HAPPY READING
08
Kehidupan, dan kematian adalah suatu hal yang berjalan beriringan.
Wonho telah memiliki semua prinsip kepercayaan atas takdir. Hidup tak kekal, dan mati di dalam situasi apapun itu adalah hal yang wajar—terutama dalam dunia yang telah ia pilih.
Tak akan ada yang dapat menjamin, atau sekedar tahu kapan ia harus mati dalam tugas. Setahun lagi? seminggu yang akan datang? lusa? atau malam ini?
Mati di dalam penyamaran sepertinya tak buruk. Lihat bagaimana penampilannya saat ini, setelan jas mahal serta celana kain membalut tubuhnya dengan sempurna. Agenda misi penyergapan golongan kelas berat terlaksana malam ini, dan ia terundi menjadi ujung tombak pembuka jalan. Ia harus menyamar dan berbaur ke dalam lingkungan manusia-manusia hina itu, sedikit melakukan pemahaman keadaan dan menghubungi Mingyu yang akan melakukan penangkapan.
Terdengar mudah bukan? Tentu saja mudah, namun tidak dengan part yang harus ia lakukan!
Wonho benci menjadi sok berwibawa, kemudian harus berjalan kesana-kemari bagai orang dungu! Belum lagi ia harus tertahan di tempat ini sampai semua tim nya dan Mingyu telah menemukan tempat tepat sempurna untuk mengawali segalanya.
"Hyung, aku ingin konfirmasi dari mu tentang daerah timur. Semua tim sudah pada tempatnya." Earphone yang tergantung di sebelah sisi lubang telinga Wonho berdesik sebelum suara Mingyu mengalun pelan.
Pesan diterima, dirinya tak harus menjawab, dan langsung menggerakkan tungkai ke arah daerah sisi timur. Daerah sisi timur lebih ramai namun tidak terlalu di dominasi oleh para Yakuza.
"Terkendali." Wonho menekan titik earphone canggih di salah satu sisi telinganya. Memberi jalan pada Mingyu, dan seperti kesepakatan brifing sebelum keberangkatan menuju dermaga tadi, setelah semuanya benar-benar sesuai rencana maka penyergapan ini akan di lakukan sepuluh menit setelahnya.
Well, tampaknya tak serumit yang Wonho bayangkan.
Seulas senyum penuh kepuasan sempat terulas sekilas, sampai ia mendadak membatu ketika kedua biji bola matanya mendapati sosok yang—yang amat familiar!
"Fe-Felix?" Felix sialan? A-apakah sosok itu benar-benar Felix?! Jika Wonho salah lihat akan sangat tak lucu!
Tidak! Ia tidak sedang salah lihat atau bagaimana, karena sosok dengan mantel dark brown disana memang benar-benar Felix! Perawakan anak itu memiliki ciri khas yang selalu tertanam dalam otaknya.
BOM!
Bom? Shit Bagaimana bisa terdengar suara bom?! Wonho sangat yakin bahwa ia dan semua tim yang tergabung dalam misi kali ini tak merencanakan peluncuran alat peledak dengan tipe apapun!
Semuanya tampak kacau, asap mengepul besar menjulang ke langit dari arah barat. Namun, fokusnya sudah terlanjur tak karu-karuan! Suara dentuman bom terdengar lebih dulu sebelum tembakan dari timnya, maka dapat di simpulkan apakah para Yakuza itu memang sudah mengetahui rencana meringkusan ini?
"Mingyu! Mingyu! Kau dapat mendengarku? Bagaimana situasi di sana?" Wonho mencoba melakukan panggilan melalui media earphone dengan Mingyu namun, sampai bermenit-menit tak ada respon apapun. "Mingyu jawab aku!"
DOR! DOR! DOR!
Suara tembakan itu tak menarik atensinya untuk segera menuju sumber suara, melainkan malah menarik fokus otaknya ke arah Felix di sisi jembatan yang telah terbelah menjadi dua. Berpikirlah dengan jelas Wonho, buatlah keputusan sebaik mungkin! Felix ada di depan mata, menarik segala macam perasaan kacau dalam otaknya.
YOU ARE READING
Flower of Evil
FanficHYUNJIN-FELIX ⚠⚠WARNING⚠⚠ Rated: R-Restricted [17+] Genre: Fanfiction, Romance, Mystery, Crime, Investigate, Detective Tags: #mafia, #police, #mpreg, #smut, #softcore, #violence, #doubleidentity, #action Felix adalah seorang pembunuh bayaran yang ke...