Chapter 2 ; Deep talk

3 1 0
                                    

"Kalau lo berada di suatu posisi, cobalah untuk berfikir negatif. Bukan untuk berharap hal itu terjadi, tapi biarkan pikiran lo itu terbang jauh untuk melihat resikonya."

****

"Kan gue bilang juga apa, cinlok kan lo." Ucap Ramon.

Kedua insan tersebut sedang berada di atap villa melihat langit yang dihiasi bintang-bintang. Ini berada di desa, internet pun sulit, dan bisa dipastikan juga polusi disini sangat sedikit.

"Lo bilang gini mulu. Jangan-jangan lo yang naksir dia?" Tuduh Alea.

"Dih, enggak lah. Gue masih waras!"

"Hahaha, kirain udah gak waras semenjak ditinggal nikah sama kak Clara."

"Jangan bawa-bawa nama dia ya! lagian gue juga udah lupa."

"Nyesel dia tuh milih cowok gak jelas kayak si Reza." Lanjutnya.

"Bang Reza emang napa dah?" Tanya Alea penasaran. Pasalnya Reza merupakan teman SMA Ramon dan Alea sangat tau orang itu karena Reza sering menginap dirumah saat itu.

"Dia ikut judi, terus nikah sama Clara pake duit haram. Bilangnya aja kerja di perusahaan, taunya ikut investasi bodong. Udah gue bilangin itu gak bener, eh malah rebut Clara dari gue. Bodoh lagi si Clara mau mau aja ketipu sama cowok brengsek kayak dia."

"Lo sedih ga bang? Kan udah empat tahun pacaran."

"Sedih sih iya. Tapi pas gue mergokin mereka di hotel dan Clara dalam keadaan mabuk. Dia ngomong ke gue kalau selama ini dia cuma morotin harta gue."

"Orang mabuk selalu jujur 'kan?" Tanya Ramon lagi.

"Hmm, iya sih bang."

"Terus sekarang nasib Kak Clara gimana ya?"

"Kemarin dia nelepon gue, minta maaf. Minta balikan, tapi gue gak mau sama yang bekas." Jawab Ramon yang ditimpali pukulan kecil oleh Alea.

"Sekarang nyari yang gimana?"

"Yang pendidikannya tinggi, soalnya gue juga udah mapan." Ucap Ramon bangga.

Alea bertepuk tangan bangga. Jujur, ia memang sangat bangga pada abangnya. Sifatnya yang dermawan dan bijaksana sesuai dengan nama lengkapnya Raymond Kamran yang artinya bijaksana,dermawan juga sukses dan beruntung.

Ramon sangat menyayangi Alea, karena hanya dirinyalah yang sejak kecil tidak mendapatkan perhatian seorang Ayah. Karena sejak dalam kandungan, Ayah mereka sudah meninggalkan keluarga kecil itu dan memilih menikah lagi dengan perempuan lain.

"Jadi inget Kak Nala juga ya bang. Udah lama gue gak ngehubungi dia." Kakak pertama Alea yang sudah menikah dengan perempuan berdarah Jerman. Karena kebetulan ia mendapat beasiswa kuliah disana dan sekalian melanjutkan hidup disana. Kakak pertamanya bernama Ragnala Arsenio yang sering dipanggil dengan sebutan Kak Nala.

"Oh iya, lo masih chatan gak sama Kak Nala?"

"Masih, kalo gue butuh duit." Jawab Alea seraya menampilkan deretan giginya.

"Heu, lo juga ngechat gue kalo minta duit doang, nanya kabar cuma basa-basi." Ucap Ramon kesal.

Cklek.

"Eh? Gue kira ga ada orang. Sorry."

Cowok itu hendak menutup kembali pintu yang menuju atap villa. Namun, Ramon mencegahnya. "Eh udah gapapa kesini aja, lo mau apa?"

"Enggak jadi bang, tadinya mau nyebat."

"Sini aja. Gapapa." Ajak Ramon.

Arkan kembali melangkah menuju Ramon dan Alea yang sedang duduk selonjoran.

Estungkara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang