Kebenaran

3 2 0
                                    

Fashakira berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya, tempat yang menurut dia paling aman dan nyaman, dia bisa melakukan hal apapun di sana tanpa diganggu hal luar.

Klik. Dia menyalakan air conditioner kemudian duduk di kursi belajar sambil menatap nanar foto yang terbingkai indah dengan hiasan kecil bunga mawar. Bingkai itu dia buat sendiri saat ada tugas keterampilan semasa sekolah menengah pertama.

Tok ... Tok ... Tok ...

Ketukan pintu mengalihkan tatapannya dari bingkai, netra cokelat gelap milik Fashakira ternyata sudah berembun. Buru-buru dia menghapus sisa buliran bening namun sialnya malah semakin menggenang.

"Ada Arvino di bawah!" ujar Martha.

Kenapa harus datang di waktu yang seperti ini coba? Dia mengganggu waktu rebahan Fashakira. Gadis itu akan mendiamkan lelaki yang menjadi metafora masalah untuk hatinya.

Tapi saat menghampiri Arvino, Fashakira dibuat tertegun karena lelaki itu membawa es krim kesukaannya dengan ukuran yang lumayan besar yang dia letakan di atas meja ruang tamu.

"Kamu ganggu waktu rebahan aku!" ucapnya melipat kedua lengannya di dada pura-pura merajuk.

"Kamu mau ngambek? Tapi aku punya penawarnya, nih makan dulu!" tukas Arvino lalu meletakan es krim itu di kedua telapak tangan Fashakira.

Dibelakang Fashakira, "Gue balik ke kost aja kalo gitu." seloroh Martha.

Kemudian gadis itu melangkahkan kakinya kearah dapur dia lupa akan ramyeon yang telah dia buat. Fashakira tersenyum mengejek ke arah Martha  dia tahu kalau temannya itu tidak punya pacar.

Aroma ramyeon menguar di hidung mungil Fashakira. "Loh dapet ramyeon dari mana?" ucap Fashakira merasa bingung.

"Gue emang stok ini di koper, sengaja gue bawa dari kost mungkin rasanya bakal beda kalo makan di sini," jelas Martha.

"Hah apa hubungannya?" Fashakira terlihat seperti orang bodoh temannya itu memang penuh teka-teki.

"Iya soalnya tuh keadaan lo sama Arvino kaya di drakor yang sebentar lagi gue tonton." beber Martha.

Dia menyalakan laptop dan mencari file film yang dia maksud tadi.

"Nonton anime aja biar gue ikut nonton!" tukas Arvino.

"Gue alergi wibu," ujar Martha tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop.

"Alergi, alergi, kemaren gue liat lo nonton Demon Slayer!" ujar Fashakira.

"Rame amat kaya di pasar malem!" suara seorang perempuan mengalihkan atensi mereka.

"Sejak kapan lo ada di sini?" tanya Fashakira menatap orang itu dan ternyata adalah Inggrid.

"Dua menit gue klik bel ga ada sautan yaudah terobos aja masuk," jawab Inggrid meletekan barang di meja dekat mereka.

"Nih pizza pesenan lo, gratis dari gue. Kalo perlu mas kasirnya gue bawa, ganteng tau!"

Dan itu berhasil mengusik telinga Arvino lalu dia menatap tajam Inggrid.

"Damai kak, damai!! Becanda doang seriusan." ucap Inggrid mengatupkan kedua tangannya.

Suara dari laptop Martha terdengar lumayan keras akhirnya perdebatan kecil itu selesai.

Kini, mereka fokus untuk melihat tayangan kartun animasi dari Jepang itu. Ya! Arvino menang, keinginannya pun dituruti Martha.

Dua puluh menit berlalu mereka sudah mengubah posisi, Fashakira menyandarkan tubuhnya dipelukan Arvino lelaki itu mengelus surai halus gadisnya. Inggrid duduk diatas karpet dengan setoples keripik kentang pedas yang disediakan Fashakira. Katanya sih itu oleh-oleh yang dibawa Martha. Sedangkan Martha gadis kacamata itu tengah fokus mengamati alur film.

"Grid, yang lain pada kemana?" Tanya Fashakira.

"Raina ikut mamanya arisan, Angela lagi ke  coffeshop sama kak Nicko sambil ngerjain tugas." papar Inggrid

"Studydate?" tanya Fashakira. Inggrid menganggukan kepalanya pelan dia tengah sibuk dengan cemilan didepannya.

Jarum jam bergerak sesuai waktunya, dua puluh menit, empat puluh menit, delapan puluh menit terlewat. Swastamita sudah menampakan dirinya. Inggrid terlebih dahulu pergi dia mendapat kabar bahwa papanya akan keluar kota.

"Nginep disini boleh ga sih?" ujar Arvino.

"Gue tabok lo ya! Sana pulang!" perintah Martha sambil meletakan kedua tangannya dipinggang. Menurut Fashakira itu terlihat seperti ibu-ibu memarahi anaknya.

"Iya ... Gue pulang, lo ga berubah ternyata dari dulu, tetep GALAK." ucap Arvino menekan kata galak diakhir ucapannya.

"Manusia kaya lo kenapa harus balik lagi kesini sih. Udah bener-bener di Jerman segala pulang!"

"Gue kan disana cuma tiga tahun terus pindah ke SMA Pelita sekalian nyari Caa." Arvino membela diri.

Waktu itu, setelah kepulangannya dari Jerman Arvino sempat mencari keberadaan Fashakira namun nihil dia tidak menemui jejak Fashakira sosial medianya pun hilang begitu saja. Setelah itu, dia mencari Martha tapi yang dia temui hanya beberapa sosial medianya saja. Martha mengabari jika dirinya sudah tinggal di daerah Jawa Barat untuk kuliah.

Martha sengaja memberitahu kalau Fashakira berada di SMA Pelita takut jika sebenarnya mereka akan bertemu lagi dan itu membuka luka lama Fashakira. Namun takdir malah mempertemukan keduanya. Akhirnya Arvino mendaftarkan diri disana dan menjadi siswa SMA Pelita hanya satu semester.

Saat itu, dia melihat siluet tubuh Fashakira di depan gerbang SMA Bhinneka sedang berdiri mungkin saja menunggu sopirnya tiba hal apa yang membawanya begitu sangat yakin jika gadis yang dicarinya berada di sana. Dia pun meminta bantuan teman papanya yang kebetulan kepala sekolah SMA Bhinneka untuk mencaritahu siswi yang bernama Fashakira Ayudia.

Usahanya itu tidak sia-sia. Dia menemui Caa miliknya kembali.

Arvino terduduk di sofa nyaman ruang tamu Fashakira. Lelaki itu menjelaskan tanpa ada yang terlewat sedikit pun.

•••

Jam dinding di ruangan serba putih dengan alat medis di sekelilingnya menunjukan waktu dua dini hari.

Gadis itu masih terlelap indah di brankar rumah sakit. Entah dunia mana yang sedang dia kunjungi saat ini karena tidak ada pergerakan sama sekali dari tubuhnya.

Sebenarnya, dia koma, selama 1.153 hari.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EVANESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang