25. Forbidden 8 - LJN

2.7K 34 6
                                    

Matahari sudah berdiri tinggi diatas kepala, panasnya menyorot tepat didepan jendela kamar motel yang semalam ditempati oleh Hanny dan Javian, sengaja jendelanya gadis itu buka lebar-lebar agar Javian cepat bangun dari tidurnya.

Hanny tekekeh setelah melirik wajah Javian yang tertidur nyenyak dikasur, sementara ia tengah sibuk mengeringkan rambut tepat dibawah sinar mentari yang panas. Hanny keheranan bagaiman bisa pria yang rambutnya sudah ditumbuhi uban bisa tidur dengan gaya menggemaskan seperti itu, bahkan saat sedang terlelap Hanny lupa kalau pria itulah yang telah menggagahinya semalaman, beruntung tadi Hanny bisa bernegosiasi untuk tidak mandi bersamanya, kalau tidak ia bisa remuk dibuat Javian.

Sayup ia mendengar gerakan dari belakangnya sebelum sebuah kecupan mendarat tepat dilehernya yang tengah berbuka lebar, membuat Hanny diam-diam tersenyum sambil terus mengeringkan rambut.

"Udah selesai mandinya?"

Siapa lagi kalau bukan Javian, pria itu terus bersandar diatas bahunya, memeluknya erat dengan mata yang bengkak khas baru bangun tidur.

Hanny hanya mengangguk, susah payah mengeringkan rambutnya dengan bantuan handuk dan sinar mentari. Namun Javian jelas tidak akan membiarkannya tenang sebentar saja, laki-laki itu terus memberikan kecupan ditengkuk dan lehernya, menggerayangi tubuhnya yang hanya dililit handuk pendek milik motel yang mereka tinggali.

"Ahhhh omhhh."

Javian mendadak berhenti, menjauhi tubuh sang gadis dan langsung menarik handuk yang tengah gadis itu pegang sebelum masuk kedalam kamar mandi.

Hanny yang kebingungan dengan sikap pria itu hanya bisa diam sambil memandangi punggung kekar Javian yang perlahan menghilang dibalik pintu kamar mandi. Ia diam sesaat disana, lantas terkekeh kala menyadari alasan dari sikap Javian barusan.

Langkahnya pelan menghampiri Javian didalam kamar mandi, tangan mungilnya mengetuk pintu bernuansa putih itu beberapa kali sebelum berusaha membuka handle pintu, "buka pintunya."

Javian geming, namun tidak lama kemudian ia bisa merasakan pintunya tidak lagi terkunci, pelan ia membuka pintu dan mendapati Javian tangah membasahi rambut dibawah shower sambil memunggunginya.

Merasa diabaikan, Hanny mengerucutkan bibirnya, "ini yang bocil aku apa om Javian sih!?" gerutunya dalam hati, meskipun demikian, Hanny tetap melangkah mendekati Javian.

Tanpa saling mengatakan apapun, Hanny merebut paksa spons mandi yang dipegang Javian, memberikannya sabun sebelum menggosok tubuh peria itu dengan telaten.

Fokusnya terbagi saat melihat penis Javian yang panjang setengah tegang dihadapannya, puncaknya yang merah mengkilap dengan urat besar disekitarnya benar-benar membuatnya menelan ludah kasar

Diam-diam Javian terkekeh geli melihat gadisnya datang menghampiri, bonusnya Hanny memandikannya dengan telaten, padahal niatnya ingin mendiami sang gadis untuk beberapa jam kedepan, tapi mana bisa —bibir yang mengerucut itu benar-benar lucu, gadisnya terlalu menggemaskan sekaligus menggairahkan untuk ia diamkan.

Perlahan Javian melepas handuk yang masih melilit pada tubuh Hanny, membuatnya sama-sama telanjang seperti dirinya. Namun kali ini, Hanny samsekali tidak protes, gadis itu masih sibuk menyabuninya, punggung, tangan dan kini giliran dadanya—Hanny samsekali tidak mau menatapnya.

Setiap inci pergerakan sang gadis tidak pernah luput dari perhatian Javian. Lantas sebuah ide nakal terlintas dipikirannya—Javian mengambil spons mandi itu lantas membuangnya asal, membuat gadis itu menatap marah.

"Pakai tangan kamu," katanya penuh penekanan.

Meksipun kesal, Hanny tetap menurut, ia kembali menuangkan sabun cair diatas tangannya, menyabuni kaki Javian sampai pada lipatan bokongnya.

"Ssssst."

Hanny tau, Javian hanya sedang mengerjainya saja dengan melakukan ini semua, tapi apa boleh buat—ia tidak suka kalau Javian marah padanya, menyeramkan.

Bukannya berhenti, Hanny malah semakin memprovokasi degan menyabuni dua bola kembar milik Javian sambil meremasnya pelan-pelan, membuat pria itu mengerang dengan mata tertutup mendongak keatas.





Kelanjutannya ada di trakteer yaaa
Maaf untuk keterlambatannya xixii

Darkness Think Fangirl - NC-21++ (NCT ot-23)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang