Duduk berdua, dalam diam. Satu dengan siap, satu dengan bingung.
Posisi Hongjoong dan Seonghwa berdampingan, selagi Woobin berada di hadapan mereka. Duduk dengan tenang, dengan senyuman, selagi yang ditatap merasa tak nyaman.
Bukan karena apa-apa, Hongjoong tak nyaman lantaran ada banyak yang ia pikirkan, pun tak tahu pasti apa yang pernah dikatakannya, jikalau tak ditunjukkan oleh video. Sedangkan Seonghwa? Benar-benar tak tahu apapun.
Woobin saat itu berdeham sejenak, untuk menyamankan tenggorokannya, sebelum memulai maksud kedatangannya. Langsung, tanpa basa-basi lantaran waktu yang cukup terbatas. "Baik, jadi begini, Seonghwa. Saya kemarin juga sudah bicara dengan Hongjoong."
Baru kalimat pembuka, Seonghwa langsung dilanda panik.
Hongjoong sendiri menyentuh lengannya, untuk menenangkannya. Sembari berucap tipis, bahwa semua akan baik-baik saja.
"Seonghwa ingat pernah merekam sesuatu?" tanya Woobin, pelan dan hati-hati.
Ingatan Seonghwa lebih tertuju pada kejadian di villa lalu. "Pernah... waktu acara Sadewa dan—"
Hongjoong melihatnya. "Acara di villa, kamu merekam?"
Segera Seonghwa melihat ke arah Hongjoong, masih agak panik. "Di ha-pe San. Aku belum pernah bilang kah? Yang lain juga tau, dan minta rekamannya diamanin, jaga-jaga suatu hari butuh."
"Ponsel milik Desan sebenarnya ada di mana?" Woobin bertanya, lantaran memang tidak di tangannya. "Hanya miliknya yang tidak ada."
"Entah..." Hongjoong melihat ke arah Seonghwa kembali.
Seonghwa menggelengkan kepala dengan sangat cepat. "Seonghwa juga gak tau, tapi ha-pe Desan rusak. Mati total. Setelah itu, Seonghwa gak tau."
"Kalau begitu, kini masalah video ada dua." Woobin bergumam, sebelum melihat ke arah Seonghwa kembali. "Sudah ingat...?"
Ditanya seperti itu membuat Seonghwa kebingungan.
Hongjoong tiba-tiba menyentuh tangannya, kemudian meremas dan menggenggamnya. "Aku sebenarnya yang suruh, Paman. Aku yang suruh rekam."
Padahal jelas adanya, Woobin yang memiliki video tersebut, sedikit tersenyum.
Namun Hongjoong memberikan sinyal diam-diam, agar Woobin tak menekan Seonghwa yang membuatnya berpikir bahwa itu adalah kesalahan fatal. "Ya, aku yang rekam. Rafa yang rekam."
"Rekam... apa...?" Seonghwa sudah mulai menjadi semakin takut, membuatnya agar merapat pada Hongjoong dengan mata terbelalak. "Video... itu?"
Hongjoong melihatnya sekilas, lalu tersenyum tipis.
Seperti sebuah hantaman, Seonghwa yang tak ingin menjadi kacau, langsung memiliki perasaan menyalahkan. "Tapi ha-pe itu ada sama Om, 'kan? Seonghwa kasih ha-pe Seonghwa ke Om, loh, Om juga yang minta sendiri?!"
"Iya." Woobin mengangguk, sadar. "Memang. Yang saya mau tanyakan adalah, pernahkah kamu menyalin, atau membuat ponsel kamu berpindah tangan?"
"Gak! Seonghwa gak pernah salin itu? C-cuma di ha-pe Seonghwa!" ucap Seonghwa, kacau dalam kepanikannya. "Cuma di sana, jadi harusnya gak bocor, 'kan?"
Tak ingin membuatnya seperti ini, Hongjoong mencoba menenangkan. "Gak bocor. Paman bilang gak bocor. Cuma, kita harus telusuri jalannya, dari awal rekaman itu ada sampai detik sekarang. Ke mana sekiranya, ada akses dari ha-pe kamu, keluar dari sana."
"M-maksudnya...?" tanya Seonghwa, tergagap takut.
"Misalnya, kamu melakukan sinkronisasi otomatis?" tanya Woobin, mulai menjadi serius di sana. "Alamat e-mail kamu, terhubung dengan apa saja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1
FanfictionTHE FINAL OF THE TRILOGY. Starts : April 1st, 2023