Make The Change

135 12 0
                                    


Shim Jaeyoon x Lee Heeseung
Fanfiction by RENCHPARK

###

Malam ini, udara terasa sangat dingin hingga terasa menusuk kulit. Membuat beberapa orang lebih memilih menghangatkan diri di rumah, ditemani dengan canda tawa para anggota keluarga. Sedangkan yang diluar? Tentu saja segera menyelesaikan pekerjaan mereka, cepat kembali ke rumah adalah hal yang mereka kejar saat ini. Lagipula siapa juga yang mau berlama-lama dengan udara dingin? Sepertinya tidak ada kecuali orang yang memang mencari petaka dengan membiarkan tubuh mereka di makan dinginnya malam.

Dan Heeseung melakukannya.

Membiarkan angin malam dan udara dingin menerpa seluruh tubuhnya. Bahkan jaket tipis yang ia kenakan pun tidak mampu membuat dirinya tetap hangat. Tapi bukankah memang itu tujuannya? Membiarkan dingin menyiksa dirinya? Dan siapapun itu, yang menyadari maksud dan tujuannya masih berada diluar dengan pakaian yang seadanya pasti akan langsung berpikir bahwa Heeseung sudah gila.

Kaki jenjang itu terus melangkah, mengarahkannya pada sebuah taman kecil yang berada di dekat pinggiran sungai. Taman itu nampak indah dengan kerlap kerlip lampu yang menghiasi, membuat suasana menenangkan berpadu indah dengan suara aliran sungai disebelahnya. Heeseung mendudukkan diri disalah satu kursi yang ada disana, menghadapkan dirinya pada aliran sungai yang tampak tenang namun mampu menghanyutkan.

Beribu ucapan syukur Heeseung kumandangkan dalam batin, terimakasih kepada udara dingin yang telah membuat tempat ini menjadi sepi tak berpengunjung. Sehingga Heeseung bisa menenangkan diri disini tanpa harus khawatir jika ada seseorang yang mengenali nya.

Masker hitam yang sedari tadi menutupi sebagian wajahnya itu ia buka, sebelum tangan itu bergerak membuka sekaleng soda dan meneguknya hingga tandas.

Heeseung menatap ke depan, tatapannya nampak kosong disertai helaan yang nafas berat. Heeseung tidak peduli jika orang lain mengatakan ia gila dan segala macam nya. Tapi ia hanya butuh ini, ia hanya butuh sesuatu menyiksa raga nya, berharap ia bisa menghilangkan sejenak siksaan batinnya.

Heeseung lelah, ia merindukan rumahnya, ia merindukan keluarganya, ia merindukan masa kecilnya, namun apa yang kini telah ia capai dan terkadang menyiksa batinnya, adalah impiannya.

Hari ini, latihan cukup melelahkan, dan performa nya hari ini tidak memuaskan. Beberapa kali ia membuat kesalahan dan hilang fokus, membuat ia berkali-kali ditegur dan dimarahi oleh pelatih.

Terkadang dimasa-masa seperti ini, Heeseung mulai menyesali keputusannya untuk menjadi Idol. Ia harus selalu berlatih keras, dipaksa selalu baik didepan kamera, tidak bisa memiliki kehidupan sebebas orang-orang diluar sana, Heeseung lelah dengan topeng-topengnya.

Tapi bukankah ini impiannya?

Heeseung menunduk, ia bisa merasakan matanya memanas ditengah dinginnya malam ini. Heeseung membiarkannya, membiarkan air matanya turun membasahi pipinya, membiarkan dirinya menangis untuk kesekian kalinya.

Tak apa, Heeseung juga manusia.

Ditengah tangisan nya, Heeseung merasakan langkah kaki seseorang datang mendekat, dan berhenti, berdiri dihadapannya. Heeseung yang awalnya menunduk langsung mendongak untuk melihat siapa di hadapannya.

"J-jake" ucap Heeseung terbata.

Udara dingin terasa semakin mencekik dirinya, dan melihat tatapan tajam dari orang di hadapannya membuat dirinya semakin tercekik dalam situasi ini.

Heeseung kembali menunduk, tidak berani menatap Jake yang sudah dipastikan tengah menahan amarahnya.

Jake menghela nafas kasar, sebelum kemudian menyelimuti tubuh Heeseung dengan Coat tebal yang telah dibawanya dari Dorm.

Jake kesal, sangat kesal pada member tertua di grupnya ini. Bagaimana bisa ia duduk di taman ditengah udara dingin dan hanya menggunakan jaket setipis itu? Dan bisa-bisanya ia pamit akan mampir ke minimarket namun malah berakhir disini? Tidak tahukah bahwa para member, terutama Jake sangat mengkhawatirkannya?!

Jake berjongkok dihadapan Heeseung, meraih tangan kecil itu dan menggenggamnya. Sedikit tersentak merasakan dingin menyelimuti tangan yang lebih tua. Jika di ingat lagi, mereka pulang dari tempat latihan adalah sekitar 3 jam yang lalu, apakah Heeseung juga telah berdiam diri disini selama itu pula?

Jake mencium punggung tangan itu, mengusapnya, sesekali ia gesekkan pada pipinya, berharap tangan tersebut kembali hangat karena perlakuannya.

Sedangkan Heeseung hanya diam, membiarkan Jake melakukan apa yang ia mau. Mata sembab itu menatap pemuda dihadapannya, sedikit menunduk mengingat posisi mereka, dan Heeseung mendapati Jake tengah menatapnya juga, namun dengan tatapan yang telah melembut, tatapan penuh kasih sayang yang selalu Jake berikan padanya, membuat perih dihatinya digantikan oleh perasaan hangat yang mulai menyelimuti.

Sedangkan Jake dibawah sana, mendapati hatinya ikut tersayat melihat Heeseung yang nampak kacau. Hyung yang selalu terlihat kuat, Hyung yang selalu terlihat tegar, Hyung yang selalu berusaha menjadi tempat ternyaman untuk semua adik-adiknya, sekarang nampak sangat rapuh.

"Jake, aku lelah" Heeseung berkata lirih, sangat lirih hingga nyaris seperti bisikan. Namun Jake masih bisa mendengarnya, bahkan nada putus asa yang menyertai masih bisa Jake dengar.

Dan sekali lagi, hati Jake ikut berdenyut nyeri.

Mungkin semua orang tahu, jika Heeseung adalah sosok yang hebat. Seorang Idol tampan dengan segudang bakat yang luar biasa.

Mungkin semua orang tahu, bahwa menjadi seorang Idol adalah impiannya.

Dan mungkin semua orang juga tahu, bahwa sebelum Heeseung sesukses sekarang, ia telah berjuang dengan sangat keras.

Semua orang menyayangi nya, semua orang mencintainya.

Namun tidak semua orang tahu, sudah berapa kali Heeseung mencoba mengakhiri hidupnya. Melukai tubuh dan menyiksa raga nya, hanya untuk menghilangkan rasa sakit di batin nya.

Tidak semua orang tahu itu, namun Jake mengetahuinya.

Betapa sering Heeseung melukai pahanya dengan cutter, betapa sering Heeseung membenturkan kepalanya ditembok sebelum tidur, atau betapa sering ia mengonsumsi obat tidur, Jake mengetahui semuanya. Bahkan kebiasaan Heeseung menyiksa diri dengan dinginnya angin malam pun Jake tahu.

Karena dulu, Heeseung memang pernah seputus asa itu.

_Mungkin Jake juga mengalami kekhawatiran yang sama, namun Heeseung pernah dikecewakan._

_"Dulu aku telah melihat banyak orang tereliminasi, dan itu sangat menyakiti ku hingga aku ikut menjadi bagian dari mereka. Dan apakah...hal itu akan terulang lagi? Kapan ini akan berakhir?"_

Ucap Heeseung di taman ini, _kala itu_.

Itulah yang dulu selalu menghantui pikiran Jake, membuat Jake ingin melindungi dan menjaga Heeseung, berusaha membuat Heeseung tertawa dan merasakan bahagia. Dan mereka akan selalu bersama, melengkapi dan saling mengobati luka di hati mereka.

Setulus itu, hingga akhirnya mereka debut bersama-sama.

Dan Jake ikut berbahagia ketika melihat bagaimana Heeseung tersenyum selebar dan setulus itu setelah sekian lama.

Karena Jake tahu, dibalik kebahagiaan itu, Heeseung telah berjuang melawan rasa sakitnya. Heeseung telah berjuang membangun semangatnya untuk bangkit dari keterpurukan.

Dan Jake tahu, betapa besar usaha Heeseung untuk mengubah rasa sakitnya menjadi dorongan untuk bangkit.

Dan itulah mengapa Jake begitu mencintai seorang Lee Heeseung.

Dan kini, melihat Heeseung menangis di taman bersamanya, kembali menyiksa dirinya bersama malam, membuat Jake segera meraih raga kokoh bersama jiwa yang rapuh itu kedalam pelukan nya.

Jake mendekap raga itu erat, membiarkan Heeseung menangis pilu di pelukan nya.

Jake memang tidak bisa mencegah rasa lelah dan sakit bersarang di hati Heeseung, namun Jake berjanji, bahwa ia akan selalu ada untuk Heeseung, menemani Heeseung melewati masa sulitnya, dan menopang Heeseung agar tidak terjatuh untuk kesekian kalinya.

"Heeseung Hyung, aku mencintaimu, dan aku berjanji, saat ataupun setelah badai ini berakhir, kau akan melihat ku, bersamamu."



END

[8th] Songfic Dimenssion: SADAME || JAKESEUNG ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang