Setelah selesai semua, akhirnya kamar kost ku sudah bisa di tempati.
"Udah bersih, rapih, wangi kan enak di tempatin" ucapku dalam hati.
Hari sudah mulai sore dan gelap berpindah ke malam. Aku menikmati detik demi detik berlalu. Entah apa yang aku lakukan hanya bisa melamun sambil bilang 'aku bisa sukses'.
~~~
Esok hari nya aku belum kerja karna belum tanda tangan kontrak. Dan di hari berikutnya aku baru mulai kerja.
Aku harus pergi ke kantor pusat di tgl 19. Baru kali ini aku bangun pagi kejar jam dan naik KRL.
"Gini loh rasanya hidup di ibu kota. Asik sii, tapi cape harus kejar-kejaran" ucapku dalam hati.
Sesampai nya disana, aku harus masuk ke gedung tinggi dengan vasilitas dan orang-orang asing di hadapan ku. Aku mulai berjalan menghampiri kantor ku dan scan wajah untuk check-in dan check out disana. Gedung disana benar-benar dijaga ketat, sampe aku masuk pun harus scan wajah. Yahh, namanya juga ibu kota.
Hari itu aku langsung kerja, pulang pergi Tanggerang - Jakarta selatan. Ini lumayan cape tapi emang harus aku lewati. Kantor pusat memang jauh dari tempat kerja ku. Aku di tempatkan di Taman Tekno BSD. Disana tempat aku kerja, dan dekat juga dengan tempat aku tinggal.
Hari demi hari berlalu hingga menjadi minggu bahkan bulan. Itu semua aku lewati dengan banyak cobaan. Entah dari perekonomian, bahkan kesehatan, semua aku lewati sendiri tanpa bantuan siapapun. Aku hanya berpegang teguh pada diriku sendiri, bahwa aku bisa berdiri disini sendiri dengan apa yang aku punya hari ini.
Doaku setiap hari...
"Ya Allah, berikan aku kekuatan, kesehatan, dan kesabaran dalam menjalani ini semua. Aku jauh dari siapapun, aku hanya punya engkau ya Allah. Tolong bantu aku untuk bertahan merantau disini."
Lika-liku yang aku rasakan disana dari mulai bangun pagi, masak untuk bekal kerja, mandi, mencuci, dan menyiapkan segala kebutuhan sendiri.
Aku pernah sakit karna lelah bekerja. Dengan jam kerja yang belum teratur membuatku semakin lelah. Badan ku yang harus di beri obat dan vitamin setiap harinya agar tetap kuat. Itu semua hanya sementara sembuh nya dan terus berulang-ulang. Bahkan aku pernah sakit yang cukup parah, demam yang tinggi membuat ku harus istirahat total. Sengaja ga kasih kabar orang rumah, aku takut mereka khawatir. Tapi alhamdulillah di hari ke-3 semua baik-baik saja. Namun masih belum bisa bekerja full dan diam di ruangan ber-AC. Waktu itu hari jum'at sampai minggu aku sakit demam, dan senin minta wfh karna masih belum begitu stabil sembuhnya. Besok nya ketika aku masuk kerja, aku muntah-muntah dan kembali sakit lagi. Aku periksa ke dokter melalui online, cukup banyak diberi obat hampir 8 obat yang harus aku minum setiap harinya. Ohh yaa, aku mengurangi obat yang di berikan karna ada beberapa obat yang efek samping nya ngantuk. Jadi, aku sengaja hanya memilih beberapa obat yang benar-benar aku butuhkan disana.
Semangat itu harus, bahkan makin hari aku makin mati rasa dengan rasa sakit. Tidak pernah aku rasakan hanya cukup minum obat dan besok akan sembuh kembali.
Sedih disaat seperti itu, aku harus jauh dari siapapun. Jujur ketika aku sakit aku hanya memikirkan kedua orang tua ku. Mereka hebat bisa sekuat itu mencari nafkah, aku yang masih pemula merasakan apa yang mereka rasakan dulu. Aku harus kuat demi orang-orang di rumah.
~~~
Krisis ekonomi pernah juga aku rasakan. Bahkan aku rela menahan rasa lapar demi menghemat uang. Aku rela uang yang aku punya untuk ongkos pulang, agar bisa bertemu keluarga dirumah. Aku beri apa yang aku punya untuk mereka, aku ga mau mereka merasakan ini cukup hanya aku.
Ini mungkin part dari semua ceritaku. Aku mengeluhkan semua yang aku rasakan disini. Sakit hati pernah aku rasakan, malu bahkan ingin pergi.
Sakit hati dengan omongan manager sendiri. Maaf bukan menjelekkan atasan, aku hanya ingin menceritakan dan menjadikan ini sebagai pembelajaran kedepannya. Aku pernah di marahi atasan ku di depan banyak orang, aku tau posisi ku disana hanya sebagai anak magang kontrak yang hanya bisa bekerja disana jika di kontrak kembali. Pekerjaan ku pun pernah tidak di anggap sama sekali, sudah aku kirim melalui WhatsApp grup namun tidak di respon atasan ku hanya di baca itupun entah dibaca entah tidak karna dua hari setelahnya dia marah besar padaku karna data yang aku kerjakan belum aku kirim padahal sudah aku kirim sebelumnya. Dari sini bisa di simpulkan siapa yang salah. Aku pun pernah menjadi korban amukan nya, dia selalu marah dengan alasan yang bisa aku bantah. Sesakit hati itu tapi aku harus tetap bertahan. Bahkan orang-orang di kantor ku pun tau emang begitu lah sifat atasan ku. Ini ga mudah untuk bertahan selama 6 bulan lamanya. Aku hanya ingin mengucapkan terimakasih banyak pada atasan ku karna sudah memberikan aku ilmu dan pengalaman yang luar biasa hebat nya.
Aku juga pernah ingin pergi dari tempat itu. Tapi aku masih butuh pekerjaan nya, karna upah yang aku terima menjadi acuan ku untuk semangat kerja.
"Kalo bukan kamu yang dapet uang siapa lagi ree" ucapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidup di perantauan
Short StorySepenggal kisah nya ada disini, selama menjadi anak rantau di usiaku yang masih cukup muda. Hanya ini yang bisa aku ceritakan.