Waktu Hogwarts

284 29 3
                                    

(Gambar Harry saat menyeringai lebar kayak Koro-Sensei)


Harry menatap makanan di meja dengan tidak nafsu. Makanan yang terlalu hambar, berminyak dan penuh kalori tidak sehat bertebaran. Tidak ada makanan layak yang sehat dan bergizi kecuali buah. Tidak ada kopi, teh, susu atau air kecuali jus labu kuning aneh yang hampir membuatnya jijik.

Ricardo pernah mengatakan untuk membangun otot dan menghasilkan energi yang cukup, ia harus makan yang seimbang dan bergizi, tidak boleh berlebih dan dibarengi olahraga dan cemilan sehat. Harry sejujurnya lebih senang makanan asia, khususnya Jepang atau sesekali makanan super pedas Korea. Ia jarang makan makanan inggris kecuali perlu.

Nyaris tidak memperhatikan seorang pirang di sebelahnya menatapnya dengan tertarik. "Kau tidak makan?"

Harry menoleh padanya dengan senyum tenang dan ekspresi netral andalannya. "Pernah dengar pola makan yang sehat? Kepalaku dibor dengan itu. Lagipula makanan di sini tidak terlalu sehat untuk standarku. Terlalu berminyak dan hambar."

Pirang itu menatap makanan di meja dan kilatan pengertian muncul di matanya sementara teman asramanya tidak mengerti. Harry harus menahan diri untuk memutar matanya, serius, mereka harus cerdas dan peka untuk kondisi daripada hanya pintar buku belaka.

"Kau benar. Untuk standar kesehatan, makanan ini tidak bagus dan tidak sehat." jawab si pirang yang membuat Harry menyeringai.

"Senang kau pengertian. Aku pikir lalat lain tidak mengerti bagian sederhana yang penting." Harry menjawab dengan nada menyindir membuat yang lain bertambah tidak mengerti dan si pirang tertawa.

"Kau benar-benar punya lidah perak kan? Tidak heran topi sortir sangat kesal denganmu."

Harry bersiul polos dengan kilatan nakal di matanya. "Aku tidak tahu maksudmu, tuan pirang."

Si pirang memutar matanya dengan geli. "Ini Aaron, Aaron Sayre. Tahun ketiga."

"Hadrian Potter dalam layananmu. Tapi panggil aku, Harry." Harry memberinya tangan dan dibalas dengan genggaman penerimaan oleh Aaron.

Aaron kemudian mengangkat alis dengan bingung. "Hadrian? Kupikir kau Harry Potter?"

Ekspresi Harry sedikit gelap dengan kilatan berbahaya. "Ah, pasti ada kesalahan nama lengkapku yang tidak banyak orang tahu. Mereka terlalu bodoh untuk tidak mencari tahu dan aku menyalahkan kambing tua tertentu." Ia blak-blakkan menjawab dan kemudian kembali ceria. "Tapi orang tuaku yang wafat memberiku nama itu dan menyingkatnya menjadi Harry untuk panggilan jadi jangan keliru."

Aaron mengangguk paham. "Jadi, kenapa kau memiliki pola makan tertentu? Maksudku, penyihir jarang melakukan pekerjaan fisik."

Harry mengangkat bahunya dengan acuh. "Tidak heran. Aku ikut klub olahraga di sekolah lamaku sebelum lulus." Ia kemudian menopang dagunya dengan satu tangan di meja dan kepala dimiringkan, seringai bermain di bibirnya.

"Jadi kau bagian dari keluarga Sayre ya. Pendiri kepala sekolah magis Amerika, Illvermony. Dia juga keturunan Gaunt dari pihak ibunya dan mendirikan sekolah di atas bukit dengan suami duniawinya sekaligus diurus oleh anak-anaknya di masa depan."

"Kau tahu banyak rupanya." Aaron terkesan dan kemudian menatapnya dengan ragu. "Kupikir kau err... tinggal dengan kerabat muggle-mu?"

Harry melambaikan tangannya dengan acuh tak acuh. "Tenang saja. Aku tidak tersinggung. Banyak belajar dari buku tentang sejarah dunia sihir luar negeri dan itu sepadan."

"Selain itu tentang kerabatku..." Harry tersenyum lebar dengan gigi tajam, mata merah dan Aaron bersumpah ia bisa melihat tanduk dan ekor iblis imajiner tumbuh dari tubuh si rambut hitam saat memperlihatkan koran tentang kerabatnya, aura ungu menguar menakutkan. "Aku punya banyak waktu bersenang-senang dengan mereka."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Black ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang