0.8

1K 76 4
                                    








"Brak".













"ASTAGFIRULLAH!!".















"ALLAHU AKBAR!".













Teriak Neyl yang sedang duduk santai di sofa tuang tamu, ia kemudian melirik arah pintu yang tadi di buka dengan kencang itu.


Menatap tajam pada sang pelaku yang menyengir riang di sana.



"Kalo mau kesini minimal kabarin, untung aja nyokap, bokap, gak ada di rumah". Sindir Neyl tajam pada kedua pemuda yang masih menyengir itu.



Diman yang memang sudah biasa dan segera mendudukan dirinya di sofa panjang depan tv, sementara Paul hanya celingak celinguk memperhatikan rumah yang baru pertama kali ia kunjungi.

Sebenarnya jujur saja Paul merasa tertipu, ia kira ia akan benar benar langsung di antar oleh Diman kerumahnya, eh malah nyasar kerumah orang.


"Duduk aja Paul, jangan berdiri disitu anggep aja rumah orang". Teriak Diman memanggil Paul yang msih betah berdiri di tengah pintu rumah Neyl.



Neyl yang mendengar perkataan Diman menoyor sahabat karibnya itu pelan.


"Heh, emang rumah orang bukan rumah lu njir". ketus Neyl yang beranjak dari duduknya, mengambil beberapa cemilan dan air minum untuk tamu tak terduganya itu.


"Eh Neyl, tadi kemana?, gw nungguin lu di pertigaan berasa jaga lilin buat babi aja, sial". Teriak Diman sedikit lebih kencang agar terdengar oleh Neyl yang berada di dapur.


"Dim kalo lu yang jaga lilin, gw yang mati ntar". Neyl memutar matanya lelah melihat sikap temannya yang memang kadang di luar angkasa, jauh sekali dari kata berakhlak.


"Btw Paul diem diem aja lu, sariawan?". Tanya Neyl, setelah menyuguhkan beberapa cemilan dan minuman yang ia buat di ruang tengah.


"Jujur aja gw canggung nih, gak pernah liat monyet sama babi berantem". Paul berkata santai dengan wajah seriusnya, yang langsung di umpati Diman dan Neyl, sembari melempari Paul dengan bantal yang berada di sofa.


"Sialan lu Siamang!". Celetuk Neyl yang di ketawai oleh Diman, Paul yang melihat dirinya di jadikan bahan tertawan kedua lelaki itu merengut kesal, mau pundung tapi nggak jadi.


"Sorry Dim, jujur tadi gw lupa sama lu, di tambah tadi gw liat Salma di halte prapatan, gw ajakin aja dia pulang bareng". Ujar Neyl menceritakan kronologi kenapa ia bisa melupakan sahabatnya itu di pertigaan dekat dengan gang jalur belakang universitas.



Diman dan Paul yang mendengarkan hanya mengangguk anggukan kepalanya mengerti.


"terus lu ngapain bawa bule nyasar ini kesini juga Dim?". Neyl kembali bertanya menunjuk Paul yang masih memakan beberapa cemilan yang ia bawa tadi.


"Kasian dia, ngenes nasibnya kaya gw sama sama di tinggalin, makanya sekalian aja gw ajak dia kesini". Diman kembali berbicara menjelaskan ceritanya dengan versi dirinya.


Paul hanya diam tak peduli dengan kedua orang itu, ia masih sibuk mengunyah sembari sibuk menatap layar televisi yang menunjukan drama drama seru di depannya.


Sementara Neyl dan Diman sudah lebih tenang dan tak seberisik tadi, mereka berdua juga ikut hanyut pada kisah drama yang di putar dalam layar televisi itu.









DIKSI NADA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang