"Hongjoong... Seonghwa..."
San, dalam kerapuhan, berusaha memanggil keduanya yang hanya menampilkan satu emosi sejak tadi; sejak Woobin pergi meninggalkan mereka untuk pulang ke ibukota.
Sejak tadi, Seonghwa hanya menekuk lututnya, memeluknya di atas kursi, dan terus menangis. Selagi Hongjoong hanya diam berdiri, bersandar pada dinding, dan menggigiti ibu jarinya dalam diam.
Selagi San, panik, tak tahu harus bagaimana.
"Harusnya gue gerak lebih cepat..." San berucap, penuh rasa bersalah.
Satu yang tak bisa San pungkiri dari dirinya; selama ini hidup dalam kesendirian, tak ada yang bisa ia ajak bersosialisasi, membuatnya benar-benar tumbuh menjadi pribadi yang ramah. Mudah bergaul. Senang membantu. Juga senang berada di sekitar banyak orang.
Sampai-sampai San tak paham, bahwa kehidupannya telah berbeda sejak ia menapak di Universitas Bakti Bangsa dan berteman dengan mereka semua, yang berada di sini. Terlebih Hongjoong, Yunho dan Juyeon.
San sendiri sudah memilihnya.
Bukan karena terikat jadi ia tak pergi. Tetapi San memang tak akan pergi, setelah menyaksikan dan merasakan banyak sekali kesulitan juga kemalangan dalam kehidupan mereka.
Hanya saja... bagaimana San bisa tak waspada?
Hidup mereka sudah berubah.
Hidup mereka tak seperti remaja menuju dewasa pada umunya.
"Seonghwa, gue minta maaf..." San menahan tangisannya, yang terasa menyiksa menyesakkan dada.
Tak ada balasan dari Seonghwa, yang masih menangis sendiri.
Karena itu, San beralih pada Hongjoong, mendekat padanya sambil menelan pahitnya. "Hongjoong, gue..."
"Bukan salah lo..." Hongjoong langsung berucap, tipis, dengan pucat dirinya karena suhu tubuhnya benar naik.
Jelas San akan tetap menyalahkan diri.
Hongjoong pun hapal karena itu. Maka, Hongjoong menyentuh lengannya, untuk menepuk sekilas. "Bukan salah lo, San. Bukan salah Seonghwa juga."
"Hongjoong, gue—"
"Kalau gue tinggalin lo di sini sama Seonghwa, janji gak akan ribut?"
Sontak Seonghwa mengangkat wajah, ketakutan. "Kamu mau ke mana...?"
"Aku perlu ketemu Yunho dan Juyeon." Hongjoong berucap, langsung, sambil meluruskan tubuhnya. "Kamu di sini, sama San. Jangan saling salahin satu sama lain. Jangan juga kasih tau yang lain tentang ini—kasihan mereka yang memang butuh istirahat."
Seonghwa hendak berdiri.
Tetapi Hongjoong langsung menahannya dari tatapan. "Di sini, sama San. Oke? Aku juga habis ini mau minta Shownu buat hubungin aku ke luar. Kalau bisa, kita capai Hajoon."
"Please Hongjoong, lakuin itu..." San langsung bereaksi cepat usai mendengar namanya. "Tolong, gue mohon... gue harap Hajoon udah gerak lebih dahulu sejak gue bilang semua ini ke dia..."
Hongjoong mengangguk, kembali mengusap lengan San, lalu tatapannya teralih lagi pada Seonghwa. "Ya? Kamu diam di sini sama San."
"Memang gak bisa, aku sama San ikut kam—"
"Kamu cuma bakal nangis." Hongjoong tak segan mengatakannya. Hongjoong menatap San kemudian, memohon bantuannya. "Jangan berantem, stay. Kita semua lagi tertekan, gue tau."
Tanpa mau menghambat, San langsung menyanggupi. "Ya... kabarin kami berdua lagi secepatnya."
Hongjoong mengangguk, sebelum secara langsung beranjak menuju pintu utama dan keluar begitu saja, tak menoleh kembali. Hongjoong pun segera menyesuaikan cahaya luar dan dalam, yang terasa menyiksa indra pengelihatannya, karena keadaan tubuhnya sedang tak baik. Dengan langkah tergesanya, Hongjoong mencoba mencapai area hunian mereka dan mencari yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1
Hayran KurguTHE FINAL OF THE TRILOGY. Starts : April 1st, 2023