23 | Suspect pt.1 (Season 2)

258 43 2
                                    

Dokter Zheng mulai mempersiapkan fetal doppler ke perut Xiao Zhan kembali. Tangannya menggeser ke kanan dan ke kiri, mencari letak posisi janinnya berada.

Gelombang ultrasound keluar dari fetal doppler. Suaranya terdengar sangat cepat dan kuat, berdentum seperti tapak kuda yang sedang berlarian di hutan.

Dug! Dug! Dug!

Setetes air mata Xiao Zhan jatuh ke pipi. Ia tidak bisa menahan rasa haru yang sedang menyelimuti dirinya sekarang ini. Ia kembali menolehkan wajahnya pada Yibo yang juga menatapnya.

“Kamu dengar itu, Ge? Detak jantungnya sangat cepat!”

Wang Yibo mengangguk seraya tersenyum. “Ya, dia sangat kuat.”

Fetal doppler itu kemudian dihentikan oleh Dokter Zheng. “Baiklah, sesinya telah berakhir. Saya akan menuliskan beberapa resep vitamin asam folat untuk Tuan Xiao. Mohon untuk dihabiskan, ya?”

Xiao Zhan menjawab dengan anggukan. Setelah mendapatkan respons yang bagus, Dokter Zheng kemudian meninggalkan Xiao Zhan di atas bangsal yang sedang dibersihkan oleh Wang Yibo dari gel tadi menggunakan tisu.

Beberapa resep vitamin telah selesai di catat, Xiao Zhan dan Wang Yibo kini sudah duduk di hadapan Dokter Zheng.

Dokter Zheng menyerahkan kertas resep obat yang tadi ia tulis. “Ini resep untuk vitaminnya,” setelahnya, Dokter Zheng mendorong sebuah kartu memori ke arah pasangan di depannya. “Dan ini ... rekaman suara detak jantung bayi kalian,” jelasnya lagi.

Wang Yibo menerima keduanya. Sebelum mereka berdua keluar dari ruangan itu, Wang Yibo dan Xiao Zhan mengucapkan rasa terima kasih kepada Dokter Zheng.

Di depan apoteker, Xiao Zhan duduk menunggu sambil mendengarkan suara detak jantung bayinya melalui ponsel yang telah dimasukkan kartu memori tadi.

Seolah tak ada bosannya, ia terus mengulangnya lagi dan lagi. Tidak tahu sudah berapa kali. Sebelah tangannya yang bebas, bergerak mengelusi permukaan perutnya. Garis tipis pun mulai tercipta begitu indah di wajah Xiao Zhan.

Wang Yibo yang telah selesai membayar tagihan administrasi serta mengambil obat yang di resepkan di apoteker, segera saja ia menghampiri Xiao Zhan yang duduk sambil mengelus perutnya.

“Ayo, kita pergi,” ajak Yibo seraya tersenyum.

Xiao Zhan mendongak. “Hm.” Senyumnya masih belum hilang dari wajahnya. Ia mematikan ponselnya, menaruh kembali ke tas selempang yang ia bawa. Setelahnya, mereka langsung pergi ke tujuan selanjutnya yang telah mereka sepakati semalam.

Wang Yibo dan Xiao Zhan pergi ke salah satu mall terbesar di Beijing. Mereka masuk ke salah satu store bayi dan anak-anak.

Mata Xiao Zhan telah mengedar ke seluruh tempat. Dia lalu menelusuri dari pakaian bayi dahulu, Wang Yibo mengikutinya di belakang.

Tangannya menggapai satu pakaian bayi berwarna biru langit. Dia lalu menunjukkannya pada Wang Yibo.

“Ge, bagaimana dengan yang ini?”

Wang Yibo melihat pakaian itu. “Sangat bagus, kamu menginginkannya?”

Xiao Zhan mengangguk cepat. “Aku menginginkannya.”

“Kalau begitu, kita akan ambil ini.” Wang Yibo memanggil pekerja yang bertugas. Dia mengambil pakaian yang Xiao Zhan pegang. “Kamu pegang ini.”

“Baik.” Pekerja itu lalu memasukkannya ke dalam tas keranjang. “Saya tebak bayi kalian pasti laki-laki,” terka pekerja itu.

“Tidak, kami belum tahu jenis kelaminnya.”

“Ah, kalau begitu kami juga memiliki berbagai macam produk unisex dengan bahan berkualitas tinggi. Mau saya bantu rekomendasikan?” tawar pekerja itu ramah.

