Mikoto. Dia menatap wajah minato melalui cermin dan berkata,"Kalau pun aku harus mati juga, bukankah akan lebih baik jika aku mati dalam penampilan seperti ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Desire Of Kingdom
أدب الهواةTak ada yang tahu sampai di mana desiran hati itu berakhir