Vermillion.
Sebuah kerajaan besar yang dipimpin oleh seorang raja yang kuat, Blane.
Semua rakyat kelas atas hidup makmur disana, tanpa harus memikirkan apapun.
Tapi, tidak untuk kami, para rakyat kecil yang hanya bisa menatap semua itu di setiap sudut kemewahan Vermillion.
Terlebih, sebagian besar dari kami adalah Fantasia, yang tidak begitu diterima disini.
Termasuk aku.
Aku adalah salah satu dari ras Fantasia yang hidup melarat di sudut kumuh Vermillion, bersama orang-orang lainnya.
Ya, aku seorang Fantasia. Walaupun, aku belum pernah mengeluarkan sihirku sedikitpun. Beberapa orang di sekitarku menganggap bahwa aku tidak selevel untuk berteman dengan mereka yang bisa menguasai sihir.
Tapi, setidaknya Ibuku selalu mendukungku. Beliau selalu mengatakan bahwa hidup tidak hanya tentang masalah sihir belaka sehingga aku tidak perlu khawatir. Aku yang saat itu masih kecil hanya bisa mengiyakan.
-
Suatu hari, seseorang datang berkunjung ke pemukiman kami. Dari pakaiannya, aku tahu bahwa anak yang lebih tua beberapa tahun dariku itu termasuk dari kasta atas.
Dia dan beberapa orang yang datang bersamanya mengatakan beberapa hal yang tak kudengarkan. Dia mendekatiku dan menjabat tanganku dengan wajah tulus, walau aku tahu dari gesturnya dia lebih suka meretakkan tanganku sekalian.
Tapi, sepertinya akulah yang meretakkan tangannya.
Mendadak, raut wajahnya berubah. Aku bisa merasakan sesuatu tertarik masuk melalui tanganku. Sontak aku melepaskan tangannya. Dia terkapar dengan raut wajah kesakitan.
“Kau ingin membunuhku,” tuduhnya dengan raut kalap.
“Kau ingin menarik seluruh inti sihirku!” serunya keras.
-
Sejak saat itu, semua orang mulai menyebutku sebagai pengguna Death Touch, karena aku akan menarik inti sihir siapapun yang kusentuh tanpa terkecuali. Mereka menjauhiku lebih jauh lagi. Mendadak, ibuku pun tidak ada, hilang begitu saja dan tidak ditemukan. Membuatku tidak memiliki pegangan.
Desas-desus tentang aku dan Death Touch semakin meluas. Bahkan para bangsawan kelas atas pun memperbincangkannya meskipun aku yakin hal itu dibumbui hal-hal yang tidak semestinya.
Hingga sang Raja pun turun tangan. Aku dianggap membawa ancaman, hingga dia pun memutuskan untuk mengusirku dari tanah Vermillion.
Keputusan sepihaknya itu sungguh mengesalkan, namun aku tidak bisa berbuat apa-apa. Dia adalah pemimpin negeri ini, meskipun aku tidak pernah berpikir bahwa dia seorang pemimpin.
Akhirnya pun aku pergi, meninggalkan tanah kelahiranku yang tak pernah kuanggap tanah kelahiran, di usiaku yang ke 13 tahun.
-
Aku melalui banyak medan yang tak kupedulikan hingga kakiku menginjak tanah tandus. Aku sampai di kerajaan padang pasir, Zerberus.
Aku memasukinya dan mencari tahu keadaan disana. Aku bisa melihat perdagangan yang merupakan komoditas utama negeri ini membuat padang pasir yang tandus ini menjadi makmur.
Aku memutuskan untuk berhenti disana. Mungkin keadilan yang kupikirkan bisa didapatkan disini.
-
“Heh, anak kecil.”
Aku berbalik. 3 orang pria menatapku.
“Apa?” sahutku.
Mendadak, salah satu dari mereka menarik kerahku, mengintimidasi. “Heh! Cepat berikan semua uangmu!”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Three Villain - Viva Fantasy Fanfiction
Fiksi PenggemarTeori mengenai ketiga orang di after credit scene. Siapa saja mereka, masa lalu kelam mereka, dan apa tujuan mereka. Ditulis sebelum season 2 rilis, silakan nikmati buah pemikiran yang tidak seberapa ini.