Suara segugukan membuat jungkook tersadar. Suara yang biasa hadir didalam mimpinya terasa nyata. Suara tangis tertahan yang masih ia cerna dengan mata terpejam. Kali ini rasanya suara itu terdengar lebih jelas dari biasanya. Nada tangis yang hapal mati dikepalanya. Tapi ini terasa aneh seakan berada didekatnya sangat dekat. Ia memaksa membuka mata dan seketika kepalanya berdenyut ditambah cahaya matahari langsung menusuk matanya. Ia lupa menutup krai kamarnya semalam. Rutinitas yang tak pernah ia lewatkan. Ia mengedarkan pandangannya setelah beberapa saat membiasakan matanya menerima sinar surya pagi. Ia terbelalak dengan dada terasa bergoncang.
Sesosok tubuh yang bergetar dibalut selimut ada disampingnya. Matanya mengerjap berkali-kali. Masih memproses hal yang ada didepan matanya."Eomma....!"
Teriakan 8 oktaf jungkook mulus keluar dari tenggorokannya. Suara tangis itu berhenti sesaat dan kemudian kembali terdengar semakin menjadi.
Jungkook merasakan ada yang aneh pada dirinya. Tak sehelaipun pakaian melekat ditubuhnya. Ia bergerak cepat bak kilatan cahaya petir. Bergegas tanpa aba-aba menarik selimut itu. Alangkah terkejutnya ia mendapati seorang gadis sedang menatapnya dengan mata memerah dan basah. Ia masih terbelalak tak percaya. Apa yang telah ia lakukan pada gadis itu. Sungguh tidak masuk akal. Gadis itu merangkul tubuhnya yang polos. Diam diposisinya. Gadis itu tidak menangis lagi tapi suara sedannya masih terdengar sesekali.
Jungkook masih diam memproses keadaan yang sedang terjadi. Matanya membalas tatapan gadis itu penuh tanya. Aku bersalah pikirnya. Ia bergegas menutupi tubuh gadis itu. Ia meneguk segelas penuh air putih disamping nakasnya. Pakaian berserak dilantai. Botol wine bekas ia minum semalam pecah. Ada beberapa bercak darah dilantai. Ia tegak dan bergegas memakai pakaiannya.
"Noona, bolehkah aku melihatmu?"
Tak ada balasan. Suasana hening. Jungkook mengumpulkan pakaian wanita yang berserakan dilantai. Ia masih berpikir, ini pertama kalinya ia lepas kendali. Ia sudah menyakiti. Tidak, ia sudah menghancurkan gadis itu.
"Noona,ini aku letakkan pakaianmu diatas ranjang. Aku akan keluar. Kamu bisa membersihkan diri. Setelahnya aku tunggu diluar."
Jungkook keluar kamar dengan perasaan kacau balau. Betapa gilanya ia. Gadis itu, sungguh ia keterlaluan. Ia menghempaskan tubuhnya disofa sambil mengingat hal gila yang ia lakukan.
"Jungkook, sedang apa kau? Maafkan semalam aku tertidur diruang tamu. Aku sangat mabuk."
Suara taehyung mengagetkannya. Ia masih tak percaya melakukan hal gila disaat ada orang lain dirumahnya. Ia memukul keras kepalanya.
"Ada apa dengan kepalamu kook?"
"Tidak, tidak ada apa-apa. Hanya sedikit gatal."
Jungkook memaksakan tawa diwajahnya walau hatinya sedang kalut. Ia masih tidak percaya apa yang terjadi.
"Oh, oke. Aku mau mandi. Bolehkah aku ke kamarmu membersihkan diri?"
"Hm, oke!"
Tanpa pikir panjang taehyung berjalan menuju kamar Jungkook. Namun secepat rambat cahaya jungkook menghalanginya.
"Ada apa?"
"Hyung pulanglah. Kran kamar mandiku sedang rusak. Dirumah mu saja mandi."
Jungkook mendorong taehyung agar menjauh dari kamarnya.
"Benarkah? Semalam masih baik-baik saja."
Jungkook mengangguk dan memamerkan deretan gigi kelincinya.
"Baiklah, aku pulang."
Taehyung hilang dari pandangan Jungkook. Jungkook merasa sedikit lega walau masalah besar sedang menantinya. Ia mendudukan tubuhnya dengan malas disofa disamping pintu kamarnya.
"Jungkook, bisa kah kau membuatkan sarapan untukku?"
Suara milik Jimin membuyarkan pikirannya. Ia lupa kalau semalam ia berkumpul bersama maknae line. Ia benar-benar tidak ingat. Sungguh ia merasa tersiksa.
"Hyung, aku tidak bisa membuatkanmu apapun hari ini. Pulanglah. Ada hal yang harus ku selesaikan."
Jimin menggaruk kepalanya. Matanya masih sembab khas mata bangun tidur. Ia masih linglung. Ia berjalan membuka knop pintu kamar jungkook.
"Tidak...."
Sungguh teriakan tinggi jungkook. Mengembalikan kesadaran jimin. Matanya membulat sempurna. Ditambah jungkook dengan kasar menariknya hingga terduduk disofa disamping jungkook.
"Ada apa kook?"
Jimin masih tidak mengerti apa salahnya hingga jungkook berbuat demikian. Ia memperhatikan mimik wajah jungkook yang terasa aneh.
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya takut kau terkejut. Kamarku ada kecoa dan tikus. Sudah lama tak ku bersihkan."
Diiringi tawa kikuk yang benar dibuat-buat. Jungkook sungguh tidak tau harus berbuat apa. Ia memeganggi wajah jimin dan menatapnya.
"Hah...jangan konyol bung. Tidak mungkin. Aku tau kau tak bisa berbohong. Jadi katakan, sebelum aku mencari tau sendiri."
Jimin berusaha memalingkan wajahnya arah kamar. Namun jungkook dengan cepat kembali menangkup wajah Jimin.
"Hyung, kau percaya aku kan? Jadi tolong pulanglah dulu."
"Sialan, kau. Aku tau yang kau sembunyikan. Jadi, jangan berusaha membuat cerita atau alasan padaku. Saudara sekampung macam apa kau?"
Mata jungkook mengintimidasi jimin. Tiba-tiba nyali jimin menciut. Ia tertawa keras.
"Aku tau kau menyimpan banyak minuman bagus dikamarmu kan?kau tak ingin membaginya bersama kami. Dasar kau!"
Jungkook terbelalak, bukan itu yang dia maksud tapi syukurlah tak ada yang tau.
"Sudah, aku pulang. Suga hyung mengirim banyak minuman bagus untukku. Jadi aku tidak iri dan tidak akan mengambil milikmu. Jangan terlalu banyak minum. Tidak baik untukmu, bayi!"
"Aku bukan bayi!"
"Hadiah sebagai bintang tamu diacaranya kemarin. Aku membawa beberapa macam merk wine terkenal nikmat. Kau mau barter?"
Jungkook menggeleng. Ia sungguh sedang tidak ingin memikirkan hal lain.
Jimin tersenyum puas walau dalam hatinya terasa aneh dengan sikap jungkook. Jimin beranjak dan berjalan keluar setelahnya suara knop pintu tertutup menandakan ketiadaan jimin disana.
Jungkook melenguh dan beranjak menutup pintu kamarnya. Ia kembali menjatuhkan badannya disofa. Ia tidak ada niat membuat masalah baru. Dia diam. Menunggu gadis yang ada dikamarnya keluar.
Dua jam waktu berlalu tapi tanda-tanda gadis itu akan keluar belum juga tampak. Jungkook mondar-mandir bagai jarum jam rusak. Tanpa pikir lagi jungkook menarik knop pintu. Gadis itu masih ditempatnya.
"Noona, kita harus bicara. Aku minta maaf. Tolong bicara padaku. Aku tidak tau apa yang terjadi. Kita selesaikan ini sekarang."
Gadis itu tak bersuara ataupun bergerak. Bisu dan senyap. Jungkook menghampiri gadis itu dan duduk ditepian ranjang.
"Tolong bicaralah atau lakukan apapun yang kau mau padaku. Pukul....tendang....sumpahi aku. Jangan diam!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kau Tahu
RomanceSemua yang terjadi bukan kebetulan. Semua sudah direncanakan. Seperti halnya kita sekarang dan selamanya sudah direncanakan. Siap atau tidak, kau milikku.