Octagon 3 - 121 : Opsi Terpahit

233 31 41
                                    

Sempat terlalu terbuai dalam obrolan santai dan ringan setelah berat sejenak, Hongjoong berpisah pada pukul satu malam. Selagi keempatnya masih bersenang-senang, untuk lanjut mengobrol di malam itu, merasa sudah lama juga tak mendapatkannya sebagai anggota The Overload. Namun Hongjoong harus pergi, dan yang lainnya pun menyuruh demikian, karena lelaki itu tampaknya tak enak badan.

Jadi Hongjoong menjemput Seonghwa, yang rupanya tengah duduk di jembatan, menunggunya seorang diri—tetapi tak benar-benar sendiri karena Yeosang, San, Wooyoung dan Jongho ada di common area, masih bersenang-senang dengan apapun yang mereka mainkan. 

Tanpa basa-basi, Seonghwa berdiri dan langsung menerima uluran tangan dari Hongjoong. Dalam perjalanan pun, keduanya saling menggenggam, untuk berjalan meninggalkan area hunian di atas pantai dan beralih menuju satu bangunan utama, dari beberapa bangunan kecil lainnya di sekitar.

Ya, satu hunian lain yang masih berada di area bangunan utama. Kali ini bungalow yang benar adanya, karena memiliki fasilitas lebih lengkap dari pada hunian di atas air mereka.

Setelah mendapatkan kuncinya—dikarenakan memang permintaan dari Woobin sendiri agar Hongjoong tidur dahulu memisahkan diri, mereka pun masuk ke dalam, tanpa menyalakan lampu.

Seonghwa menurut saja, sampai mereka tiba di dalam kamar. Tak disangka—Seonghwa tak menyangka—Hongjoong langsung mendorong tubuh lelaki itu, lembut dan hati-hati, memintanya berbaring.

Sedangkan Hongjoong memilih untuk mendudukkan dirinya di tepian, lalu melepas jaket Younghoon yang dikenakannya.

Seonghwa menjadi bingung, sehingga mendudukkan diri kembali.

Ada pertanyaan.

Hongjoong langsung menjawabnya tanpa terucap. "Aku mau sayang-sayangin kamu, tapi aku agak flu, jadi kita ngobrol kayak gini aja."

Tak tertahankan, Seonghwa terkekeh dari tak berniat ia melakukannya. "Apa?"

"Aku lagi gak enak badan." Hongjoong yang tak biasa sakit, membalas, dengan apa yang dipikirkannya. "Jadi jangan dekat-dekat. Iya, kamu tidur sama aku. Tapi ya, kayak gini."

"Sini, ah." Seonghwa menepuk kasur di titik lebih dekat dengannya, lalu mendesahkan napasnya pelan, kesulitan pula melihat Hongjoong di tengah kegelapan. Bantuan hanya dari gorden terbuka, yang membuat cahaya rembulan yang membantu mereka. "Sini... gak akan jadi sakit juga."

Hongjoong diam, tetapi menggeleng. "Aku pengen cium kamu soalnya."

"Y-ya..." Seonghwa tersentak, sebelum terkekeh lagi. "Ya... cium aja?"

"Semalam aku gak cium kamu."

Barulah, Seonghwa menarik napas pelan dengan memberikan juga senyuman tipis darinya. "Kenapa?"

"Marah." Hongjoong menjawab, tipis, lalu menggelengkan kepalanya lagi, seolah menunjukan lelahnya ia di sana. "Aku ngerasa aku juga butuh safe word buat hadapin kamu."

Sebenarnya Seonghwa merasakan dua hal dari satu kalimat itu.

Satu, gemas; Hongjoong tampak sangat lucu saat tak enak badan.

Dua, sesak karena... artinya Seonghwa se-melelahkan itu untuk orang yang dicintainya.

Ini seperti membantunya membuka pikiran, atas hal sama yang Yunho katakan sebelumnya. Bahwa, semua hal menjadi seperti... membenci diri sendiri.

Seonghwa benci dirinya sendiri tapi tak bisa berhenti. Tapi yang Seonghwa lakukan hanya menyakiti Hongjoong lagi dan lagi.

"Bukan maksud bikin kamu sedih." Hongjoong bicara lagi, menarik fokusnya Seonghwa di sana. "Ini, Ibu pernah bilang, aku mudah jujur kalau sedang sakit. Kayaknya memang fakta; tadi pun aku banyak jujur ke anak Ovu. Seolah, gak bisa ditahan aja."

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang