NVJ Part 43

524 100 23
                                    

Happy reading all 🥰

          Jangan lupa vote + comen ✨

Spam comen juga!!! Awas aja kalo enggak 🤧



     (Tandai kalo ada typo!)




•Inget, ci. Lari dari apa yang menyakitimu, akan semakin menyakitimu. Jangan lari, Ci. Menderita Lah, hingga kamu sembuh.•

        ~Azzam~











Suara bising akibat bisikan-bisikan yang terdengar dari mulut ke mulut membuat gadis cantik yang tengah berdiri di barisan paling depan di lingkup pondoknya menjadi pucat.

Tangannya langsung dingin, wajahnya pucat pasi dan tubuhnya menegang sempurna. Tatapannya menatap ke arah sepatu yang dia kenakan dengan kosong.

Apalagi hampir seluruh tatapan mata mengarah kepada dirinya.

'Jadi, kemaren itu dia bohong?'

'iiih bener kan kalo itu cuma gosip.'

'lempar tuh batu, bukan kesalahan sendiri di lempar ke orang lain!'

'jahat banget nggak sih, dia yang salah tapi malah nyalahin orang lain?'

'iya. Nggak tau malu.'

'kemaren dia udah bully Suci tanpa ngaca kali yaa?'

'kok ada gitu orang kayak dia. Mana santri lagi.'

Tangannya mencengkram di sisi kanan dan kiri bajunya. Kaki yang menopang tubuhnya sudah mulai lemas.

Sedangkan di barisan paling belakang, tengah menatap lurus ke depan dengan pandangan datar. Dia menoleh kepada sosok pemuda yang berdiri tak jauh darinya.

Pemuda tersebut mengangkat alisnya hingga membuat gadis yang tak lain adalah Suci melengos kan wajahnya dan segera keluar dari barisan lalu pergi.

Pemuda tersebut hanya bisa menghela nafas pelan melihat kepergian istrinya.

"HARAP TENANG SEMUA!" Perintah mutlak dari Guz Faiz membuat bisik-bisik yang semula ramai, menjadi tenang.

Keadaan kembali tenang dan atensi kembali mengarah ke depan.

"Sudah cukup bisik-bisik nya. Kalian ini bisanya ngejudge orang terus. Meskipun Sekar salah, lebih baik kalian diam tanpa komentar. Kita tidak tau alasan apa yang membuat kejahatan ini terjadi." Katanya lagi.

Salah satu dari mereka mengangkat tangannya dan langsung bicara tanpa di suruh. "Afwan, Guz. Ada atau tidak adanya alasan, bukannya yang namanya kejahatan tetap kejahatan?"

Faiz mengangguk, "Benar. Tapi biarkan Sekar menjelaskannya."

Sekar hanya diam dengan mulut yang terbungkam rapat. Sedangkan Nuril yang setia berdiri di sampingnya hanya bisa ikut menunduk karena merasa bersalah.

Melihat keterdiaman Sekar membuat bisik-bisik mulai terdengar lagi.

Merasa jika suasana semakin tak kondusif dan malah semakin memanas, Pemilik pondok pesantren Raudhatul Hasanah langsung naik ke podium dan membubarkan barisan.

"Maaf sebelumnya, karena ada masalah yang memang harus kita selesaikan terlebih dahulu, jadi kami memutuskan untuk menunda kepulangan. Sekarang, kalian bisa kembali ke kamar masing-masing."

Usai mengatakan itu, Pak Kiyai langsung turun dan menghampiri Faiz. "Kita bicarakan ini di ndalem."katanya lalu pergi.

Faiz menghela nafas dan menoleh kepada istrinya yang mengangguk. "Kamu bawa Sekar."

NANAS vs JAMBU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang