Juyeon mengajak Yeosang, ketika Wooyoung merasa ada hal yang perlu mereka bicarakan—atau setidaknya ia tanyakan. Walau tak bisa protes, lantaran mereka bertiga menghuni hunian yang sama di barat daya.
Itu adalah sebuah kejadian tak terduga.
Semalam, maksudnya.
Wooyoung telah terlelap lebih dahulu. Sejenak, tetapi berhasil membantunya untuk setidaknya lebih baik, dari pada setelah meminum alkohol berkadar tinggi itu. Sehingga Wooyoung sadar, juga tahu, diantara efek mabuk tipisnya, bahwa San dan Juyeon tengah berdua. Sehingga itu yang membuatnya juga, ingin, berada di pelukan San.
Butuh kehangatan, tepatnya.
Terlebih dengan dinginnya udara.
Terlebih juga dengan naiknya suhu tubuh.
Ketika berada dalam pelukan San—di mana mereka berpelukan dengan saling bertumpu lutut pada lantai—yang Wooyoung lakukan hanyalah mencoba mendapatkan satu yang tak bisa didapatkannya, dengan mereka keadaan sadar. Walau sudah membicarakan, San masih menjaga jarak. Bahkan San tampaknya baik-baik saja tak sekamar dengannya, selagi Wooyoung satu kamar dengan Juyeon.
Tak adakah kecemburuan?
Wooyoung juga ingin... dikejar dan diperjuangkan, tahu?
Namun tak apa, saat itu, Wooyoung senang berada dalam pelukan San. Terasa hangat dan nyaman, sampai tak sadar bahwa dirinya tersenyum dengan mata terpejam, setelah tahu bahwa San menerima pelukannya juga dengan senyuman.
Jadi Wooyoung hampir terlelap lagi, karena efek alkohol masih menguasainya, menyebabkan kantuk luar biasa.
Sampai ketika, Wooyoung merasa punggungnya menjadi berat. Ada yang menempel padanya. Ah... Juyeon, kah? Tentu, tentu pasti Juyeon, toh tadi mereka bertiga, bukan?
Dalam gerakan pelan, Wooyoung membuka mata untuk melihat ke arah samping, tetapi...
...yang ditemukannya justru San dan Juyeon tengah berciuman, secara dalam, liar, dan... banyak sekali permainan lidah, seolah, Wooyoung hanya... apa fungsi Wooyoung di sini?
Tangan San memang turun, berada di pantat Wooyoung dan meremasnya kuat. Tangan Juyeon berada di perutnya, dan memang mengusapnya, sampai mencoba turun ke bawah, pada penisnya.
Sebenarnya Wooyoung terlena—ingatkan kapan Wooyoung mabuk? Entah. Tapi rasanya nikmat, tubuhnya semakin ringan dan seluruh saraf di tubuhnya seolah terbuka, menerima segala rangsangan.
Hanya saja, San dan... Juyeon?
Ketika ciuman mereka terlepas, Wooyoung ingin bergerak, tetapi Juyeon telah lebih dahulu melumat telinganya, sambil tangannya menyelip turun dan masuk ke balik celana Wooyoung. Sedangkan San tiba-tiba meraih pipinya, kemudian mencium bibirnya, menggantikan ciuman Juyeon dengannya.
Wooyoung sampai merasa kedua matanya bergulir ke belakang—senikmat itu. Sekaligus, dekat dengan satu pertanyaan saat permainan; fantasi terliarnya? Ketika persaingan itu masih ada, Wooyoung memang sempat membayangkan disetubuhi keduanya, sekaligus.
Masalahnya di sini, Wooyoung sadar, Juyeon telah selesai, kini giliran San untuk menjaga hatinya. Walau Juyeon mungkin tak sadar, ia masih memegang erat sebagian hati Wooyoung, yang ketika ingin diminta kembali, dirinya takut dianggap... hanya menahan-nahan.
Bukan demikian... Wooyoung sulit.
Wooyoung senang dicintai seperti ini, dan semuanya bermulai ketika dirinya berada di antara Juyeon juga Yeonjun, padahal sejak awal jatuhnya adalah pada San.
Oh... itu mengapa alkohol itu buruk.
Menjadi mabuk itu buruk.
Wooyoung menginginkan hal-hal liar dan nakal, yang tak pernah bisa keluar dari lisannya, bahwa... ia memang serakah.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1
FanficTHE FINAL OF THE TRILOGY. Starts : April 1st, 2023