Xiao Zhan tentu saja tidak menolak, “Ya, tolong rekomendasikan barang yang bagus untuk kami.”

Pekerja itu tersenyum ramah. “Dengan senang hati, mari ikuti saya.”

Dering telepon berbunyi, itu dari Zhao Liying. Wang Yibo melirik ke arah Xiao Zhan yang melihat perlengkapan bayi bersama pekerja store. Dia lalu mencari tempat untuk mengangkatnya.

“Halo, ada apa?”

“Di mana kalian? Para pelayan bilang kalian tidak ada di rumah setelah sarapan,” tanya Zhao Liying.

Mata Wang Yibo masih mengawasi Xiao Zhan dari jauh. “Di mall, kami membeli perlengkapan bayi setelah USG rutin.”

“Kalian tidak mengajakku?”

“Kamu sibuk dengan butikmu, bukan? Aku dan Zhan tidak ingin mengganggumu. Kami bisa belanja berdua,” jawab Wang Yibo terus terang. Dia ingin sekali mengakhiri panggilan ini dan menemani Xiao Zhan membeli perlengkapan bayi, tapi itu pasti akan sangat mencurigakan untuk Liying.

“Kamu benar. Baiklah, selamat bersenang-senang. Aku akan menunggu kalian di rumah. Aku mencintaimu, Bo.”

“Ya.”

Panggilan itu Wang Yibo tutup tanpa menjawab kalimat akhir yang Zhao Liying katakan. Setelah panggilan itu di tutup, Wang Yibo menghampiri Xiao Zhan dan membantunya memilih perlengkapan bayi mereka.

•••

Zhao Liying mendesah kecewa dengan respons yang diberikan oleh Wang Yibo. Sudah beberapa hari ini pria itu tidak pernah lagi membalas ungkapan cintanya.

Hubungannya dengan Wang Yibo semakin hari semakin merenggang sejak kehamilan Xiao Zhan. Mereka sudah sangat jarang sekali memiliki waktu berduaan, karena Wang Yibo selalu menghabiskan waktunya bersama Xiao Zhan hampir setiap hari.

Zhao Liying menjatuhkan tubuhnya pada kursi. Ponsel yang tadi ia genggam kini sudah di lempar entah ke mana.
Kedua tangannya berpangku di atas meja, jemarinya saling menjalin menjadi satu kepalan. Di ketuk-ketuk dahinya itu. Desah frustrasi langsung saja keluar dari belah bibirnya yang di gincui warna merah tua.

Mata rusa itu terpejam rapat, pikirannya mulai melalang buana, melayang pada beberapa hari yang lalu, di mana ia memaksa masuk ke dalam ruangan kerja Wang Yibo menggunakan kunci duplikat yang ia miliki.

Ya ... Zhao Liying memang memiliki semua kunci duplikat rumah itu. Tak ada satu pun yang dia tidak ketahui, semua seluk beluknya bahkan ia tahu tanpa terkecuali, bahkan kamar yang berada di dalam ruangan kerja suaminya pun ia tahu.

Jujur saja ia sangat kecewa. Suaminya masih berhubungan seks dengan Xiao Zhan, padahal Xiao Zhan telah hamil hampir lima bulan. Jadi, bukankah hal itu sudah cukup untuk tidak menyentuh pemuda itu lagi?

Kalau pun dia ingin, maka ada dirinya sebagai istri, tapi mengapa harus Xiao Zhan? Apakah dirinya ini masih kurang memuaskan bagi pria itu?

Kalau memang demikian, lalu apa yang kurang darinya? Ia tidak mengerti, ia telah melakukan berbagai macam treatment rutin, melakukan perawatan ini itu dan berbagai macam lainnya.

Hubungan Wang Yibo dan Xiao Zhan, tidak seperti hubungan kakak beradik pada umumnya. Tak ada satu pun hubungan kakak beradik yang melakukan hubungan intim seperti itu.

Kalau pun ada, maka itu seharusnya menjadi kasih sayang yang ‘sakit’. Zhao Liying kembali menghembuskan napasnya lagi. Dia harus berbicara pada Wang Yibo ketika mereka di rumah nanti.

Ia tidak boleh membiarkan hal itu terus berlanjut. Kalau hubungan ini terus berlanjut, maka kemungkinan mereka akan ....

Zhao Liying tidak bisa membayangkannya.

Maka sebelum itu terjadi, ia harus bertindak tegas pada keduanya. Ia harus mengingatkan keduanya tentang kontrak yang telah mereka sepakati bersama-sama.

Temporary Happiness [PDF✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang