Chap 16

22 25 19
                                    

'Telolet telolett...!'

"E-eh bentar guys! Hp gw bunyi" mendengar ponselnya berdering, gadis berseragam SMA itu mulai merogoh ponsel di saku rok nya.

"Siapa?" Bisik teman disampingnya.

"Tante nelpon, kayaknya mau ngabarin soal nyokap gw" jawabnya. Ia mulai menggeser icon hijau itu keatas dan mengangkat ponselnya disisi telinga.

_telephone tersambung_

"Halo Ren?"

"Eh? Iya tan, kenapa?"

"Mama kamu udah siuman, gamau jenguk kesini? Dari tadi dia nanyain kamu loh"

"Syukurlah...nanti pulang sekolah Rena kesana deh, tolong jagain mama dulu ya"

"Yaudah, belajar yang rajin, jangan bolos-bolos kayak dulu"

"Haha tante tenang aja, sekarang Rena resmi jadi murid teladan"

Mendengar perkataan Rena, kedua temannya membuat gestur ingin muntah.

"Kamu ini...tante tutup dulu ya telponnya, Cio manggil-manggil dari tadi"

"Oke tan! Bye bye..."

'Tutt'

_telephone bersambung_

"Lo tau gak sih Na! Gw rasanya pengen muntah pas dia bilang 'sekarang Rena rami jadi murid teladan' huekk!" Cibir Stella dengan nada menirukan gaya Rena berbicara.

"Bener Stell, pen muntah gw dengernya!" Jawab Ana dengan kekehannya.

Rena yang merasa dicibir mulai merotasikan matanya dan berjalan cepat meninggalkan kedua temannya.

"Iri bilang bos!" Ketus Rena.

"Lah bocah ninggalin" ucap keduanya.

Akhirnya keduanya memutuskan untuk mengikuti Rena yang kini semakin menjauh.










Naya dan Roni kini tengah berada di taman rumah sakit. Keduanya tengah memandang indah bunga taman yang terlihat apik. Sedikit memanjakan mata.

"Ron?" Panggil Naya.

"Ya?"

"Tau gak, aku pernah janji sama ayah buat bahagia sama-sama"

Roni memandang penuh kearah Naya yang berada di sampingnya.

"Tapi apa kebahagiaan itu akan datang? Rasanya agak sedikit mustahil ya?" Tanya Naya lesuh.

Roni yang mendengarnya hanya bisa tersenyum kecut, ia tau bagaimana kehidupan gadis ini dengan ayahnya.

"Aku kannggeennnn banget sama ibu" Naya kini mengelus infusan yang berada ditangannya.

"Ibu jahat banget sih ninggalin aku sama ayah" lanjut gadis itu.

Roni tak bisa berkata-kata, ia hanya mengelus pundak gadis itu dengan mata yang berkaca-kaca.

"Aku takut gak bisa nepatin janjiku ke ayah Ron" Naya tiba-tiba saja teringat dengan kejadian dimana ia bertemu dengan wanita yang mirip dengan ibunya, sangat mirip.

"Aku mau nyerah, tapi aku gak bisa" gumam Naya diakhir kalimatnya.

'Kamu pasti kangen banget sama ibu ya Nay? Tenang aja, kamu pasti bisa ketemu sama ibumu kok' ucap Roni dalam hati. Ia tak bisa jika harus mengatakannya langsung pada Naya.

Naya menyenderkan kepalanya pada bahu tegap pemuda itu. Air matanya tak kuasa lagi keluar setelah kemarin sibuk menangisi keadaan ayahnya yang tak kunjung membaik.

Semesta Dan LukanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang