"Kamu ngekost disini juga?" suara pria itu sedikit mengagetkanku.
"I..iya.."
"Wah, satu kost denganku dong! Aku Riko. Jurusan Teknik Elektro, baru masuk semester 7."
Dengan sigap aku menyambut jabatan tangan itu.
"Wah, udah mau tamat dong ya.. Aku Danny, semester 1, Ilmu Komunikasi."
"Hehe.. iya nih, lagi sibuk mikirin judul skripsi. Aku tau dari Pak Jaka yang punya kost-an ini. Katanya ada yang mau masuk lagi. Oh iya, kamar kamu yang pintu cokelat ya.. yang ada poster Guns n Roses di depan pintunya, itu bekas seniorku, dia udah lulus."
Kost Pak Jaka itu rumah dengan 3 kamar. Disekitar kampus ini, kost inilah yang paling strategis. Dekat dengan warnet, tempat fotokopi, rumah makan, dan halte busway. Pokoknya aksesibilitasnya paling mumpuni! Kamar ku sendiri menghadap 2 kamar lainnya. Kamarnya Riko dan satu lagi aku belum ketemu pemiliknya, mungkin sedang diluar.
Ku susun perlahan semua barang-barang yang aku butuhkan, mobil truk yang membawa semua barang-barang yang dikirim Ayah termasuk semua keperluanku menunggu diluar sembari aku mengangkat barang-barang itu ke kamar.
Riko melihatku mondar-mandir, ia lalu bangkit dan membantuku menurunkan barang-barang sambil memasukkannya ke kamar.
"Dan, ini mau ngekost apa pindah rumah ceritanya?" ujar Riko sambil tersenyum.
"Hehe.. tau nih kak, ayah sama ibu yang bantu ngepack. Semua dibawa kesini.."
"Wah, anak papi mami rupanya dia."
"Hahaha, siapa bilang? Aku anak ayah sama ibu!" jawabku sambil terus saja mengangkat barangku.
Riko nampaknya keletihan setelah hampir satu jam membantuku menurunkan dan menyusun barang-barangku. Secara fisik, Riko menarik. Ups, bahaya! Dia roomate-ku! Giginya rapi dan rata, rambutnya hitam lebat dan di spiky, matanya cokelat dan tubuh putih berisi. Tidak terlalu atletis tidak pula terlalu kurus. Jujur, I would eat him alive! Aku dan orientasi seksualku adalah bagian yang aku sembunyikan. Aku tak berani coming out untuk mengutarakannya, aku juga tak berani terlalu menunjukkannya. Gay relationship hanya beberapa kali aku jalani, walau aku menyadari kondisiku sejak SMA. Aku tetaplah Danny. Danny yang hidup dengan realita sosial yang belum mampu menerima orang-orang dengan orientasi seperti aku.
"Kak, capek? Kita lunch dulu yok... aku yang traktir. Sekalian, ucapan makasih untuk bantuannya."
"Wah, Dan.. kamu salah orang, urusan makan aku jangan ditanya loh. Bisa abis nanti jatah makan kamu buat bayarin aku!"
"Hahaha, gak papa lah.. Gak enak aku, kakak jadi keringetan gitu."
"Oke, kalo di daerah sini, yang paling fenomenal itu... Nasi Bakar Bu Hasanah. Dijamin lidah bergoyang!"
Riko orangnya supel sekali. Mudah sekali akrab, dan sangat ramah dengan semua orang. Sepanjang makan di kantin Bu Hasanah, banyak sekali orang yang sekedar say hi. Things that I like from him, one of them is his warm personality.
"Kakak udah lama ya di kost ini?"
"Udah, dari semester satu aku disitu, oh iya... penghuni kost kita satu lagi Wildan, anak Hukum semester 7 juga, tapi lagi ke kampus kayaknya..."
"Dan, kamu suka olahraga?"
"Suka kak, kenapa?"
"Rencananya sih mau ada turnamen futsal, mau gabung?"
"Ah, kalo futsal I am suck at it kak! Kalo berenang atau badminton suka."
No! Jangan futsal. Orang nonton bola aja suka gak ngerti rules nya, apalagi disuruh main, poor Danny!
"Walah, kirain.. Kalo gitu kapan-kapan berenang bareng lah ya.. di deket kampus ada kolam renang indoor, asik juga tempatnya."
"Boleh tuh kak, kebetulan aku udah berapa minggu gak renang."
What the... Berenang bareng Riko? He's so damn hot! Mulai pikiranku mengarah yang nggak-nggak. Arrggggghhh...
"Dan! Ngelamun aja.. makan tuh habisin, gak baek disisain."
"Kenyang aku kak, tapi emang enak banget, mau gimana lagi perutku udah penuh."
"Nih anak gimana sih? Abisin sana! Gak baek disisain, kasian diluar sana banyak yang gak makan. Kamu disini malah buang-buang, tau gini sepiring aja kita pesen dibaagi dua."
Mataku setengah melotot, hah! Mungkin bagi kak Riko sepiring berdua gak masalah. Tapi bagi aku? Nooo, it's onr of sweetest moment you know! Tangan kak Riko mengambil piring makananku, ia menghabiskan separuh dari nasi bakar itu, da tidak menyisakan sedikitpun. Pria dengan prinsip, itu yang bisa aku tangkap dari kak Riko.
***
Begitu kami sampai di depan kost, aku bertemu dengan kak Wildan.
"Nah, ini namanya Wildan! Tenang, Dan... disini urutan gantengnya Aku, kamu baru si Wildan ini."
Perawakan kak Wildan itu sawo matang, beda dengan kak Riko yang putih, badannya juga atletis sering fiitness sepertinya. Secara muka, lumayanlah.
"Ahh, sialan lu Ko! Ngerusak imej gue aja di depan anak baru... masih polos dia jangan dinodai."
"Eh, emangnya elu!" ujar kak Riko sambil mengacak-acak rambut kak Wildan.
"Arrrrrgggghhh ni orang! Gue masih mau pergi tau!" teriak kak Wildan sambil berusaha membalas dan mengejar kak Riko yang keburu masuk rumah. Haha, lucu sekali kedua orang itu. Sepertinya aku betah disini, apalagi dengan kedua orang itu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Under The Mistletoe
RandomAda legenda yang mengatakan, berciuman dibawah tanaman Mistletoe akan mengukuhkan cinta yang tulus dan abadi. Cinta yang tak mengenal syarat dan kondisi, cinta yang seadanya cinta. Seperti kasih Dewi Frigga untuk menghidupkan kembali Dewa Balder dib...