Mark memasuki kamarnya dengan lesu, pikirannya masih mengingat jelas bentakan Haechan.
'Aku membenci mu!'
'Pergi!'
'Kau bukan Hyung ku lagi!'
Cairan liquid bening perlahan mengalir dari pelupuk mata Mark, Mark segera menghapusnya kasar.
Mark duduk di tepi ranjangnya, dia menatap sebuah bingkai yang terdapat sosok adiknya yang tersenyum lebar di foto itu.
Mark ingat sekali foto itu. Dia mengambil foto Haechan secara diam-diam. Menurutnya, Haechan sangat menggemaskan di foto itu, apalagi dengan rambutnya yang berwarna ungu.
Mark tersenyum tipis. "Kau membencinya. Tapi, kenapa masih menyimpan fotonya? Haha, kau aneh sekali, Mark," Gumam Mark.
Jempol Mark mengelus foto itu. "Kau sudah membunuh orang tua ku. Aku membenci mu, Haechan. Sangat membenci mu."
"Tapi, entah kenapa hatiku sakit saat kau bilang jika kau juga membenci ku."
"Mianhae..."
***
Beberapa Minggu telah berlalu...
Sejak kejadian itu. Haechan dan Mark sama sekali tak bertegur sapa. Mark membiarkan Haechan melakukan apapun yang dia inginkan, terkadang Mark juga menyiksanya tapi tak sesering dulu.
Haechan sekarang berada di halte, menunggu bus yang akan membawanya ke sekolah. Selama berminggu-minggu ini pula, Haechan berangkat menggunakan bus tidak diantar oleh Mark lagi.
Haechan menunduk, menatap sepasang kakinya yang menggantung di udara.
"Haechan?"
Haechan mendongak saat seseorang memanggilnya. Dia terkejut saat tahu siapa orang itu.
"Mark Hyung?"
"Kau... Sedang apa disini?"
"Menunggu bus. Apalagi?" Haechan membuang pandangannya. "Hyung sendiri?"
"Menunggu bus, juga."
Alis Haechan menyatu, lantas dia menatap sang kakak yang sudah duduk disebelahnya. Mark duduk agak jauh dari Haechan.
"Bukankah, Hyung punya mobil? Kenapa naik bus?"
"Ingin saja."
Hening.
Kedua saudara itu merasakan canggung, aneh bukan? Mereka tidak pernah duduk berdua seperti ini sebelumnya. Kecuali saat masih kecil.
"Haechan~ah," Lirih Mark, hampir tidak terdengar. Tapi Haechan tentu mendengarnya.
"Hmm?"
"Kau tidak melupakan sesuatu?"
"Mwo?"
"Hari ini... Aku ulang tahun. Kau... Tidak mengingatnya?"
Haechan tersentak. Ah, dia lupa. Jika hari ini adalah hari ulang tahun kakak kesayangannya. Haechan mengubah tatapannya menjadi datar.
"Untuk apa aku mengingatnya?"
Mark terdiam.
"Kau bukan Hyung ku lagi."
***
Mark sekarang berada di pemakaman ibu dan ayahnya, dia menatap kedua nisan yang berdampingan itu dengan sendu
"Eomma, Appa... Hari ini aku ulang tahun. Biasanya, saat aku ulang tahun. Eomma membuatkan kejutan untuk ku dan Appa akan selalu memberikan ku hadiah."
Mark tersenyum tapi air mata membasahi pipinya. "Tapi, sekarang Eomma dan Appa sudah tidak ada. Awalnya, aku tidak terlalu sedih karena aku masih punya Haechan yang selalu memberikan ku kejutan. Walau aku membencinya, tapi diam-diam aku menyukai kejutannya."
"Tapi, sekarang Haechan membenci ku. Dia bahkan tidak menganggap ku sebagai Hyung nya lagi," Mark menggigit bibir bawahnya. "Eomma, appa mianhae... Karena aku tidak bisa menjaga Haechan dengan baik. Jangan salahkan aku yang membencinya, aku terlalu terpukul karena kehilangan kalian."
"Aku pergi dulu, ne? Tolong jaga aku dan Haechan dari atas sana. Eomma, appa saranghae..."
***
Haechan berbohong jika dia tidak peduli pada Mark. Bagaimanapun Mark tetaplah kakaknya walau dia mencoba untuk membenci kakak laki-lakinya itu.
Nyatanya, sekarang anak laki-laki itu sedang berada di sebuah toko roti. Membelikan Mark sebuah cake.
Dia bahkan melewatkan jadwal kemonya hari ini. Menurutnya, Mark lebih penting dari apapun.
"Kamsahamnida..."
Haechan keluar dari toko roti itu sambil membawa paper bag berisikan sekotak kue. Lalu bergegas untuk pulang kerumahnya.
***
Haechan menyusun cake yang baru saja dia beli. Cake berbentuk bulat bergambar cheetah dengan tulisan 'Saengil chukkae, Mark Hyung'
Haechan tersenyum tipis, sebentar lagi Mark pulang. Haechan bergegas menghidupkan beberapa lilin lalu pergi dari sana setelah meninggalkan sepucuk surat.
Tak lama, Mark pulang dengan raut wajah kelelahan. Dia mengernyitkan dahinya saat menangkap cahaya dari arah dapur yang gelap.
Dengan pelan Mark segera menghampiri dapur, dia menghidupkan lampu dapur. Dan terkejut saat mendapati sebuah kue bolu dengan lilin yang menyala.
Dia menatap bolu itu lamat-lamat, matanya seketika berkaca-kaca.
Dia tau ini ulah Haechan. Tidak ada yang tau jika dia menyukai cheetah kecuali adiknya itu.
Mark segera membuat permohonan, lalu meniup lilin itu. Mark duduk di kursi meja makan, lalu mengambil sebuah surai yang berada disana.
Saengil chukkae, Uri hyungie (。・ω・。)ノ♡
Mark Hyung ku, sekarang sudah tua, haha ><
Meskipun begitu, kau tetap tampan, Hyung.Sebelumnya, aku minta maaf karena perkataan ku tadi pagi di halte bus menyakiti perasaan mu. Mianhae, karena aku melupakan hari ulang tahun mu. Tapi, Kau tetaplah Hyung ku, sampai kapanpun akan begitu.
Mark Hyung, kau idola ku. Aku menyayangi mu melebihi diriku sendiri, kaulah alasan ku bertahan setelah teman-teman ku.
Terimakasih, karena dulu kau selalu menyayangi ku. Walaupun pada akhirnya kau tetap membenci ku.
Mark Hyung saranghae...
Adik kesayangan mu, Lee Haechan~
Kalian udah liat update-an Lucas belum di Ig? Author udah liat dan langsung lemes. Author tadinya seneng karena Lucas update tapi nangis karena Lucas bilang kalau dia memilih keluar dari WayV dan NCT. Nangis banget 😭😭
Maafkan jika ada typo
Vote dan coment ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Sayang Hyung [HIATUS]
RandomCerita seorang kakak adik yang awalnya saling menyayangi. Namun, sang kakak entah kenapa menjadi sangat benci pada adiknya. 'Kau pembunuh!' 'Kau bukan adik ku, dasar pembunuh!' 'Aku bukan pembunuh, Hyung...' 'Hyung...sakit.' 'Haechan~ah...bertahanla...