🥤68.Bertanya-tanya.

33 8 0
                                    

Jangan lupa vote dan komennya yah^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa vote dan komennya yah^^

ooo






"I don't Know... Gue ga tau harus balas perasaan lo seperti apa. Untuk sekarang gue cuma... Cuma... I think... I Can't lose you, Jov... I can't... "

Gue kembali mencium bibirnya, sedang tangan Jovan yang memeluk mulai bergerak mengelus punggung gue lembut.

Merasa tak nyaman dengan posisi kami gue segera pindah duduk di atas pangkuan Jovan masih dengan bibir yang saling tertaut.

Ini bukan yang pertama, Jovan telah seringkali mencium gue seenak jidat malah, namun tak mungkin semua ciuman itu terjadi tanpa andil gue.
Meski gue terus menyangkal namun sejatinya gue juga menikmati ciuman kami, meski tak semuanya.

Bahkan jika dipikirkan lagi, ciuman yang gue dan Jovan lakukan sudah lebih banyak dari ciuman gue dan Cakra yang sungguhan menjalin kasih.

Apa selama ini gue ternyata buta, serta bodoh untuk memahami diri gue sendiri? Jika sejatinya dalam diri gue, ada bagian yang menginginkan pria ini, membutuhkannya, serta tidak ingin kehilangannya.

Entahlah, apa ini Cinta? Sekedar hasrat sesaat? Atau hanya rasa membutuhkan seseorang ditengah masa berduka gue yang baru putus dari Cakra?

Namun sumpah, mikirin itu cuma bikin gue semakin bingung dan pusing.

Semakin dalam dan mesra ciuman kami, otak gue serasa kian gila, ada dorongan nafsu yang terus membesar dalam tubuh ini seiring waktu bergulir, kami memperdalam pagutan satu sama lain seperti anak kecil yang rakus memakan kue tartnya.

Tak ada yang ingin menyudahi ini diantara kami, hingga tiba-tiba muncul sorotan lampu mobil lain mendekat kearah kami, Jovan Reflek menjatuhkan gue ke kursi samping lalu perlahan ia mengintip sebuah mobil yang baru berhenti di belakang mobil kami.

Degup jantung gue yang memburu tetap berpacu sama cepatnya, hanya bedanya jika sebelumnya degub itu dipenuhi rasa nikmat dari kupu-kupu yang berterbangan di rongga dada, kali ini degup itu dipenuhi ketakutan.

Jovan menatap gue tajam dengan raut yang sulit gue artikan, namun sedetik kemudian syukurnya sebuah senyum terbit diwajah nya.

"Kita selamat, Mel..." Bibirnya mengecup bibir gue singkat. Lalu membantu gue untuk kembali duduk dan tak lama seorang pria membuka pintu mobil dibelakang tubuh Jovan, lalu disusul disisi gue.



"Kak Radit? Kak Aron?"


"Mel, Sorry yah... Baru sampai. Kamu pasti ketakutan banget yah? " Aron mengajak gue bicara sembari membantu Jovan untuk keluar dari dalam mobil. Gue hanya mengangguk tipis menanggapi pertanyaannya, sedang disamping gue Radit juga bertanya.

"Kamu ada terluka, Mel?"

Pertanyaan bagus! Gue langsung mengangguk. "Kaki gue tadi kena beling doang sih. "

Our Blue Sky : JOVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang