17. Cemburu

4.1K 165 2
                                    

Mengetahui bahwa istrinya telah bertemu dengan pria lain. Apalagi dengan alasan pergi belanja membuat rahang Zeus mengeras. Tangannya terkepal kuat dan wajahnya pun sudah merah padam.

Melihat reaksi Zeus, Helios menggeleng pelan. Ia lekas menekan tombol merah tanpa menjawab pertanyaan Draka lebih dulu.

"Tuan? Saya dan Pengacara Aka tidak memiliki hubungan apa-apa. Kami hanya--"

"Berhenti membela diri!" sentak Zeus memotong kalimat Helios.

"Tuan, sungguh. Saya dan Pengacara Aka baru bertemu dua kali. Kami benar-benar tidak memiliki hubungan apa pun," ujar Helios berusaha menjelaskan.

"Benarkah? Baru dua kali bertemu, tapi dia sudah tahu nomor teleponmu. Kau benar-benar murahan, Hely. Baru kenal, tapi sudah memberikan nomor telepon. Kau benar-benar luar biasa!"

Zeus sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan. Lalu, bertepuk tangan sambil tersenyum mengejek. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa Helios akan semurah itu.

"Tidak, Tuan, tidak seperti itu kenyataannya. Saya hanya memberikan nomor telepon saya pada Dokter Rani dan sepertinya Pengacara Aka meminta nomor telepon saya dari Dokter Rani karena mereka berteman," sanggah Helios dengan manik mata yang berkaca-kaca.

Wanita itu menggelengkan kepalanya kuat-kuat tidak membenarkan tuduhan suaminya. Ia menjelaskan tentang kebenarannya berharap sang suami akan mempercayainya.

"Cih! Kau pikir aku akan percaya?" Zeus melipat kedua tangannya di depan sambil menatap Helios sinis, "Jadi, ini alasan kenapa kau menolak aku antar pergi ke supermarket? Jadi, ini alasan kenapa kau begitu bersemangat pergi ke supermarket meski baru pulang dari rumah sakit Minggu lalu? Jadi, karena pria itu?" sambung pria itu menggebu.

"Tidak, itu sama sekali tidak benar," sergah Helios sedikit berteriak.

"Lalu, seperti apa kebenarannya, huh?!" bentak Zeus murka.

Pria itu melangkah maju dan mencengkeram dagu Helios. "Tatap aku! Tatap aku dan katakan seperti apa kejadiannya!" seru pria itu geram.

"Saya sudah mengatakannya, kalau kami hanya bertemu dua kali dan saya tidak memberikan nomor telepon saya padanya. Saya hanya memberikan nomor telepon saya pada Dokter Rani yang tidak lain adalah teman dekat Pengacara Aka sendiri," jelas Helios dengan susah payah.

"Jangan mengarang cerita dan katakan sejujurnya!" seru Zeus tidak percaya.

"Saya sudah berkata jujur, Tuan. Sumpah demi Tuhan, apa yang baru saja saya katakan memang benar kenyataannya," sanggah Helios dengan bulir-bulir bening yang mulai menetes.

Baru berselang dua Minggu sikap Zeus menjadi lebih baik. Tidak pernah marah, tidak pernah mengerjainya, dan tidak pernah melukai fisiknya. Kehidupan rumah tangganya memang tidak seperti rumah tangga lainnya, tetapi itu sudah lebih dari cukup. Namun sayangnya, ketenangan itu harus berakhir dengan hadirnya Draka yang dengan paksa menerobos masuk.

"Tidak, pembantu murahan. Aku tidak akan percaya sedangkan aku melihat buktinya dengan mata kepalaku sendiri," ujar Zeus lebih mempercayai apa yang ia lihat dibandingkan dengan apa yang Helios ceritakan.

Pria itu menyentuh tangan Helios dan menariknya ke arah tangga. Setelah berada di lantai dua, ia membawa Helios ke kamarnya dan mendorongnya ke tempat tidur.

"Tidak, Tuan, jangan lakukan ini!"

"Kenapa jangan? Bukankah ini yang paling kau sukai sampai-sampai kau mau berhubungan dengan pria yang baru kau temui dua kali?"

Anehnya, Zeus tidak mempercayai penjelasan Helios, tetapi mempercayai bagian di mana Helios baru dua kali bertemu dengan Draka. Kenapa tidak mempercayai semua ucapan Helios atau sekedar berbicara dari hati ke hati agar Helios bisa menjelaskan secara perlahan. Bila perlu, menjelaskan secara detailnya tentang bagaimana bisa Draka menghubungi Helios.

"Tidak seperti itu, Tuan," sanggah Helios menggeleng histeris.

"Berhenti menyangkal atau aku akan menyakitimu," ancam Zeus.

"Saya tidak sedang menyangkal, tapi kenyataannya memang seperti itu," sergah Helios menggebu.

Selang berapa detik Helios berbicara, Zeus sudah melepas seluruh pakaiannya. Kini, pria itu berjalan mendekat membuat Helios bergerak mundur. Duduk meringkuk sambil menyilangkan kedua tangannya. Lalu dengan mudahnya, Zeus merobek gaunnya dan melemparnya ke sembarang arah.

"Jangan bersikap seolah kau tidak menyukainya, pembantu murahan!" ejek Zeus.

"Cukup! Berhenti menyebut saya murahan!" sentak Helios membuat Zeus terkejut.

"Kenapa? Kau memang murahan, Hely. Buktinya, kau langsung memberikan nomor teleponmu pada pria yang baru kau temui dua hari." Zeus menyentuh bahu Helios dan menatapnya mengejek.

"Tidak. Sejak pertama kali kami bertemu, bahkan sampai kedua kalinya, saya selalu mengabaikannya," sergah Helios menggebu.

Wanita itu memalingkan wajahnya ketika Zeus mendekatkan wajahnya. "Kalau saya wanita murahan, mana mungkin saya masih perawan ketika Tuan menodai saya."

"Itu, sih, akal-akalanmu saja. Kau senang bukan karena kejadian malam itu? Jadi, kau bisa melakukannya lagi dengan pria manapun," sanggah Zeus sinis.

Setelah mendengar kata-kata Zeus yang begitu menyakitkan, Helios mengangkat pandangan dan hendak mengatakan sesuatu. Namun sayangnya, bibir pria itu sudah membungkam bibirnya dengan ganas. Karena masih tidak terima dengan ucapan Zeus, Helios membuka mulutnya lebar-lebar memberi akses. Sontak, sudut bibir Zeus naik setelah dengan manik mata yang terbuka lebar.

Pria itu sama sekali tidak menyangka apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia pikir, Helios wanita murahan seperti yang ia pikirkan. Terlebih dengan pemberian akses baginya untuk menjelajahi rongga mulut Helios. Namun entah mengapa, ia merasa kecewa dan gairahnya untuk menggagahi tubuh wanita itu langsung musnah.

"Aawww! Brengsek! Kau berani mengigitku?" geram Zeus mengaduh kesakitan sambil menjauhkan tubuhnya.

Baru saja ingin mengakhiri aktivitasnya, Helios mengigit lidah Zeus. Hal itu ia rencanakan ketika membuka mulutnya lebar-lebar.

"Ya, memangnya kenapa? Apa aku harus diam setiap kali kau menyiksaku?" Helios menunjukkan taringnya. Seperti yang ia katakan tiga Minggu lalu, ia benar-benar menggigit Zeus hingga lidah pria itu berdarah.

"Jadi, kau ingin bermain-main denganku?" Zeus tersenyum menyeringai membuat Helios merinding ketakutan. "Kenapa? Apa kau takut?"

Melihat bagaimana cara Zeus tersenyum, sontak Helios menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Bayangan ketika ia digagahi sambil dicambuk membuatnya mual. Selain itu, kepalanya terasa kebas seolah seluruh rambutnya dicabut secara bersamaan.

"Kau takut bukan?" tanya Zeus menyeringai. Tangannya diayun ke wajah Helios dengan keras hingga tercetak telapak tangan di sana.

Tamparan keras itu mampu menyadarkan Helios di tengah lamunannya. Ia menyentuh pipinya yang terasa panas dan menatap nyalang pria itu. "Sebenarnya apa salah saya, Tuan? Apa Tuan cemburu karena saya bertemu dengan laki-laki lain?" tanya Helios sambil menyipitkan matanya.

"Cemburu? Hahaha ... Are you crazy?" Zeus tertawa terbahak-bahak sambil menyugar rambutnya ke belakang.

"Kalau tidak, kenapa Tuan marah? Saya sudah menjelaskan kejadiannya seperti apa dan Tuan masih bersikap seperti ini. Kalau bukan cemburu, lalu apa?" tanya Helios lagi dengan seulas senyum mengejek.

"Aku bilang aku tidak cemburu. Untuk apa aku cemburu karena pembantu murahan sepertimu?" sanggah Zeus menggebu.



Terpaksa Menikahi PembantukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang