"Kan gue bilang juga apa, Pin. Apa lagi sih yang lo harapin dari dia, hah? Cari aja yang lain, Pin. Lo cantik begini dikira nggak banyak yang ngantri di belakang lo?"
Kata-kata itu spontan keluar dari mulut Wiesha setelah melihat Kavina kembali menelungkupkan kepalanya di atas lipatan tangannya.
Setelah gadis itu—Kavina, kembali melihat sang pujaan hati mengobrol mesra dengan wanita lain lantas membuat semangat gadis itu turun. Sebenarnya ia menghiraukan, kok, apa yang di katakan oleh Wiesha tadi. Namun hanya dia yang malas untuk mengamalkannya.
Coba kalian pikir, apakah mudah melupakan mas crush yang kalian suka dari awal masuk SMA? Apa kalian pikir semudah membalikan telapak tangan? Tentu saja tidak, kan?
Hal tersebut sangat diakui kebenarannya oleh Kavina. Melupakan dan mencari pengganti seorang lelaki bernama Javean Larjaksa tidak semudah itu, bro. Tidak semudah membalikan telapak tangan.
Duh... sifat friendly Javean tidak seharusnya membuat Kavina secemburu ini. Bukannya apa— tapi memang hubungan mereka hanya sebatas BFF. Ya, betul. Best Friend Forever.
Tapi, ya, menurut Kavina mana ada sepasang lelaki dan wanita hanya sebatas sahabat? Keduanya—atau bisa jadi salah satunya, terjerat dalam perasaan suka atau mencintai lebih dari kadar seorang 'sahabat'.
Itulah yang dirasakan oleh seorang Kavina saat ini.
Dia mencintai sahabatnya itu lebih dari seorang 'sahabat'. Namun, dikode berkali-kali pun sepertinya seorang Javean juga tidak akan peka. Entah benar-benar tidak peka, atau, 'pura-pura' tidak peka. Antara dua itu, sih.
Tapi karena Kavina tidak mau kegeer-an dan takut realita malah merusak ekspetasinya, ia lebih memilih opsi bahwa Javean benar-benar tidak peka dengan segala kodenya.
Sementara itu, Wiesha hanya merotasikan bola matanya ketika ia melihat Kavina yang sudah putus semangat.
Drrt! Drrt!
"Woy, Kavina! HP lo bunyi tuh— anjay, woy! Jave ngechat tuh! Ayang lo ngechat!" Mendengar seruan dari Wiesha yang terdengar tidak bercanda membuat Kavina langsung menegakkan kepalanya.
Dan ternyata, Wiesha benar. Lelaki itu meninggalkan pesan untuknya.
"Buset dah. Orang kalau udah bucin emang sinting ye." Julid Wiesha kembali. Sama seperti tadi, hal itu sama sekali tak digubris oleh Kavina. Dia malah tersenyum penuh arti seraya membalas pesan dari Javean. Membuat Wiesha semakin tak tahan untuk menjulidinya kembali di dalam hati.
"Mulai dah Kavina gilanya. Mulai." Komentar Wiesha kepada gadis di sebelahnya yang kini sudah mulai tersenyum brutal seperti orang gila.
"WIESHA GUE SKIP NGEMALL DULU!!! YAHAHAHA!!!!"
Kan, kan. Benar kata Wiesha. Kavina memang sudah digilakan oleh cinta.
***Penokohan pada bab ini;
KAMU SEDANG MEMBACA
Kau (Bukan) Rumah.
Fanfiction"Jangan menjadikan manusia sebagai rumah lo, Kav." ©️4minoacide, 2023