Sekotak kue Sarang Semut kesukaan Calon Mertua sudah siap dalam sebuah paper bag merah jambu. Tidak lupa kue Pukis kesukaan si pujaan hati. Bentala kini tinggal mendandani dirinya agar semakin elok di mata. Dress floral dengan detail ruffle di bagian lengan telah membalut kulit putihnya. Dipadu dengan sepatu silver putih dan mini sling bag dengan warna serupa membuat penampilannya semakin sempurna. Surai hitamnya sengaja dibiarkan terurai cantik. Wajahnya dirias ala korean look yang amat cocok di wajah ayunya. Kali ini dia dia akan membuat kesan feminim yang manis dalam penampilannya.
Sekali lagi Bentala mematut diri di hadapan cermin besar di kamarnya. Memastikan penampilannya telah oke untuk mengunjungi kediaman sang kekasih. Dia mengulas senyum tipis setelah dirasa dia telah siap dengan penampilannya.
Bentala meraih paper bag di nakas samping ranjang, pula meraih kunci mobil. Jam masih menunjukkan pukul sembilan pagi. Dia menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang sembari menikmati pemandangan kota di pagi hari. Tidak terasa hampir empat puluh menit dia berkendara, kini dia telah sampai di sebuah rumah minimalis milik sang kekasih, Harsa.
Bentala turun dengan membawa paper bag di tangan. Dia hampiri Ratih yang tengah menyirami tanaman itu. Mengetahui kekasih putranya datang berkunjung, segera Ratih mematikan selang air.
“Aduh si Cantik sudah datang. Pagi banget, Nak, datangnya,” sambutnya pada Bentala seraya tangan kanannya dikecup manis oleh gadis itu.
“Iya, Buk, sengaja biar nggak panas. Lagian Tala berangkat pagi biar lebih puas ngobrolnya sama Ibuk, 'kan udah lama Tala nggak ke sini,” ujar Bentala.
“Hahaha, iya. Kangen loh Ibuk sama kamu, Dek. Nanti kita ngobrol banyak, ya, sekalian bikin kue kering. Kemarin si Mas minta dibuatin cookies coklat, cuma Ibuk belum sempat bikinin. Nanti Tala bantuin, ya?” ujar Ratih. Dia menggiring Bentala untuk memasuki rumahnya. Kini keduanya tengah duduk manis di sofa ruang tengah.
“Siap!” balas Bentala semangat.
“Oh iya, Buk, ini Tala bawain kue sarang semut spesial buat Ibuk paling cantik.” Bentala menyerahkan paper bag di tangannya kepada wanita paruh baya di hadapannya itu.
“Ah, terima kasih, Cantik. Lain kali kalau ke sini gak usah bawa apa-apa. Kayak ke rumah siapa aja harus bawa oleh-oleh segala.”
Bentala tersenyum manis. Sungguh Ratih amatlah baik padanya. Perlakuan wanita itu sudah seperti perlakuan seorang ibu kepada putrinya sendiri. Dia selalu merasa nyaman berada di sisi wanita itu.
“Nggak papa dong, Buk. 'Kan itu wujud sayang Tala sama Ibuk.” Bentala memeluk wanita paruh baya itu dengan sayang. Disambut senyum teduh dari Ratih.
“Ah, ini pukis untuk si Mas, ya?” tanya Ratih sesaat setelah menilik isi paper bag yang dibawa Bentala. Sementara si gadis hanya mengangguk.
“Gak usah dikasihlah orang ngambekan itu. Dari kemarin Ibunya aja diabaikan begitu. Bawa pulang lagi aja, Nak.” Bentala terkikik kecil melihat Ratih yang sedang menyindir Harsa yang berada di kamarnya. Ditambah suara Ratih yang sedikit dikeraskan seolah sengaja agar perkataannya didengar oleh putranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Symphony Harsa [TERBIT]
Fanfiction[15+] Simponi Harsa mengalunkan melodi sendu bersajak pilu. Tentang rasa sakit yang membelenggu. Putusan takdir tak dapat berubah membuatnya diliputi resah. Akankah dia tabah? ••• Kisah ini tentang Harsa dengan segala kekecewaannya kepada permaina...