"Kamu gak... lagi mabuk, 'kan?"
Pertanyaan itu diberikan oleh Seonghwa, begitu Hongjoong langsung menggerayangi tubuhnya, sembari melesakkan wajahnya pada permukaan leher Seonghwa. Untuk menggesek-gesek, untuk menghirup aroma tubuhnya, yang bercampur dengan wangi sabun yang digunakannya.
Secara pelan, Seonghwa melakukannya.
Hati-hati.
Toh... Seonghwa tahu, di masa SMA dahulu; Hongjoong begitu agresif saat mabuk. Atau mungkin sedikit mabuk--Seonghwa tak yakin hanya meminum setengah botol dapat membuangnya hilang kendali. Hanya saja Seonghwa memang tahu, Hongjoong tidak seperti saat di ibukota lalu--tertahan, tertekan beban.
Agresif di sini; bisa menjadi dua hal.
Seonghwa pernah melihatnya.
Dalam gumaman pelan, karena Hongjoong sibuk untuk menguasai leher Seonghwa--yang membuat lelaki kurus itu menjenjangkan leher--ia membalas. Hongjoong sempat memikirkannya. "You need a safe word."
"Kita bener-bener ngobrolin tentang... itu?" Seonghwa masih tak percaya, sampai harus mendorong tubuh Hongjoong.
Namun tak berhasil.
Hongjoong menekan tubuh Seonghwa merapat padanya, sembari mengarahkan satu kaki Seonghwa agar menginjak pada tepian kasur. Yang mana Seonghwa hanya melakukannya sembari sedikit menggigit bibir bawah.
Tak bohong, justru Seonghwa yang merasa takut sekarang.
"Iya, itu." Hongjoong menjawab. Dari satu tangannya yang semula telah berhasil membuat satu kaki Seonghwa terangkat, perlahan menggerayangi lutut ke pahanya, dalam balutan celana pantai yang memang dikenakannya saat itu, naik ke bokongnya. "Kamu neken aku terus, loh. Kamu minta terus. Kalau aku kasih, kayak gimana?"
Seonghwa menelan ludah, memang tak siap. "Tapi di sini... gak ada rumah sakit..."
"Kenapa harus ke rumah sakit?" Hongjoong bertanya, kali ini sambil meremas salah satu pipi pantatnya, Hongjoong juga menjilat leher tersebut, di perpotongannya. "Yakin mau sampai celaka?"
"Tapi--"
"Kayak gini aja udah takut, 'kan?" Hongjoong bertanya kembali, sembari menyelipkan satu tangannya ke dalam celana Seonghwa, langsung juga pada dalaman yang kenakannya. "Terus, sok-sok-an mau sampai parah?"
Merasa tertekan, Seonghwa mencoba mendorong tubuh Hongjoong kembali, namun dengan lemah. "Hongjoong, kita ngobrol dulu bentar. Aku gak siap kalau tiba-tiba kayak gin--"
"Kejadian dulu juga tiba-tiba, sayang. Gak ada yang tau." Hongjoong menarik wajahnya mundur, untuk menatap Seonghwa. Di saat dirinya juga membawa dua jemari, menekan langsung pada permukaan anal Seonghwa, tetapi masih menahannya. "Ya? Bener, 'kan?"
"Tapi--"
"Tapi terus." Suara Hongjoong menjadi sangat lembut. Bau alkohol masih tercium, jelas darinya. "Gimana? Berani gak?"
Seonghwa menahan napasnya, lalu melirik sekilas ke arah pintu yang masih terbuka. "Kamu yakin mau...?"
"Kamu yang yakin, mau atau gak?" Hongjoong bertanya lagi, mulai menekan kuat dua jarinya untuk menyeruak masuk, di saat keadaannya benar-benar kering di sana. "Ayo, safe word, coba?"
Seonghwa malah ketakutan, jelas ketakutan.
Ya, ada sedikit rasa bersemangat--Hongjoong mau menanggapinya.
Namun menghadapi Hongjoong yang seperti ini...?
Seonghwa pernah mengatakan, suatu hari nanti, Seonghwa akan benar-benar takut jika Hongjoong bersikap sama seperti bagaimana laki-laki itu pada orang lain. Pada orang-orang yang akan menjadi sekilas dalam hidupnya. Pada mereka yang diperlakukan Hongjoong baik, hanya untuk satu kali pakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1
FanfictionTHE FINAL OF THE TRILOGY. Starts : April 1st, 2023