Jimin terbangun saat matahari pagi menyilaukan indra penglihatan nya, matanya mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya dia bangkit sambil mengusap wajah nya, membuka mata perlahan sambil menatap sekeliling
Sunyi...
Tidak ada suara eomma nya
Atau suara pembantu dirumah nya
Bahkan burung pun enggan berbunyi di pagi gerimis ini, namun matahari tetap memaksa naik dan mencuratkan sedikit pencahayaan ke dalam ruangan yang sedang Jimin tinggali ini
"Apa yang lain masih tertidur atau memang tidak ada keributan" Lirih Jimin
Jimin menyibak selimut nya perlahan sambil berjalan keluar kamar, menengok kebawah dan mencoba mencari seseorang agar rasa penasaran nya dengan kesunyian ini terjawab
Namun tak ada seseorang pun yang lewat di lantai dasar itu, bahkan di lantai dasar itu lampu masih tertutup dan sedikit gelap
Yahhh sepertinya penghuni rumah sedang malas untuk bangun di pagi yang di rintiki segudang air
"Aku juga terlalu malas untuk mandi, sebaiknya aku minum saja"
Setelah nya Jimin melangkahkan kaki nya kedapur, mengambil gelas dalam lemari dan meneguk perlahan air yang ada di dalam gelas
"Ahjumma pun tidak datang hari ini, ahhh mungkin karena hujan" Lirih Jimin lagi dan lagi
Jimin mengusap perut buncit nya, entah kenapa sekelabat bayangan tentang Jungkook memenuhi otak nya, biasanya di pagi hari pria bermata hitam itu akan berdiri di depan kamar nya sambil memegang nampan yang berisi sarapan dan segelas susu hangat
Kemudian memaksa masuk kamar sambil me nyuapi nya dan berceloteh ria tentang pengalaman kerja nya yang sepertinya menjadi rutinitas bagi Jimin mendegar kan segalanya tentang Jungkook
Setelah sarapan biasanya Jungkook akan berolahraga sebentar sebelum izin pergi bekerja, dia akan berlari kecil mengelilingi ruang tamu atau mengangkat barbel barbel yang ada di sebelah pintu ruang tamu
Jujur saja Jimin sedikit merindukan bocah yang berbeda umur dengan nya itu, namun rasa rindu itu segera menghilang kala ingatan Jimin beradu pada wajah Yoongi kekasih yang di perkenalkan Jungkook padanya
Jujur saja Jimin akui mereka memang baik padanya dan memperlakukan nya layak nya seorang yang wajib mereka lindungi tapi dalam hati kecil Jimin, Jimin belum bisa menerima kenyataan bahwa dia juga mencitai Jungkook, tentu saja Jimin bukan pria bodoh yang mempertaruhkan perasaan nya pada Jungkook lalu membuat Yoongi mundur, tidak! Jimin tidak akan berbuat sejauh itu
Lagi pula apa yang bisa ia banggakan untuk melampaui Yoongi, tidak ada! Yoongi terlalu sempurna untuk di saingi, bahkan secuil pun Jimin takan mampu mengalahkan pria manis berwajah pucat itu
"Kau sudah bangun Jim? " Pertanyaan itu mengagetkan Jimin
Jimin menoleh dan mendapati eomma nya yang berjalan ke arah nya
"Ehh, aku baru saja bangun dan memutuskan untuk minum" Sahut Jimin
Eomma Jimin hanya mengangguk lalu mengambil beberapa helai roti dan membaluti nya dengan selai
"Apa kau mau sepotong Jimin? " Tanya Baekhyun
Jimin menggeleng
"Aku belum nafsu, nanti begitu nafsu aku akan membuatnya sendiri, perut ku sedikit mual" Sahut Jimin
Baekhyun hanya mengangguk paham lalu melanjutkan acara makan nya tanpa menoleh ke arah Jimin
"Eomma dan appa hari ini akan keluar sebentar membeli ranjang bayi, apa kau mau ikut atau istirahat saja dirumah? "
Jimin tak menjawab, matanya menatap lurus kedepan, otaknya masih tertuju pada sosok laki-laki yang dari kemaren tak Jimin hiraukan pesan nya
"Baiklah sepertinya kau memang butuh waktu sendiri, eomma akan bersiap pergi, jika kau mau makan sesuatu telpon saja ahjumma, dia akan datang " Baekhyun mengelus halus surai Jimin
Jimin hanya mengangguk sekena nya, dia terlalu malas meladeni siapapun saat ini
Baekhyun menghentikan langkah nya
"Soal permintaan mu pada appa kemaren jim, orang tua ayah anak itu akan menemui mu malam ini, apa kau siap? Jika tidak kamu akan mengund___"
"Tidak, aku akan senang mereka datang" Potong Jimin
Baekhyun tersenyum kecil lalu melangkah pergi dia paham apa yang dirasakan putra nya itu, pasti belum sepenuhnya menerima ke adaan yang menimpa nya, dan tugas Baekhyun adalah jangan terlalu ikut campur agar si anak tidak tambah tertekan
.
.
.
.
.Entah berapa lama Jimin melamun di dapur, matanya bahkan tak berkedip sedikit pun, suara ahjumma yang membereskan rumah pun tidak mengganggu lamunan Jimin sedikit pun, otak nya masih berputar-putar tanpa arah dan masih tetap pada pertanyaan yang sama
"Aku merasa semua nya terasa aneh dan sangat aneh" Lirih Jimin
"Ada apa tuan? Kenapa tuan sepertinya memikirkan sesuatu berlebihan" Suara halus ahjumma membuat Jimin mengalihkan pandangan nya
"Tidak apa apa, Jimin hanya merasa sedikit kesal" Sahut Jimin
Jimin berdiri lalu melangkah meninggalkan dapur
"Ahhh iya ahjumma untuk sarapan nya, bawakan ke kamar saja ya" Ucap Jimin sebelum benar-benar pergi
.
.
.
.Mata Jimin tertuju pada benda pipih persegi empat yang tergeletak di atas nakas, beberapa kali benda itu bergetar menandakan panggilan masuk dari orang yang sama, namun sang pemilik benda itu sangat tidak ingin mengangkat telpon dari sang pe nelpon
"Tidak ada yang harus kita bicarakan lagi, aku anggap kita tidak saling mengenal, aku harap setelah ini kau mulai lelah menghubungi ku" Otak Jimin bergerilya dengan hati nya
Otak Jimin meminta agar Jimin jangan mengangkat telpon tersebut, namun hati nya bersi keras untuk mengangkat telpon tersebut, karena mau bagaiamana pun Jungkook dan Yoongi pasti khawatir dengan keadaanya yang tiba-tiba menghilang
Tangan Jimin meraih benda itu lalu setelah deringan ke lima Jimin mengankat nya namun tak berbicara sepatah kata pun
"Apa kau baik baik saja? Kau kemana saja? Kenapa kau menghilang? Apa kau di sandera seseorang? " Pertanyaan beruntun menambah pusing kepala dan hati Jimin
'Kenapa kau begitu perhatian, padahal kau sudah punya hati yang harus di jaga'
"Jimin ini aku Yoongi, sepertinya kau marah pada kami, tapi aku mohon jawab, kau sedang dimana? Apa kau baik baik saja, apa tidur mu nyenyak? Apa kami harus menjemput mu? Bagaimana keadaan anakmu" Kini giliran si manis yang berbicara
Jimin menghela nafas panjang, sangat panjang, matanya mulai meneteskan air mata, Jimin bukanlah orang yang cengeng pada suatu masalah, tapi entah kenapa semua ini sangat menguras semua emosi yang ada di dalam dirinya
"Tolong jangan ganggu aku lagi, aku tidak ingin kalian ada di dekat ku, anggap saja kita tidak pernah bertemu, jika kalian ingin tahu alasan nya kenapa, akan ku jawab, aku tidak suka dengan kehadiran kalian di hidupku" Sahut Jimin dengan nada rendah dan terdengar sangat dingin
"Apa maksud mu jim, aku_____"
Tutt
Telpon di matikan secara sepihak oleh Jimin, Jimin memejamkan matanya kuat kuat, Jimin yakin ini adalah pilihan yang tepat karena ini yang harusnya dia lakukan sejak awal
Kehadiran nya hanya akan membuat hubungan Jungkook dan Yoongi merenggang, dan sebelum itu terjadi dia harus pergi, pergi sejauh mungkin
Jimin melempar hape nya sembarang lalu berjalan ke balkon, duduk di salah satu bangku gantung lalu menatap suram langit yang masih menitikan butiran air ke bumi
"Setidaknya aku bukan parasit di hidup kalian " Senyum tipis Jimin terlihat lebih menyakitkan dari air mata
.
.
.
.
.Untuk chapter selanjutnya bakalan ada kejutan, hehehehe ditunggu ya

KAMU SEDANG MEMBACA
PREGNANT || KM || END
RomanceMenjadi korban pelecehan seksual tidak akan pernah mudah, cerita yang di alami pasti tidak akan kunjung berhenti, bahkan orang terdekat pun tidak akan mengerti rasa sakit yang dirasakan oleh korban, sekuat apapun mencoba korban pasti akan mengalami...