"Liburan persaudaraan?" Kak Johan mengulang.
"Ya, rasanya kita belum pernah melakukan itu bukan?"
Ia mengangguk atau mungkin barangkali ini memang pertama kalinya ia mendengar seperti ini. Ya, ini acara yang kubuat-buat.
"Tapi kau tahu kan Willy ada di Barat dan ya aku yakin kakakmu Ernest tidak akan mau ikut." Kak Johan menimang-nimang siapa saja yang bisa ikut dan ia kemudian menyuruhku untuk duduk di kursi tehnya sembari memintaku menjelaskan lebih lanjut.
"Tidak masalah. kita berdua saja yang pergi," kataku meyakinkan kak Johan.
"Baiklah akan kubicarakan dengan Yang Mulia Raja dan Ratu."
"Aku tidak yakin mereka akan mengizinkannya. Bagaimana kalau kita langsung kabur saja?"
"Ke mana?"
Aku tersenyum dan mengeluarkan peta kecil dari sakuku.
Sebelum ke sini aku memang sudah mempersiapkan kemana tempat yang tidak bisa digapai oleh para pengawal kerajaan untuk liburan dan Kael merekomendasikan pulau pribadi milik menara penyihir.
Aku menawarkan itu dan sepertinya kak Johan sedikit ragu-ragu.
"Tapi bagaimana kalau ada apa-apa? Masalahnya ini dengan kerajaan sebelah."
Aku sedikit kebingungan dengan pernyataan kak Johan yang ada benarnya.
"Bagaimana kalau kita mengajak tunangan kakak itu juga. Sekaligus mengenalnya lebih lanjut lagi. Lagipula kakak belum pernah menemuinya bukan?"
Kak Johan mengangguk ragu-ragu juha, ia memang hanya tahu foto gadis itu tanpa mengetahui ia seperti apa dia. Namun, mungkin yang di pikirannya apa tidak masalah mengajaknya seperti ini?
Ya, aku juga berpikir demikian. Namun untuk menculik, ralat, membawa Putri Isadora dari mansion Duke dari kerajaan Elegor tidak kusangka agak sulit juga. Mansionnya cukup ketat dan gulungan sihir teleportasi hanya membawaku dan kak Johan ke gerbangnya saja.
Kami juga meminta bantuan serangga kecil dari sihir yang kupelajari untuk menyampaikan pesan ke Putri Isadora yang ada di dalam sana. Kupikir ia akan mengabaikan atau serangga tersebut tidak sampai karena ketatnya mansionnya dari fisik atau pun sihir juga. Namun, ternyata serangga itu sampai dan membuat putri Isadora muncul ke depan gerbang.
"Hormat saya pada yang mulia pangeran Johan dan putri Wilhelmina."
Ini adalah hormat yang paling anggun yang pernah kuterima, dan itu disampaikan oleh putri Duke kerajaan tetangga yang juga, kecantikannya setingkat dengan Ibuku.
Bermata hijau dengan rambut cokelat gelapnya, serta keteduhan dari tatapannya. Bibir meronanya yang seperti bunga mekar berkecukupan. Siapa pun pasti seakan tersihir termasuk aku. Meski tidak ada yang mencolok darinya, tetapi dibalik kesederhanaannya itu, aku yakin Kak Johan juga tersihir karena ia membeku tidak segera membalas salam penghormatan itu setelah aku.
"Kakakku dan calon kakakku. Mari."
Aku tersenyum dan segera menggaet kedua tangan orang tersebut. Dengan sihir teleportasi dari gulungan yang kupegang akhirnya kami langsung melesat dan tiba di sebuah tempat yang cukup apik.
Ada pelayan, tetapi kata Kael mereka bukan manusia. Sejenis makhluk dari sihir tetapi aku tidak bisa membedakannya dengan manusia biasa. mereka sangat mirip.
"Selamat datang yang mulia pangeran Johan, yang mulia putri Wilhelmina dan yang mulia Isadora."
Seorang pelayan datang menyambut kami, ia hormat dan aku pun tersadar segera melepaskan tangan kedua orang yang tengah kuculik ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Cry, Wilhelmina
Fantasy"Adikku yang manis. Jangan menangis. Aku tahu ini berat, maka kuhadiahi setiap tangisanmu selanjutnya menjadi hari bahagiamu!" Kakaknya tersenyum dan mengusap air matanya. Wilhelmina Aabye hanya seorang puteri kerajaan biasa yang kerajaannya sedang...