Octagon 3 - 116 : Memori Berantakan, Hati Berantakan

249 31 22
                                    

Mungkin memang matahari telah terbit sejak dua jam lalu. Juyeon, adalah yang paling pertama bangun, di common area tersebut, dengan mengerang merasakan pening, akibat keinginan untuk melepas seluruh beban yang terasa.

Juyeon mendudukkan diri, masih memejamkan mata sembari menekan pelipisnya. Sedikitnya memukul-mukul belakang kepala agar dirinya benar sadar di sana. Sampai kemudian perlahan mengerjap, untuk melihat keadaan.

Saat Juyeon membawa tatapannya ke bawah tubuhnya, nyatanya dia sudah tak mengenakan kaus. Ah, itu hal biasa. Bahkan Juyeon sering sekali telanjang saat mabuk—walau untuk kasus hari ini, dirinya masih mengenakan celana.

Juyeon terkekeh tiba-tiba, memikirkan begitu serunya semalaman, setelah banyaknya masalah yang terlalu menumpuk untuk dihadapi. Di dekatnya terdapat San, juga Wooyoung.

Ketika Juyeon menoleh ke belakang pun, terdapat Younghoon tidur memeluk Mingi. Jongho, Yeosang dan Yunho di spot mereka masing-masing.

Menyenangkan.

Hanya saja ketika dirinya meraih kausnya yang tak jauh dan hendak mengenakannya, Juyeon terkejut. Terkejut usai menemukan beberapa jejak merah kebiruan di tubuhnya—cukup banyak di tulang selangka dan dadanya.

Sontak, Juyeon membulatkan mata walau ingatannya belum sempurna.

Namun Juyeon bergerak secara insting, langsung mengenakan kausnya kembali, lalu menarik lengan San cukup kasar agar lelaki itu terbangun. Yang mana memang berhasil, San mengerang pelan, sebelum kemudian terbungkam oleh bagaimana Juyeon menutup mulutnya.

Sehingga San terkesiap—karena baru mau bernapas, tiba-tiba tertahan, walau masih ada lubang hidupnya.

Juyeon langsung melotot, menarik lengan San kembali agar bangun, dan mengikutinya ke arah jembatan.

Memang, San mengikutinya—padahal masih sulit untuk mendapatkan kesadaran, pun rasanya cahaya matahari menyiksa indra pengelihatannya.

Pening. Pusing. Berat.

Juyeon langsung melepaskan cengkeramannya, untuk menghadap ke arah San, dan mencoba memastikan apa yang terjadi.

Karena rasanya Juyeon tahu, sekaligus tak tahu.

"Lo... anjing, lo ingat semalam gak?"

"Hah?" San bertanya dalam bingung, sedikit oleng kemudian. "Bentar, bentar... gue butuh hidup dulu, bentar... tai banget lo."

Tak memungkiri, kepala Juyeon juga pening.

Hanya saja... sekilas Juyeon ingat.

Juyeon dan San... berciuman, 'kan?

"Lo inget gak semalem?!" Juyeon bertanya lagi, penuh penekanan, namun nadanya ditahan sedemikian mungkin agar tak terdengar jelas. "Heh, gue butuh kita nyatuin memori!"

San yang merasa ditodong saat nyawanya belum terkumpul sempurna, membuatnya menggeleng pelan. "Please, pelan-pelan, gue bingung..."

Sekilas, Juyeon melihat ke arah belakang. Belum ada yang bangun lagi. Sehingga Juyeon yang panik pun menatap ke arah San kembali, lalu menangkup pipinya, untuk menepuk kasar. "Lo inget gak kita ciuman semalam?!"

Satu pertanyaan itu mampu membuat San membulatkan mata, dan kemudian menyentuh mulutnya sendiri. "Hah...?"

"Lo... anjing, gak inget?!"

Dalam pelan, San menggelengkan kepalanya, sebelum meringis berusaha mengingat. "Bentar... gue malah ingetnya nyium Wooyoung..."

Satu trigger itu membuat Juyeon sedikit teringat akan apa yang sebagian terjadi. Di sana pula, Juyeon menahan napasnya sejenak. "Anjing... gue juga nyium dia..."

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang