04 : The Marauders

135 14 5
                                    

"Setiap orang pasti berubah, Black. Entah itu menjadi lebih baik atau buruk, tak ada yang tahu kedepannya mereka akan berubah seperti apa."


MALAM itu Edelweiss yakin, angin musim gugur membuatnya kedinginan. Memang pada awalnya. Tetapi setelah Sirius Black datang, Edelweiss mengutuk pemuda itu di dalam hati karena sudah membuat suhu di tempat itu jadi meningkat.

Edelweiss menahan nafas saat Sirius melangkah mendekat dan berdiri tepat dihadapannya. Pemuda itu seakan ingin menjahilinya dengan mencodongkan wajahnya ke arah Edelweiss.

Di bawah sinar bulan itu, Edelweiss takjub akan bayangan dirinya yang terpantul di antara iris abu-abu terang milik pemuda itu. Sirius memiliki mata yang indah dan untuk pertama kalinya Edelweiss menyadari hal itu.

Sirius diam dan memperhatikan wajah gadis yang ada dihadapannya, "Ada apa dengan pipimu yang memerah itu?" Tanyanya masih dengan posisi yang sama.

Suara di kepala Edelweiss langsung memperingatkannya kalau ini tidak benar dan mereka terlalu dekat. Edelweiss mendorong bahu pemuda itu menjauh, "Menjauh dariku, Black."

Sirius terkekeh menampilkan gigi pemuda itu yang rapi, setelahnya ia berdiri di samping Edelweiss sambil menatap ke arah langit. Sepertinya, otot wajah pemuda itu sangat baik, karena senyum di wajahnya tak pernah hilang.

Edelweiss berdehem pelan dan mengibaskan tangannya ke arah wajahnya yang tiba-tiba terasa panas. Ia menatap kesal ke arah si Cassanova Gryffindor itu. "Apa yang kau lakukan disini? Aku menemukan tempat ini lebih dulu, Black."

Sirius beralih menatap Edelweiss, "Well, ini tempat umum Bright. Semua siswa yang bersekolah di Hogwarts tentu memiliki hak yang sama untuk berada disini." Dia kembali beralih menatap langit.

Edelweiss mendengus. Benar apa yang di katakan pemuda itu. Tetapi tak bisa, ia yang berada di menara ini lebih dulu dan dari awal Edelweiss memang ingin sendiri.

"Tetaplah disini. Aku takkan lama, Bright." Sirius berbicara tanpa menatap Edelweiss. Tapi sepertinya pemuda itu tahu, Edelweiss ingin mengambil langkah untuk pergi.

Edelweiss diam mematung di tempatnya berdiri. Awalnya ia ingin mengalah dan mengambil tempat lain saja. Edelweiss lelah jika harus berdebat dengan pemuda itu. Dan mereka berdua bukanlah dikategorikan teman yang memiliki pembahasan yang ingin dibicarakan.

Tetapi saat ini, Sirius menyuruhnya untuk tinggal dan Edelweiss entah mengapa merasa ia pun ingin tetap disini meskipun ada seorang Sirius Black disisinya. Ia hanya ingin disini lebih lama menatap bintang. Menara Astronomi adalah tempat terbaik untuk hal itu. Tak ada alasan lain.

Edelweiss menggeser posisinya sedikit lebih jauh dari tempat pemuda itu berada. Ia kembali menatap langit, berusaha semaksimal mungkin untuk menghiraukan keberadaan pemuda itu.

Sirius sedikit terkejut karena gadis itu menuruti perkataannya untuk tetap tinggal di menara ini hanya berdua dengannya. Garis bawahi, hanya berdua. Tentu hal ini bukanlah sesuatu yang normal. Biasanya gadis itu akan langsung melongos pergi hanya melihat wajahnya di antara teman kakaknya itu. Tetapi lihatlah sekarang, gadis itu bahkan hanya diam dan memilih menjauh, tak ada perdebatan yang sia-sia seperti biasanya.

Jujur saja, Sirius merasa ada yang berbeda dari Edelweiss setelah ia bangun dari tak sadarkan diri kemarin. Entahlah, dia merasa sikap Edelweiss berubah lebih dewasa. Aura yang terpancar dari gadis itu jauh lebih feminim dan anggun dari biasanya. Tentu itu adalah perubahan yang bagus. Meskipun terkesan tiba-tiba, tetapi entah kenapa Sirius merasa familiar dengan Edelweiss yang saat ini bersamanya.

"Tetap disini, eh?" Sirius bertanya sambil melirik ke arah gadis bersurai cokelat itu.

Edelweiss menatap pemuda itu dengan kesal. Tadi dia yang menyuruhnya untuk tinggal, sekarang malah balik bertanya. "Seperti yang kau bilang, ini tempat umum. Dan aku yang berada disini lebih dulu, jadi tak ada alasan ku untuk pergi." Edelweiss beralasan.

 Bright and BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang