*vote dulu sebelum lanjut.
Ini part 1821+ , skip aja buat yang masih bau minyak telon.
Lampu yang sedikit temaram di depan kamar Uci mungkin yang bikin Uci gak terlalu memperhatikan apa yang dia ambil. Yang dia tau paracetamol, tapi reflek jarinya meraih sebotol obat bertuliskan "ramuan herbal".
Gak ada rasa curiga sama sekali Uci buka botol itu lalu ambil satu tablet nya yang berwarna kuning pekat. Dia telan obat itu setelah dia barengi minum air mineral.
"Kok agak aneh ya?"
Bagas masih terfokus sama hujan. Tapi seruan Uci barusan juga menarik perhatiannya.
"Aneh apanya?"
"Agak pait!"
"Yaudah sini gue minta satu. Kepala gue juga pening."
Uci ambil satu tablet lagi dan dia kasih lah ke Bagas dibarengi sama segelas air. Kaya gak ada beban sama sekali, Bagas langsung telen obat itu.
"Enggak kok. Lu aja yang aneh."
Uci terkekeh kecil. "Iya. Mungkin gue sedikit demam."
Bagas kasih lagi segelas air itu kembali ke Uci. Dan sama Uci air itu di minum perlahan dengan sedikit mendongak menampilkan jakunnya yang naik turun.
Bagas liat bagaimana jakun indah itu bekerja menarik perhatian nya. Gak tau, bagi Bagas itu keliatan jauh lebih menarik dari apa yang dia halu-kan.
Yang juga reflek bikin Bagas ikutan nelen ludah liat jakun nya Uci.
Mungkin itu jauh lebih enak kalo dijilat. Menyesap aroma dan rasanya, yakin itu jauh terasa nikmat. Perasaan gelisah mulai mendatangi diri Bagas.
"Kenapa?"
"Gapapa. Eem... Boleh kita tidur sekarang? Gue udah ngantuk."
"Tentu."
Semua nya udah disiapin. Bukan apa apa, cuma kasur dan selimut yang udah Uci siapkan buat Bagas.
Bagas merebahkan tubuh nya di atas kasur Uci. Menarik selimut dan mencoba buat tidur malam ini. Sementara Uci tetap pada posisi biasanya kalo Bagas nginep. Tidur di samping kasurnya beralaskan karpet. Tapi tenang, Uci rela lakuin itu semua demi Bagas.
Tapi jujur, bukan ngantuk yang seharusnya Bagas alami, kepala nya justru memberat. Pusing emang udah ilang, tapi sekarang dadanya serasa gak nyaman.
Mungkin, efek obat itu mulai menunjukkan reaksinya.
Mata Bagas mengerling liatin gambar lumba-lumba di plafon kamar Uci. Membayangkan Jakun Uci barusan rasa-rasanya itu yang menjadi sebab dia merasa gelisah.
Dia menengok ke Uci.
"Lo belum tidur?"
Uci yang ternyata lagi melamun itu sontak kaget. "Eh... Eeem. Belum. Lo kenapa gak tidur? Lagi mikirin apa?"
Kikuk, dan rasa sungkan itu datang tiba-tiba. Perasaan hati Bagas gak nyaman, pun pula yang dirasakan Uci.
"Ci."
"Em?"
"Sinian dong. Gue dingin."
Uci gak bisa mencerna apa maunya Bagas. Tapi tanpa mikir panjang, dia merapat bergabung ke kasur yang sejujurnya kerasa agak sempit kalo dipake berdua.
Keduanya berbaring sejajar menatap atap. Matanya masih terjaga guna memikirkan hal yang gak tau kenapa Uci merasa ada sesuatu yang bereaksi di dalam tubuh nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAZELNUT (bxb) ✔️
Novela JuvenilApa? Ini cerita nya Bagas. Oke? Kalo mau tau lebih banyak tentang Bagas, bisa baca dulu book GERAH. 🚫 inget ❗❗ini konten LGBT. Ceritanya udah pasti humu. Yang suka mari baca. Yang gak suka.... ya itu urusan anda. ______________________________...