Forty Eight

626 69 0
                                    

"Ya,"

Aku bisa sumpah dalam hidupku kalau itu adalah jawaban yang, tidak ku harapkan, mengagetkan, dan menghancurkanku.

"Aku bisa sumpah padamu, Sayang, kalau itu terakhir kali adalah setahun sebelum aku berpacaran denganmu pertama kali," ia menatapku sambil tepat menyetir.

Setahun... setahun... sebelum kami berpacaran...

"Tatap jalanan, Niall," kataku mencoba tidak mengubah nadaku, yang justru menjadi amat datar.

"Gosh, Luna. Setahun sebelum kita berpacaran dan selanjutnya aku tidak pernah lagi. Kau bisa tanyakan langsung padanya, atau Mom,"

"Maura tahu?!" Aku kaget dan suaraku melengking.

Pipinya memerah. "Aku tidak tahu ia tahu atau tidak. Tapi sepertinya ia mendengarnya,"

Oh, jadi mereka pernah melakukannya dirumah Maura. Wow. Di kamar apa?

"Demi Tuhan, Luna. Aku tidak mungkin melakukannya kalau aku memilikimu. Aku tidak mungkin bermain di belakangmu. Hanya kau Luna yang aku cintai, tolong jangan marah padaku," ia menghentikan mobil di pinggir jalan.

"Kenapa berhenti?"

"Maafkan aku. Aku tahu kau marah tapi kau menyuruhku menjawab jujur. Dan andai saja aku memilikimu dari awal aku tidak mungkin melakukannya dengan Barbara. Gosh Luna maafkan aku. Tolong jangan marah," ia menggenggam tanganku, memaksaku melihat ke arahnya.

"Berapa kali?"

"Maksudmu?"

"Berapa kali kau melakukannya dengan Barbara? Atau wanita lain?" Bodoh.

"Kau tidak serius menanyakannya kan?" Ia mencoba menatap mataku, tapi aku menengok ke luar.

"Sayangnya ya,"

Ia berdeham sebentar, lalu menghembuskan napas berat. "Aku tidak pernah menghitungnya. Tapi kalau kau ingin tahu berapa orang, ada 3,"

Wow.

Tiga orang.

"Tapi aku serius itu masa laluku, Luna. Terakhir kali dengan Barbara dan itu setahun sebelum kita berpacaran. Aku tidak pernah melakukannya lagi," Ia menggenggam tanganku lalu menciumnya. "Aku serius,"

"Oh,"

Ia menghidupkan mobilnya lagi, lalu kembali menyetir. "Aku tahu kau marah karena jawabanku. Tapi kau yang menanyakannya, dan akan lebih baik kalau aku jawab jujur. Aku minta maaf, tapi aku tidak bisa mengubahnya. Itu masa laluku,"

Benar juga. Tidak mungkin Niall akan mengubah takdirnya dengan kembali ke masa lalu.

"Oke,"

"Oke?"

"Memang kau mau aku menjawab apa?" Aku menengok ke arahnya. "Dan sekarang aku terlihat seperti kekasih yang menyedihkan,"

Niall menggelengkan kepalanya. "Tidak, lah. Wajar. Kau kan kekasihku dan kau tidak mau aku macam-macam. Aku juga akan begitu,"

"Ohya?" Aku berbicara dengan nada menggoda.

"Iya,"

"Tapi tadi itu waiternya ganteng loh. Ia juga mengajakku..."

"Apa?!" Nadanya menegang dan ia menoleh padaku.

"Aww ada yang marah,"

"Kau serius?"

"Tidaklah," aku memutar bola mataku. Aku menguap.

"Tidur sana. Nanti kalau sudah sampai ku bangunkan," ia mengusap rambutku. "Selamat malam, Sayang," ia mencium tanganku.

"Selamat malam," aku menguap kembali.

"Aku mencintaimu,"

"Aku mencintaimu juga,"

"Jangan katakan 'juga'," ia tiba-tiba menglakson mobil depan karena rem mendadak.

"Memang kenapa?" Aku amat mengantuk dan tidak begitu mendengarnya.

"Karena itu seperti kau terpaksa menjawabnya," ia menatap mataku, dan aku bertemu mata birunya itu. "Aku mencintaimu,"

"Aku mencintaimu,"

Dan seketika semuanya gelap.

~~~~~~~~
DOAIN NEM GUE BAGUS YAAAAA

Somebody to Love {Niall Horan}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang