Haechan menundukkan kepalanya, tidak berani menatap ketiga temannya yang menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.Dia sudah sadar beberapa menit yang lalu, dan langsung diberikan tatapan seperti itu.
"Kalian sudah tau ya..." Lirih Haechan.
Renjun memutar bola matanya. "Kenapa kau merahasiakan penyakit mu dari kita, Haechan?"
"Mianhae..."
Jaemin duduk disamping Haechan. Tangan lentiknya bergerak untuk menggenggam tangan Haechan yang kurus.
"Gwaenchana, kau akan segera sembuh."
Haechan perlahan mengangkat kepalanya, dia menatap Jaemin dengan sendu.
"Apa aku bisa sembuh?"
"Tentu saja!" Jeno.
"Kau pasti sembuh, Haechan~ah. Percaya pada kami," Renjun.
Haechan tersenyum tipis. "Kalian... Tetap disamping ku, ya? Jangan pernah meninggalkan ku sendiri."
***
Hari sudah semakin larut, ketiga sahabat itu masih setia menunggu Haechan dirumah sakit. Ketiganya tidak ada niatan untuk beranjak dari sana.
"Kalian pulanglah... Aku sudah tidak apa-apa."
"Sirheo... Kau sendirian disini, tidak mungkin kita meninggalkan mu. Jika, terjadi sesuatu padamu bagaimana?"
"Renjun, benar. Kita akan disini saja."
Haechan tersenyum lembut. "Aku sudah baik-baik saja sekarang. Mark Hyung juga pasti akan menjenguk ku."
"Kau yakin? Dia bahkan tidak peduli saat aku membawamu pergi dari rumahnya."
Haechan menunduk. "Aku tidak apa-apa, kalian pulang saja. Begini, jika aku kenapa-napa nanti, aku akan menghubungi kalian."
Setelah perdebatan yang panjang. Akhirnya Haechan menang, dan ketiga temannya pun akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Meski mereka agak berat meninggalkan Haechan sendiri dirumah sakit yang sepi ini.
Haechan menatap kosong ke depan. Sedari tadi dia menunggu kakaknya untuk menjenguknya, ternyata Mark tidak datang. Dia tidak marah kok, hanya kecewa.
"Padahal, aku berharap Hyung datang kemari untuk melihat kondisi ku. Tapi, ternyata tidak," Haechan tersenyum miris.
***
Keesokan harinya...
Pukul 10.00 KST
Hari ini adalah hari Minggu. Renjun Jeno dan Jaemin sudah berada di rumah sakit untuk melihat sahabat mereka.
Sesampainya mereka disana. Haechan masih tertidur pulas. Jaemin menatap Haechan lamat-lamat, dia baru menyadari jika pipi gembul Haechan sudah tirus, bibirnya yang memucat. Dia kemana saja selama ini? Kenapa dia tidak menyadari jika Haechan sakit?
Sementara Renjun dan Jeno menatap Haechan dengan jantung yang berdetak kencang. Pasalnya, Haechan masih tertidur sementara hari sudah menjelang siang.
"Jaem, Haechan benar-benar sedang tidur kan?" Tanya Jeno.
Jaemin mengangguk. "Wae?"
"Kenapa dia belum bangun juga? Ini sudah mau siang."
"Positif thinking, saja. Maybe, Haechan semalam tidur larut?" Jaemin.
Renjun mendekati brankar Haechan, dia menepuk-nepuk pelan lengan sahabatnya itu.
"Haechan~ah, ireona..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Sayang Hyung [HIATUS]
RandomCerita seorang kakak adik yang awalnya saling menyayangi. Namun, sang kakak entah kenapa menjadi sangat benci pada adiknya. 'Kau pembunuh!' 'Kau bukan adik ku, dasar pembunuh!' 'Aku bukan pembunuh, Hyung...' 'Hyung...sakit.' 'Haechan~ah...bertahanla...