chapter 十二

165 41 25
                                    

HAPPY READING

12







"Kau akan datang ke acara reuni malam ini, kan?" tanya Chris di ujung sana.

"Yap," sahut Hyunjin sambil membidik kuil Jogyesa dengan kameranya. Earphone di telinganya yang terhubung dengan ponsel di saku jaketnya membuatnya bisa tetap memotret sambil berbicara dengan Chris.

"Kau mau kujemput?"

"Tidak usah. Aku sudah tahu tempatnya dan aku sudah meminjam mobil dari pamanku."

"Kau masih meminjam mobil pamanmu?" Nada suara Chris terdengar ragu. "Memangnya kenapa?"

"Setelah apa yang terjadi padamu waktu itu?"

Hyunjin tertawa kecil. "Aku tidak ingat apa-apa soal itu, jadi aku sama sekali tidak merasa takut atau semacamnya."

Chris hanya bergumam dan berkata, "Kudengar ibumu sudah kembali ke Amerika?"

"Ya. Kemarin sore. Kakak iparku sudah melahirkan. Saking gembiranya ibuku langsung pulang ke New York dengan pesawat pertama, meninggalkan anaknya yang baru keluar dari rumah sakit ini."

"Tapi kau merasa sehat, bukan? Obatmu tetap kau minum?"

"Astaga, kau terdengar seperti ibuku. Padahal tadinya aku sudah sempat merasa lega karena ibuku kembali ke New York dan membiarkan aku tenang sedikit," gurau Hyunjin sambil tertawa. Ia mengubah sudut kameranya dan melanjutkan, "Aku sangat sehat. Kau tidak perlu khawatir."

"Baiklah," kata Chris sambil mendesah. "Sampai jumpa nanti malam."

Setelah melepaskan earphone dan memasukkannya ke saku, Hyunjin kembali mencari objek yang bagus untuk dipotret. Lentera-lentera warna-warni juga bisa menjadi objek yang bagus kalau dipotret dengan benar.

Sejak keluar dari rumah sakit lima hari yang lalu, Hyunjin tinggal di apartemen di Gangnam, menghabiskan waktunya dengan berkeliling Seoul dan memotret apa saja yang menarik perhatiannya. Ia yakin ia sudah pernah melakukan semua itu selama sebulan terakhir sejak ia tiba di Seoul, tetapi karena ia tidak ingat apa-apa, ia memutuskan untuk melakukannya sekali lagi. Siapa tahu bisa membantu mengembalikan ingatannya sedikit demi sedikit. Tetapi sejauh ini ia tidak mengingat apa pun. Semuanya tetap terasa asing dan baru baginya.

Tidak ingat juga tidak apa-apa. Itulah yang selalu dikatakannya pada diri sendiri. Awalnya memang berhasil. Ia tidak terlalu memedulikan rentang waktu satu bulan yang hilang dari ingatannya. Ia yakin tidak ada hal penting yang harus diingat dan dokter berkata ingatannya perlahan-lahan akan kembali. Jadi ia tidak berniat memaksakan diri dan membuat sakit kepalanya bertambah parah.

Tetapi akhir-akhir ini ia mulai merasa ada sesuatu yang hilang. Ia tidak tahu apa. Hanya saja setiap kali ia bangun tidur, makan, atau berkeliling Seoul, ia selalu merasa ada sesuatu yang kurang. Ia berusaha keras mengabaikannya, tetapi tidak berhasil. Akhirnya ia berpikir itu mungkin semacam efek samping yang diderita otaknya yang malang. Hanya itu penjelasan yang mungkin.



©hmnhynjn



Hyunjin baru saja akan meninggalkan apartemennya ketika ponselnya berdering. Ia menatap layar ponsel itu dan tidak mengenali nomor yang muncul di sana. "Halo?" gumamnya datar ketika ponsel sudah ditempelkan ke telinga.

Like the First Snow, I Will Go to YouWhere stories live. Discover now