• Kisah yang tergambar di lembaran kertas • Chapter 1 •

308 35 11
                                    

Bulan sempurna cukup terang namun hampir tak mampu menerangi sampai kesela-sela gang kota

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bulan sempurna cukup terang namun hampir tak mampu menerangi sampai kesela-sela gang kota. Seorang pria berlarian di sana, menerjang apa saja yang menghalangi jalannya. Dada naik turun, terengah-engah, kepanikan.

Tak jauh dari dirinya dua orang ikut berlarian. Salah satunya berambut pirang, seorang pria membawa tombak di tangan, dia makin lama melajukan larinya untuk mengejar pelari di depannya.

"Duluan." Dia berkata sebelum melompat ke tempat sampah, menerjang ke arah targetnya, mengayunkan tombaknya untuk menyerang.

Swung!

Crash!

Pria itu menghentikan larinya, memegang lengan yang mengucur darah segar akibatnya sabetan tombak.

Wajah pria itu tak ketara, tetapi gigi runcing terlihat jelas mencuat di mulutnya saat dia terengah-engah, awan bergeser semakin menunjukan sinarnya ikut menggeser bayangan yang menutup wujud sosok ganas mereka.

"Tertangkap." Ujar si pirang mengibas tombak tuk membersihkan darah dari ujungnya.

Mata merah menyala menatap nyalang ke arahnya. "TIDAK AKAN!" Sedikit demi sedikit aura hitam menyelimuti sekitar mereka. "TERCABIK-CABIKLAH DISINI!"

Sulur-sulur hitam menerjang lurus ke arah si pirang, memekik, ia segera menyiapkan pertahanan—

dor! dor! dor!!

Sulur-sulur itu berlubang dan menghilang begitu terkena beberapa tembakan.

"Duluan, duluan. Kesusahan, kan, lu!" Sesosok pria lain—pria yang si pirang tinggalkan berkoar-koar sehabis melepas beberapa tembakan demi menyelamatkan temannya.

"Aku saja sudah cukup untuk menghadapinya." Katanya datar pada pria yang sudah berada di sampingnya.

"Hah?~ jangan sombong lu," Balasnya jengkel. "Lagi pula musuh kita sedang sangat haus perhatian di depan kita."

.
.

.
.

.
.

"YAHHH...!" seru seorang anak, selesai membaca komik mingguan yang terbit di majalah. Dia merengut karena series yang dibaca sudah berakhir pada 'bersambung.'

"Padahal lagi seru-serunya!" Seru anak berambut royal blue itu.

"Hentikan, tidak ada gunanya juga merengek." Anak bersurai light lilac di samping menghentikan rengekan itu.

"Apa itu, apa itu!" Tak lama seorang anak lain berambut pirang mengintip di belakang si anak pembawa komik, ia juga diikuti anak bersurai hitam.

"Hm, Heroes in Darkness!" Seru si pirang, namanya Sano Manjiro. "Ternyata Hakkai juga punya."

"Manjiro juga punya?" Si surai lilac bertanya penasaran.

"Apaan, di rumah kami punya semua volume." Anak berambut hitam-lah yang menjawabnya, namanya Baji Keisuke. "Takashi kalo mau pinjam boleh."

Good Father(s)【Tokyo Revengers】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang