SELAMAT PAGI, SIANG, SORE, MALAM, TENGAH MALAM, SUBUH.
MAKASIH MASIH BACA CERITA INI.
MOHON DIKOREKSI BILA ADA PENULISAN YANG SALAH.HAPPY READING
Sarga menatap bintang-bintang yang memancarkan cahayanya di atas sana. Angin masuk lewat jendela yang terbuka mengenai wajahnya membuat Sarga sedikit menggigil karena udara dingin yang dibawanya.
"Mama, mereka orang baik. Ibu Nola juga perhatian banget sama Sarga. Mama baik-baik, ya, di sana. Dan juga ... " kalimatnya tergantung, Sarga menatap bintang yang memancarkan sinarnya paling terang di antara banyaknya bintang yang muncul.
"Mama sering-sering ya, datang ke mimpi aku, biar Sarga bisa lepas rasa rindu Sarga sama mama." ucapnya lalu menutup jendela.Sarga lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur, selimut yang dibawakan oleh Nola menjadi penghangat tubuhnya dari udara dingin yang nantinya akan menyerang.
***
Nola membuka pintu kamar Sarga dengan pelan, ia tidak ingin mengganggu orang yang ada di dalam sana terbangun karena dirinya.
Wanita itu tersenyum saat melihat anak laki-laki itu sudah tidur dengan lelap. Dengan hati-hati, Nola menutup pintu kamar tanpa menimbulkan suara decitan.
"Ibu sesenang itu dia ada di sini?" tanya Riyan begitu istrinya ikut duduk di sofa ruang tamu.
Nola mengangguk, "Ibu senang banget, walaupun Ibu juga nggak tau apa dia bakalan di sini untuk waktu yang lama atau nggak, tapi Ibu senang banget dia ada di sini."
"Katanya senang, tapi kok nangis kayak tadi?" goda Riyan.
"Kalau senang itu, senyum, jangan nangis. Nanti Sarga bingung lagi, kan, kayak tadi." ucap Riyan membuat istrinya mengangguk.
Riyan dan Nola saling bertukar pandang saat mendengar suara dari kamar Sarga, dengan cepat mereka masuk ke dalam ruangan itu tanpa seizin orang yang ada di dalamnya.
Sarga tampak bergerak-gerak dari posisi tidurnya. Nola berpikiran, Sarga mungkin tidak nyaman, ia mendekat ke arah Sarga lalu menepuk-nepuk bahunya pelan. Perlahan-lahan Sarga tidak lagi banyak gerak seperti tadi, tubuhnya mulai tenang dan kembali terlelap.
Tangan Nola yang menarik selimut untuk menutupi tubuh Sarga terhenti saat matanya menangkap luka lebam di area leher anak itu.
Nola sedikit cemas, ia membuka satu per satu kancing baju Sarga setelah berbicara dengan suaminya.
Tangan Nola bergetar, bibirnya kaku tak tahu harus mengeluarkan kalimat apa, matanya berkaca-kaca siap untuk menumpahkan air matanya kembali. Sedangkan Riyan terpaku di tempatnya, matanya membulat tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Nola memegang tubuh Sarga yang penuh dengan luka lebam, bahkan ada luka seperti goresan benda tajam di area perutnya.
Air mata yang sedari tadi tertahan, kini berjatuhan bagaikan tetesan hujan mengguyur bumi. Nola menutup mulutnya agar tak menimbulkan suara yang bisa membuat Sarga terbangun.
"Bagaimana bisa luka-luka ini ada di badan kamu?" ucapnya menahan tangis.
Hati Nola terasa ditikam dengan pisau yang memiliki ujung tajam, lebam yang ada di tubuh Sarga jelas-jelas adalah luka pukulan benda tumpul.
Riyan memeluk istrinya yang tak kunjung berhenti mengeluarkan air mata. Berusaha menguatkan orang lain di saat diri sendiri butuh dikuatkan itu sangat berat. Tanpa seizin pemiliknya, air mata Riyan turut berjatuhan, perasaannya terasa sangat terluka melihat kondisi Sarga.
"Ibu mau jagain dia, Pak. Ibu mau jaga dia." ucap Nola dalam tangisnya.
Riyan menenangkan dirinya lalu beralih kepada istrinya.
"Kalau gitu jangan nangis lagi, nanti Sarga bangun. Sekarang kita keluar aja ya? Biar Sarga bisa tidur nyenyak." Nola mengangguk, ia kembali memasang kancing baju Sarga dan menarik selimut hingga dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SARGA
Novela JuvenilSarga berusaha merebut kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya dari orang-orang licik yang merebutnya. Namun itu semua butuh bantuan serta dorongan dari orang lain. Namun dia di sini, berdiri, seorang diri. Apa ada yang bersedia membantunya?