Jadi aku sedih.
Ternyata aku sedih.
Kupikir tidak apa-apa, ternyata merasa sendiri selalu saja menyedihkan. Dan aku ingin menangis.
Kurasa ada yang salah dari perspektifku, tapi aku cuma sedih saja. Kurasa wajar jika seandainya aku sedih dan ingin menangis jika sampai di titik sadar bahwa aku tak sepenting itu bagi orang-orang. Ternyata jadi tidak penting dan tidak punya daya itu semenyedihkan ini.
Aku tidak ingin merepotkan siapapun. Sebenarnya aku bingung antara tidak ingin merepotkan atau aku gengsi untuk meminta bantuan. Hanya saja, aku sedih dan ingin menangis.
Aku tidak setidak peduli itu. Aku tidak setidak berperasaan itu. Kapan ya aku bisa berdiri di kakiku sendiri? Kapan aku bisa tidak memedulikan rasanya dibuang?
Kurasa bukan mereka yang salah, tapi egoku yang terlalu tinggi. Katanya terlahir jadi anak pertama menuntut kamu untuk jadi egois dan keras kepala. Dan aku adalah definisi egois dan keras kepala yang tidak punya daya.
Menyedihkan.
Mau menangis ke mana ya? Aku merasa aku tidak boleh menangis. Bahkan untuk menangis pun aku harus memikirkan waktu yang tepat padahal air mata tidak pernah pakai jadwal untuk keluar.
Aneh.
Namun, setidaknya aku masih punya pembenaran.
Tidak apa sedih, tidak apa kecewa, tidak apa merasa sesak. Toh, aku hanya manusia biasa. Aku tidak bisa sekonyong-konyong jadi batu atau jadi kangkung darat. Hatiku masih serapuh hati manusia pada umumnya.
Nyatanya, aku ingin jadi pilihan pertama. Aku ingin merasa diutamakan. Aku ingin dipedulikan. Aku ingin dianggap penting.
Tidak, aku ternyata tidak ingin jadi pilihan. Aku ingin seseorang tanpa ragu memihakku. Aku tidak ingin jadi pertimbangan.
Namun, manusia tidak bisa baca pikiran. Jadi, aku tidak bisa memaksa mereka untuk memihakku. Tidak bisa untuk berkata, "Tolak dia, karena kamu bersamaku."
Aku benci bergantung pada manusia.
Manusia itu aneh. Menghabiskan waktu bersama dan menerima segala bentuk interaksi dari orang yang sama tidak membuatnya akan memihak orang tersebut.
Tidak apa, aku biasa menomor duakan diri bagi orang lain. Namun, biarkan aku bersedih sampai aku lupa kejadiannya.