"K-kenapa jadi lo yang ke sini?"Karina mendengus dan langsung menghampiri Navaro di dapur. Gadis itu mencoba untuk terlihat tangguh, padahal dalam hati Karina menjerit keras melihat tubuh sempurna Navaro itu, meskipun kini perutnya masih terlihat lebam.
Ternyata sesulit ini menahan diri. Pasti selama ini Navaro tersiksa karena ia selalu menggodanya dengan kemolekan tubuhnya itu.
Karina membuka kulkas Navaro dan mengambil sebuah minuman jeruk. Navaro membulatkan mata dan mengambil minuman itu dari tangan Karina. "Jangan diminum!" teriaknya membuat Karina terkejut.
"I-itu vitamin buat cowok, lo nggak bisa minum," lanjutnya kemudian kembali menaruh botol minuman itu ke dalam kulkas.
"Ck, lagian kenapa sih Om Malik juga dukung keputusan Daddy buat kita serumah? Kan Om Malik ustadz komplek, kok biarin kita serumah?" oceh Karina keras, menatap sengit ke arah Navaro.
Seolah tak ingin terlalu serius menanggapi pertanyaan dari Karina itu, Navaro hanya menghendikkan bahunya. "Mau jodohin kali," jawabnya seadanya seraya mengambil beberapa bungkus mie instan dari laci atas.
Tentu saja Karina terkejut mendengar penuturan gamblang Navaro. Apakah pemuda itu tidak sadar bahwa saat ini Karina begitu menahan diri mati-matian karena Navaro yang tak memakai penghalang apapun pada tubuh bagian atasnya itu?
"Mau gue buatin mie juga?" tanya Navaro yang telah menyalakan kompor listriknya.
Karina hanya mengangguk namun tetap memasang ekspresi wajah sebal.
"Di rumah gue nggak ada kamar tamu. Lo tidur di kamar gue aja. Gue nanti tidur di ruang tamu," ucap Navaro tanpa memandang lawan bicaranya.
"Cih, kenapa lo tiba-tiba baik gitu? Bukannya waktu itu lo malah nyuruh gue tidur di sofa?" Karina mencibir. "Oke setuju. Gue mau ke atas dulu."
Karina langsung saja menuju ke kamar Navaro yang sudah ia ketahui di mana letaknya. Sudah lama rasanya Karina tidak menginjakkan kaki di kamar yang seperti tempat gym itu. Karina menghela napasnya, kenapa takdir selalu membuatnya harus menahan diri seperti ini?
Gadis itu melihat kamar Navaro yang cukup berantakan. Bahkan isi tas ransel yang Navaro bawa untuk bertanding kemarin pun masih belum ia keluarkan. Karina melihat kaos Navaro di lantai. Ia pun memungutnya dan membawanya ke kamar mandi untuk ia letakkan ke samping mesin cuci.
"Bahkan bajunya aja nggak bau keringat sama sekali. Dia belum mandi aja masih maskulin banget tadi wanginya. Aarrghhh! Mimpi apa gue malah jadi serumah sama cowok yang mau gue hindari?!"
Karina keluar dari kamar mandi menuju kasur Navaro yang masih berantakan juga. Ia menarik selimut yang ada di atas kasur king size itu dan malah menemukan sebuah benda berbentuk persegi terjatuh di lantai setelahnya.
Karina pun mengambil benda tersebut kemudian membelalakkan mata mengetahui bahwa itu adalah DVD film dewasa yang belakangan ini cukup populer. "D-dia punya DVD ini juga?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boy (18+)
Romance"Sshh!" desis Navaro saat merasa dua buah dada menyembul besar itu bersentuhan dengan dada bidangnya. Entah mimpi apa yang dialami oleh Navaro-anak seorang Ustadz yang dikejar-kejar oleh gadis terseksi di sekolah. Navaro harus menahan hasratnya mati...