24. Enam Kakak Noureen

423 68 4
                                    

HAPPY READING 🥰😍✨
•••

PAGI menyingsing. Noureen perlahan membuka mata begitu mendengar kokok ayam jantan yang bersahutan. Gadis itu tampak terkejut melihat Supriyadi tertidur di lantai dengan posisi kepala di tepi ranjang.

Saat Noureen hendak mengubah posisinya, banyangan kejadian semalam membuat netranya berkaca-kaca. Sungguh, hampir delapan belas tahun hidup ia tidak pernah membayangkan kejadian seperti ini. Kemarin benar-benar mimpi buruk. Jika saja Supriyadi tidak datang tepat waktu...

Supriyadi mulai membuka mata begitu merasakan adanya pergerakan kecil dari gadisnya. "Nona, kau sudah bangun?" tanyanya dengan suara khas bangun tidur.

Noureen tersenyum. Ia menghapus air matanya lantas mengisyaratkan pemuda itu duduk di sampingnya.

"Udah jam empat, kamu nggak siap-siap buat bertugas?"

Supriyadi terdiam sejenak. "Sepertinya aku akan cuti hari ini. Semalam aku sudah meminta izin kepada Daidancho, dia memberi izin untukmu beristirahat hari ini."

"Makasih, ya."

Alis Supriyadi bertautan. "Untuk?"

"Kamu udah nyelamatin aku kemarin. Sampai kapan pun aku bakal berutang budi ke kamu."

Supriyadi tersenyum. "Tidak perlu. Sudah menjadi tugasku untuk menjagamu," ujarnya. "Tunggu sebentar."

Noureen tidak menjawab. Ia memperhatikan Supriyadi yang mengambil satu set seragam tentara PETA dari lemari.

"Seragammu kemarin tidak dapat digunakan lagi. Kau bisa memakai seragam ini."

Noureen menerima seragam dari Supriyadi. "Aku bakal pakai ini sekarang."

"Baiklah aku akan keluar—"

"Tunggu."

Supriyadi menoleh.

"Itu ... aku cuma mau bilang kalau sebaiknya kamu nggak ambil cuti hari ini."

"Tapi aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian di sini setelah kejadian semalam."

"Nggak bakalan ada yang terjadi ke aku, Priyambodo," ujar Noureen meyakinkan. "Justru semua bakal berubah kalau kamu nggak bertugas hari ini."

Supriyadi tampak berpikir. Ia kembali menatap Noureen saat tangan gadis itu mendarat di lengannya.

"Aku beneran nggak papa. Kamu harus bertugas hari ini, Priyambodo."

Supriyadi menghela napas. Pada akhirnya ia mengangguk. "Baiklah, tapi kau harus mendengarkan perkataanku. Aku akan kembali pukul tiga sore. Itu pun aku akan menyebut namaku setelah aku mengetuk pintu. Selama itu kau jangan keluar kamar. Kunci pintu dan jendelanya seperti sebelum kau menyamar. Jika ada suara ketukan pintu tanpa menyebutkan identitas, jangan dibuka. Aku akan membawakan makanan di sini sehingga kau tidak perlu keluar kamar, mengerti, Nona?"

Noureen tersenyum. Ia mengangguk. Untuk kali pertama ia merasa senang dengan peraturan Supriyadi yang begitu banyak. Pemuda itu mengkhawatirkannya, Noureen senang mendengarnya.

"Udah kamu siap-siap sana. Jangan sampai telat," ujar Noureen lagi.

Supriyadi mengangguk. Ia membelai lembut surai Noureen membuat sang empu kembali mematung. Tanpa berkata-kata pemuda itu mengambil seragam dan perlengkapan mandinya sebelum meninggalkan kamar. Noureen pun dengan segera mengunci pintu lantas mengenakan seragam PETA.

•••

"Nona, aku Supriyadi."

Noureen meletakkan bulpennya. Turun dari ranjang, ia bergegas membuka pintu. Tampak Supriyadi, Muradi, Halir, Sunanto, Suparyono, dan dr. Ismail berada di hadapannya.

KLANDESTIN ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang