༄ᶦᶰᵈ᭄✿47࿐.

55 17 15
                                    

.

.

.

.

.

Sungguh tak punya hati... Apakah dia dengan mudahnya melupakan kejadian waktu itu. Benar benar konyol. Ha ha ha....!" Tiba tiba Eida berucap sesuatu yang membuat Kawaki langsung terkejut dan menghentikan langkahnya. Ekspresi yang tadinya sedikit bingung kini berubah terkejut .

Boruto menghentikan langkahnya. Ia berhenti sejenak mengerutkan kedua alisnya. Boruto Sedikit bingung dengan apa yang dikatakan Istrinya.

Ia tidak mengerti dengan maksud perkataan sang Istri. Hingga berucap seperti itu.

Berbanding terbalik dengan kondisi Kakak Iparnya . Kondisinya malah sangat pucat entah mengapa rasa takut tiba tiba menghampiri relung hatinya dan perasaan was was menguasai tubuhnya.

Keadaan Kakak Iparnya tak kunjung bergerak. Ia masih senantiasa mematung disana. Membuat Kawaki bertambah dag dig dug dan memucat.

"Aku tidak tahu apa yang kau maksud atau yang kau bicarakan.....! Namun satu hal pasti. Aku sedikit tidak suka dengan kelakuanmu. Tingkah mu itu benar benar membuatku jengkel...!" Ucapnya berbanding terbalik dengan apa yang di pikirkan mereka. Tingkahnya itu justru membuat mereka berdua sedikit shock, hingga tanpa sadar mengangahkan mulutnya lebar-lebar tak percaya dengan apa yang di dengarnya barusan.

Bukan hanya Eida yang terkejut, dengan apa yang dikatakan Kakak iparnya, Kawaki malah semakin parah seperti tak percaya dengan apa yang di dengarnya. Kawaki tak sampai berpikiran seperti itu.

Benarkah Kakak Iparnya melupakannya begitu saja. Tiba tiba rasa sakit merebak di bagian dadanya. Namun secepat kilat Kawaki menggelengkan kepalanya cepat cepat. Ia berpikir mungkin itu hanya efek obat yang masih tertinggal di dalam tubuh Kakak Iparnya. Mengingat obat itu sangatlah berbahaya juga berdosis tinggi. Jika itu bukanlah Kakak Iparnya dipastikan akan lebih parah lagi mengingat obat itu sangatlah berbahaya . Kakak Iparnya itu sangat kuat.

"Sudah Kak.....! Tidak usah diladeni ... Kita pergi saja....!" Pada akhirnya Kawaki menarik pergelangan tangan Kakak Iparnya dan memeluk Kakak Iparnya untuk segera gegas dari hadapan Kakak tirinya. Jika lama lama di hadapan Kakak tirinya. Takut nya akan semakin parah dan bertambah runyam. Sebisa mungkin Kawaki menghindarinya. Beruntung lah Kakak Iparnya tak ambil pusing dan hanya manut mengikuti keinginannya.

Mereka pun berlalu pergi meninggalkan Eida yang masih mematung ditempat mencerna kejadian apa yang barusan dialaminya tadi.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Hari ini dikerjakan di rumah za Kak... tumben Jam segini masih ada di rumah. Atau Kakak sedang Libur....!" Tanya Kawaki pada Kakak Iparnya. Yang fokus ke layar Laptopnya. Ketika merasa ada yang hadir di sampingnya. Fokusnya sedikit teralihkan. Memperbaiki duduknya dan membetulkan Kacamatanya, dia menoleh kan wajahnya kearah Adik Iparnya yang tengah menaruh secangkir Kopi disampingnya, entah apa yang dipikirkannya ia sedikit menyunggingkan senyumnya. Pikirannya berkata, Andai Adik Ipar nya ini adalah Istrinya.... Betapa senangnya hatinya karena memiliki Istri seperhatian macam Adik Iparnya. Padahal dia seorang Lelaki tapi dia mengetahui semuanya keperluan Ibu rumah tangga. Di setiap mau berangkat kerja , Adik Iparnya selalu mempersiapkan semua keperluannya. Dari sarapan, pakaian, membangunkannya, mencuci pakaiannya . Membereskan kamarnya dan mempersiapkan Air untuk mandi. Kadang bila dia kelelahan, Kawaki selalu memijitnya. Atau dia lupa membuka Sepatunya , dan langsung tidur... Kawaki yang selalu menyopotnya. Dan mengurusnya, sedang kan Istrinya sendiri, boro boro di perhatikan, pasti ujung ujungnya Istrinya hanya berlalu pergi tak mempedulikannya. Dan hanya dianggurin saja. Seperti orang asing. Kadang ia menghela kan nafasnya ketika melihat tingkah Istrinya yang agak keterlaluan . Dan sangat datar kepadanya. Berbanding terbalik dengan Adik Iparnya yang selalu perhatian kepadanya. Kalau begini caranya, jangan salahkan dia bila suatu saat nanti ia akan belok. Dan beralih menginginkan Adik Iparnya.

Boruto sudah lelah dengan semua ini...

Ia capek...!

Karena tidak pernah di hargai Istrinya sama sekali.

Boruto sudah Semampuhnya mengerti Istrinya, namun apalah daya, kebaikannya tak pernah dilirik dan selalu diabaikannya.

Tarik

Greb

Blush

Entah apa yang terjadi barusan...Kawaki sendiri terkejut dengan kelakuan Kakak Iparnya yang tiba-tiba menariknya. Hingga tanpa sadar Kawaki sudah berada di pangkuannya. Terjatuh terduduk.....

Wajah Kawaki seketika itu memerah apalagi Kakak Iparnya tengah memeluknya erat. Membuat mau tak mau Kawaki bersemu merah.

"Ijinkan sebentar memelukmu Kawaki....!" Bisik Boruto di telinganya , suara sedikit berat namun serak terdengar di indera pendengarannya. Bukan nya apa , tapi bila sedekat ini, ia takut bila dia akan hilang kendali dan berbuat yang tidak tidak mengingat betapa cintanya dia ke Kakak Iparnya. Dengan perasaan yang campur aduk dan berkeringat dingin Kawaki mencoba setenang mungkin dan membiarkan Kakak Iparnya memeluknya. Walau tak memungkiri Jantungnya dag dig dug di buatnya. Gila ajha yang bener ajha..... Ingin rasanya Kawaki menjerit kesenangan karena dipeluk Kakak Iparnya yang sangat dikaguminya dan di cintainya. Owh my God......!

Angguk

Tanpa kata dan bersuara Kawaki hanya menganggukkan kepalanya untuk memberi jawaban atas pertanyaan sang Kakak iparnya.

Senyum

Boruto pun tersenyum tipis dengan jawaban Adik Iparnya. Perlahan Boruto memeluk tubuh Adik Iparnya erat. Sedikit menghirup Bau tubuh Adik Iparnya. Entah mengapa ketika ia menghirup Bau Adik Ipar kesayangannya. Pikirannya sangat tenang dan nyaman.

Berbanding terbalik dengan kondisi Kakak iparnya . Kawaki justru dag dig dug dibuatnya. Ia pun sedikit gelisah dipelukan Kakak Iparnya.. ditambah ada sesuatu yang menyesakkannya.

Seperti bagian tubuhnya ada yang berdiri. Namun sebisa mungkin Kawaki menahannya.

"Kadang aku heran dan bertanya tanya. Benarkah kamu ini seorang berandalan cilik yang sering ikut tawuran atau berkelahi. Dan aku juga bertanya tanya. Benarkah kamu seorang pria. Bila seorang pria mengapa mengetahui semuanya termasuk bila berhubungan dengan dapur....!" Ucap Boruto pelan namun membuat Kawaki tak bisa berkata apa-apa. Kawaki malah semakin bersemu merah. Apalagi dengan gemasnya Kakak iparnya mencubit dagunya dengan gerakan sedikit membuatnya agak nggak fokus. Kakak Iparnya menarik dagunya hingga tanpa sadar ia bisa melihat rupa sempurna Kakaknya. Ditambah ini pertama kalinya ia melihat Kakaknya memakai Kacamata yang justru menambah daya pikat wajah rupawan milik Kakak Iparnya.

"Kakak berhentilah mencubitku ini sakit ishh...!" Balas Kawaki sambil mengembungkan Pipinya dan membuang mukanya kesamping.'kawaii...!' gumamnya dalam bathinnya. Boruto sedikit bersemu ketika melihat tingkah cute Adik iparnya. Ketika dalam mode ngambek.

"Hhhhahaha mengapa Kawaki....! Nggak usah malu malu..!" Gumamnya sambil menggusak gusak Pipi Kawaki dengan Pipi putih porselinnya. Membuat Kawaki bertambah cemberut. Walau tak memungkiri semburat merah masih nangkring di pipi kuning pengantin miliknya.

.

.

.

.

.

.

TBC

.

.

.

.

.

Want to be with You...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang