Ketika sampai di rumah Chika bergegas menaruh ranselnya ke sudut kamar, kemudian langsung melompat ke atas tempat tidur. Hari yang sangat melelahkan untuknya. Di pandanginya langit-langit kamar , dia membayangkan betapa berat latihannya, karna tak hanya sekedar datang dan berlaga di atas ring melainkan juga disiplin waktu yang tinggi.
Hari pertamanya mulai saja sudah terasa begitu panjang, bagaimana dengan hari-hari selanjutnya?, Apakah ia akan sanggup? Terlalu hanyut dengan segala pemikiran dibenaknya, tanpa sadar Chika pun tertidur dengan seragam yang masih menempel ditubuhnya.
Begitu mata cantik itu terpejam, rasa lelahnya pun membawanya ke dunia lain, dunia yang selalu didatanginya setiap ia tak ingin melihat dan merasakan hal yang tidak disukainya, Dengan harapan, akan ada tempat yang indah di sana.
Ia bisa melihat dirinya berdiri dengan tegap di bawah cahaya, memegang sesuatu ditangannya, sebuah sabuk kemenangan yang selalu diimpikan oleh setiap pegulat, suara riuh tepuk tangan serta teriakan yang menyiratkan rasa senang plus bangga begitu menggema, sewaktu tangannya mengangkat sabuk itu melewati kepala dan menyampirkanya pada pundaknya.
Itu mimpi terindah yang perah ia lihat dalam tidurnya.
Begitu matanya terbuka, langit-langit kamarnya masih sama, Pagi seolah datang lebih awal dari biasanya, dan Chika segera bangkit dari tempat tidur.
Terlihat Aya, sang mama, sudah menyiapkan sarapan di atas meja, Melihat anak gadisnya keluar kamar dengan handuk yang sudah disampirkan di bahu, dia tersenyum.
"Buruan mandi sana, " ucapnya" Sebentar lagi sarapannya siap"
Chika cuman ngangguk dan segera menuju kamar mandi, setelah mandi dan mengenakan seragamnya lagi, ia bergabung dengan adik tiri , mama dan juga ayah tirinya yang sekarang sudah jadi keluarganya.
Aya menyajikan nasi goreng dengan telur mata sapi di atas piring untuknya, juga segelas teh hangat, Ayah tiri Chika yang bekerja sebagai admin di sebuah koperasi kerdit rakyat sudah berada di depan pintu ketika Chika baru duduk di meja makan, sebelum pergi dia pamitan dan membawa Christy yang juga harus ke sekolah.
Chika terus mengamati Aya yang terlihat senang melepas kepergian mereka. Baginnya, tak pernah melihat sang Mama sebahagia itu sewaktu masih bersama papanya. Sekalipun mereka tinggal di rumah yang sangat besar dan mewah dan bergelimang harta, bukan rumah sederhana hanya dengan satu kamar mandi ini.
Mamanya itu nampak begitu mensyukuri semua yang ia punya di sini. Jika dulu Aya pernah terpojok sampai tak bisa mendapatkan hak perwalian atas Chika saat bercerai dengan Putra, rasanya semua kesalahan yang ia lakukan itu menjadi tak ada artinya, Bagi Chika Mamanya itu pantas untuk bahagia dengan cara yang ia inginkan.
Setelah mengahbiskan sarapannya, Chika mengambil tas "Mam, Chika berangkat dulu ya" pamitnya, sambil menghampiri Aya yang lagi sibuk mencuci piring, dengan tiba-tiba Chika mengamit tangan Mamanya untuk menciumnya.
Sontak Aya terkejut. Chika tidak biasanya pamit dengan mencium tangannya, ia selalu pergi dengan wajah muram seperti selalu mengalami mimpi buruk semalaman. Tapi, pagi itu nampak berbeda, anak gadisnya terlihat begitu bersemangat.
Chika berlari menyusuri jalan gang rumahnya. Dua puluh menit lagi, bel masuk kelas akan berbunyi, ia terlihat begitu waspada melewati gang itu karna jika melawati gang lain akan semakin jauh, Dari kejauhan sana , Chika mengawasi pondok kecil tempat preman-preman itu biasa nongkrong.
Sama sekali tidak ada tanda-tanda kalau mereka sedang menunggu mangsa. Dengan keyakinan, Chika pun melewati pondok kecil itu.
"Haha Lewat juga lu!" tegur suara garang, yang seolah melompat dari pondok kecil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess sleeping (FIONY CHK)
Fanfic[Romance classic story] Manakah yang harus Fiony pilih Sahabat atau Cinta? SLOW UPDATE