Butuh perasaan yang Happy dan ketelitian tingkat SSS untuk membaca bab ini.
Jadi author sarankan bacanya sambil rebahan aja dan dengerin lagu KTL full Volume.
Canda wkwwk.
Happy Reading Gaes.
__________________________________
"Chaeng-ah... " Jisoo menghembuskan napas pelan. "Berapa umurku?" Tanya nya sembari menatap jauh kearah kesibukan kota Paris dibawahnya.
Kali ini mereka berada di rooftop salah satu restoran untuk makan siang. Menara Eiffel terlihat menjulang tinggi di kejauhan. Jisoo sedikit mengeratkan syal hitam putih nya saat angin dingin pertengahan November berhembus melewatinya, menyembunyikan sebagian wajahnya kedalam kehangatan.
Rose, yang duduk didepan nya, sedikit mengernyit saat mendengar pertanyaan dari Jisoo. fokusnya yang sedari tadi pada ponsel kini teralihkan pada Oppanya yang terlihat merenung.
"18? Januari depan 19. Kenapa?" Tanya Rose heran.
Menatap Jauh kearah Menara Eiffel. Jisoo kembali berbicara dengan sedikit nada ejekan. "Kan? bahkan tahun depan belum 20, tapi kenapa aku selalu terjebak pada hal sulit chaeng-ah?" Jisoo kemudian melihat kearah Rose sebelum menaruh kepalanya di meja makan yang masih terisi air putih. "Aku masih remaja! Kenapa aku harus terjebak dengan para orang dewasa?!" Jisoo menggerang tanpa mengangkat kepalanya. "Aku merindukan masa-masa aku tidak perlu memikirkan apapun dan bersenang-senang. Aku bahkan lupa kapan terakhir kali aku tertawa lepas tanpa memikirkan kalau aku punya masalah...masalah yang berat." Jisoo bergumam lirih pada akhir kalimatnya
Rose ingin berkata, tapi Jisoo lebih dulu mencibir. "Oh aku ingat, sebelum aku bertemu Jennie tentunya"
Rose menatap Jisoo yang masih menundukan wajahnya diatas meja.
"Oppa" Dia memanggilnya dengan lembut membuat Jisoo mengangkat kepala dan melihat kearah nya. "Apa ini karena pembicaraan mu dengan Daddy?"Rose tau ada yang menganggu Jisoo sejak ia meninggalkan ruang kerja Daddy nya dengan wajah muram. Mengenal tabiat Jisoo, Rose tidak menuntutnya untuk menceritakan apapun tentang isi percakapannya karena dia tau Jisoo akan bercerita dengan sendirinya. Untuk itulah, meski mereka menjadwalkan penerbangan jam 4 sore nanti, Rose tetap menyeret Jisoo, yang berniat diam dirumahnya sampai sore, untuk menghabiskan waktu diluar.
Jisoo bersandar pada kursinya, Dia kembali melihat kearah menara Eiffel di kejauhan. "Aku hanya ingin hidup normal. Tapi seperti tidak bisa karena aku sendiri saja tidak normal" Jisoo berniat bercanda dengan ucapanya bahkan dia sendiri tertawa. Tapi Rose malah menatap tajam kearahnya.
"Oppa!" Tegur Rose.
Jisoo mengangkat bahu acuh sebagai tanggapan. "Kenyataan Aku tidak bisa" Jisoo kembali melihat kearah Rose. "bahkan aku tidak bisa jatuh cinta dengan normal dan membangun sebuah keluarga tanpa ada halangan"
"Apa yang daddy katakan?" Rose kembali bertanya. Dia bersandar pada kursinya sambil memasukan tanganya kedalam saku Coat Coklat yang dia kenakan. Terlihat santai menunggu Jisoo bicara karena Jisoo sendiri seperti tidak mau membuat topik ini berat saat dia mulai membuka game di ponselnya.
"Jaminan" Ucap Jisoo acuh, fokus pada game nya sambil menunggu pesanan mereka datang.
Rose mengangkat alisnya, Dia kemudian melipat kedua tanganya keatas meja dan menatap Jisoo dengan penasaran. "Apa?"
Jisoo mendengus. "Kau tau chaeng-ah. Aku muak jika harus berurusan dengan pekerjaan orang dewasa, Kan? Apalagi masalah tentang bisnis!" Rose mengangguk sebagai tanggapan. "Tapi, Disini, Paman memaksaku untuk terjun kesana!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby's Daddy
أدب الهواةRATE MATURE!!! Tidak disaran kan di bawah jembatan apalagi umur ok?! crita agak aneh, tapi moga kalian suka!! SEMUA RESIKO DITANGGUNG PEMBACA, YAKALI DIBAGI SAMA AUTHOR! KALO VOTE NYA BISA LAH DI BAGI! **************** Yang Jennie ingat hanya waj...